"Mau cari apa di supermarket?"
"Beberapa kebutuhanku. Belum ada makanan di kulkas rumah." Changbin memarkirkan mobilnya di depan supermarket yang Woojin sarankan.
Cukup banyak yang akan Changbin beli, ia ragu Woojin kuat ikut berkeliling dengannya.
"Kau tunggu saja di sana, aku tak akan lama lalu setelah ini kita ke rumah sakit." Changbin menunjuk kursi empuk di sudut supermarket yang memang disediakan untuk para pengunjung.
Woojin tau Changbin pasti sudah mendengar soal penyakitnya dari Felix, ia pun mengangguk dan menunggu Changbin berbelanja. Tak banyak orang di sana. Bahkan di tempat Woojin duduk hanya ada dia dan seorang remaja yang sibuk dengan video gamenya. Tiba-tiba dadanya sedikit nyeri. Ia langsung menyenderkan badannya ke kursi, dan berusaha mengambil nafas panjang untuk mengurangi sakitnya.
Tangannya merogoh ponsel di sakunya. Ia membuka folder foto di ponselnya. Dilihatnya satu persatu foto itu untuk sekadar mengalihkan rasa sakit. Ada Brian dan teman-temannya waktu di danau, ada Felix yang sedang duduk bersama ibunya, ada ayahnya dan para pekerja di ladang gandum, hingga berakhir pada sebuah foto yang menampilkan tiga orang pemuda. Woojin, sahabatnya, dan satu orang lagi yang selalu ia kagumi dan cintai.
Pacar sahabatnya.
Pada awalnya mereka bertiga hanya bersahabat seperti pada umumnya. Lalu Woojin sadar ia menaruh hati pada satu sahabatnya. Namun tak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Ada ketakutan kalau ia hanya akan merusak hubungan persahabatan mereka. Hingga akhirnya, sahabatnya yang lain mengungkapkan perasaannya pada orang yang sama yang Woojin suka. Dan berakhirlah mereka menjadi sepasang kekasih di depan mata Woojin yang lebih dulu memendam rasa. Bersyukur Woojin dapat menyembunyikan perasaannya, sehingga tak ada orang yang tahu.
Mengingat itu, rasa nyeri di dadanya semakin menjadi. Tapi ada perbedaan antara nyeri karena penyakitnya dan nyeri karena tak mampu berbuat apa-apa saat jatuh cinta.
"Apa dadamu nyeri? Kau tak apa?" Changbin yang sudah selesai berbelanja menjumpai Woojin dengan satu tangannya di dada menjadi khawatir.
"Oh, kau sudah selesai? Aku tak apa, mari berangkat." Woojin berjalan lebih dulu setelah terkejut dengan Changbin yang tiba-tiba ada di depannya.
"Tuan Kim Woojin, dokter sudah menunggu anda." seorang perawat perempuan berambut coklat mempersilahkan Woojin dan Changbin masuk ke sebuah ruangan.
"Kak Woojin, selamat atas sidangmu." Dokter yang ada di dalam ruangan itu menyambut gembira kedatangan Woojin, bahkan ia bangkit dari kursinya untuk memeluk Woojin.
"Terima kasih, Seungmin." jawab Woojin menepuk-nepuk punggung pemuda kecil yang berprofesi sebagai dokter itu.
Changbin yang berada di belakang Woojin pun ikut menyalami Seungmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
metanoia || changlix
Fanfic(n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life