"Kak Woojin?" pekik Felix mendengar suara laki-laki itu.
Woojin, pemuda yang dipanggil Felix itu berjalan mendekat ke arah mereka. Anak-anak berlari ke Woojin, memeluknya erat-erat.
"Kapan kakak datang?" tanya Felix yang dituntun Changbin mendekat.
"Tadi pagi. Oh, kau pasti Changbin, kan?"
"Ya, aku Changbin." Changbin melempar senyumnya dan menjabat tangan Woojin.
Anak-anak mulai protes karena hari semakin siang tapi mereka belum juga berangkat ke danau, walau jaraknya sangat dekat sebenarnya. Mereka mulai berlari meninggalkan para pemuda dibelakang mereka berjalan pelan.
"Kak Woojin ini putra Paman Matthew." Changbin mengangguk-angguk paham. Jadi ini pemuda yang ia lihat di foto rumah Paman Matthew waktu itu.
"Ibuku banyak cerita tentangmu Changbin." ucap Woojin mengakrabkan diri.
Mereka bercakap-cakap sambil menunggui anak-anak berenang. Sesekali Woojin mengingatkan mereka untuk tidak berenang terlalu jauh. Changbin merasakan kalau Woojin ini sangat hangat. Dia bisa melihat kalau Woojin sangat ahli mencarikan suasana.
Seharian mereka bermain di danau. Kini, saatnya mereka pulang. Changbin dan Woojin membantu anak-anak berpakaian dan membereskan barang-barang mereka. Daniel dan adik-adiknya menuntun Felix hingga depan rumah, lalu berpamitan bersama yang lainnya untuk pulang.
"Woojin, kau di sini?" Paman Matthew yang baru saja pulang dari ladang menepuk pundak anaknya.
"Aku bermain bersama anak-anak di danau, ayah."
"Kau tak lupa meminum obatmu kan?" Woojin menggeleng.
"Mari pulang, sebentar lagi sepupumu datang." Paman Matthew dan Woojin pamit pada Changbin dan Felix yang masih berada di depan rumahnya.
"Changbin, kau mau mampir ke rumah?"
"Bagaimana kalau di rumahku saja?"
Setelah makan malam dengan orang tua dan kerabatnya yang berkunjung, Woojin pergi ke kamarnya untuk istirahat. Dia mengaduk pelan cangkir tehnya, teh herbal yang ibunya buatkan sambil menuju kamarnya. Mungkin ia tidak lagi meninggalkan kamar kesayangannya ini untuk pergi kuliah. Walau sebenarnya di akhir minggu dia selalu pulang ke rumah. Dan sekarang ia tak perlu melakukan itu lagi. Sidang tugas akhir kuliahnya dua hari yang lalu sangat lancar, dan dipastikan dia lulus tahun ini juga. Oleh karena itu hari-harinya sekarang akan lebih banyak dihabiskannya di rumah.
Woojin membuka jendela kamarnya kemudian duduk di dekatnya yang sengaja dibuat untuk tempat membaca Woojin atau sekadar bersantai di dekat jendela. Disesapnya teh hangat yang masih mengepulkan asap, membantu menghangatkan tubuhnya. Matanya kini tertuju ke rumah berwarna gelap di seberang sana. Balkon rumah itu terbuka. Ada dua orang pemuda yang duduk berisihan sedang bergurau di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
metanoia || changlix
Fanfiction(n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life