For Them

920 201 18
                                    

"Fel?" Changbin datang bersama Woojin.

"Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Felix yang baru saja mandi. Ada Bibi Seojin juga di sana.

"Tidak ada apa-apa kami hanya berjalan-jalan sebentar." Woojin mengusap pelan kepala Felix yang duduk di kursi ruang keluarga rumah Felix. Changbin dan Bibi Seojin juga ikut duduk di sana. Mereka bercengkrama sebentar, lalu Bibi Seojin dan Woojin pamit pulang.

"Changbin, bisakah nanti malam aku berkunjung ke rumahmu?" tanya Woojin yang sudah berada di ambang pintu.

"Tentu saja." Woojin lalu memberi salam dan menutup pintu rumah Felix.

Changbin yang tadinya duduk bersebrangan dengan Felix, sekarang pindah ke sampingnya.

"Kenapa? Kau sudah rindu padaku?" canda Felix yang pundaknya direngkuh oleh Changbin. Yang ditanya tidak menjawab, hanya tersenyum dan menghirup dalam-dalam aroma wangi rambut Changbin.

"Pulanglah, Kak Woojin akan ke rumahmu. Jangan membuatnya menunggu." tidak ada respon dari Changbin, ia malah meraih tangan Felix dan mengusapnya.

"Changbin." suara Felix menjadi serius.

"Hmm?"

"Kenapa kau jadi diam begini? Kau marah padaku? Jangan membuat orang kesal." Changbin hanya tersenyum sekali lagi. Kini ia berdiri di depan Felix.

Cup!

Satu kecupan berhasil Changbin dapat dari bibir Felix.

"Aku ingin pulang, aku tak mau membuat tamu ku menunggu." Changbin mengusap kepala Felix yang masih terkejut. Wajahnya memanas saat itu juga.



















"Ah Fel, eratkan pakaian hangatmu. Udara dingin membuat pipimu memerah." Changbin terkekeh lalu pergi.

"Jadi, setelah semua yang kuceritakan tadi, aku ingin meminta bantuanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, setelah semua yang kuceritakan tadi, aku ingin meminta bantuanmu." ucap Woojin ketika Changbin menuangkan teh hangat ke cangkir mereka berdua. Lalu Changbin duduk bersebrangan dengan Woojin di ruang tamunya.

Hampir satu jam mereka berada di ruang tamu rumah Changbin. Membicarakan satu hal penting yang sangat mempengaruhi banyak hal lain.

"Bagaimana, apa kau mau membantuku?" tanya Woojin diujung pembicaraan dengan nada penuh harap.

"Aku belum bisa memutuskannya sekarang. Aku sangat bingung." Changbin mengusak rambutnya dan menghela nafas kasar.

"Tidak apa, tapi aku benar-benar memohon padamu untuk membantuku. Terima kasih Changbin." Changbin hanya mengangguk pasrah, Woojin pun pulang.

Lalu sebenarnya, apa yang Woojin minta hingga Changbin bingung menghadapinya? Hanya Woojin, Changbin, dan Tuhan saja yang tahu.

Setelahnya Changbin tak bisa tidur. Semalaman ia berpikir keras. Haruskah ia membantu Woojin? Pikiran dan hati Changbin tak karuan malam ini. Sudah tiga cangkir teh ia buat untuk menenangkan batinnya, namun tak membuahkan hasil.

Changbin makin kalut tatkala tak sengaja melihat Felix dengan nyamannya tidur di kamarnya yang terlihat dari kamar Changbin. Begitu damai hingga Changbin terbuai pada wajahnya yang tenang tak bercela. Hampir saja Changbin lupa bahwa malam itu ia sedang disergap kegundahan. Sehebat itulah pengaruh seorang Felix yang diam-diam masuk menyelinap bagai penyusup yang menginginkan suatu tahta di sebuah kerajaan.





























Dan tanpa perlawanan, Changbin membiarkan 'tahta kerajaannya' diambil alih oleh Felix.

Dan tanpa perlawanan, Changbin membiarkan 'tahta kerajaannya' diambil alih oleh Felix

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara riuh dari rumah Felix membangunkan Changbin. Tentu saja itu suara Brian dan teman-temannya. Kegelisahannya membuat Changbin baru tidur saat ayam berkokok. Hari sudah siang, namun Changbin enggan meninggalkan kasurnya. Sinar hangat matahari, angin semilir yang menerobos masuk jendela, dan suara keributan dari rumah Felix sangat Changbin nikmati. Sesekali ia tertawa sendirian ketika mendengar Brian melontarkan hal-hal lucu dari mulutnya. Changbin juga mendengar suara Felix yang mengingatkan Brian untuk tidak bertengkar dengan Ken. Dan juga suara Woojin yang bercengkrama dengan Daniel.

Ingatan Changbin kembali ke perbincangannya dengan Woojin semalam. Wajahnya kembali kusut. Ditariknya selimut hingga menutupi wajah tampannya. Ia mendengus kesal karena semalaman tak tidur pun ia belum bisa memutuskan karena Changbin malah mengamati dari jauh bagaimana Felix tidur.

Changbin lalu berjalan ke balkon kamarnya. Dia mengintip dari balik tirai, bagaimana keadaan rumah Felix sekarang. Ia kembali tertawa saat Ken menjadikan Brian sebagai kuda tunggangannya. Pipi gembil Brian ikut bergoyang seirama dengan gerakannya membawa Ken di punggung mengitari halaman. Si kembar dan adik-adik Daniel membaca buku di depan pintu bersama Felix. Woojin dan Daniel duduk di bawah pohon berbincang-bincang.

Diamatinya tangan Woojin yang meremas dadanya tiba-tiba. Daniel yang sadar akan hal itu hampir saja berteriak panik. Namun Woojin mengisyaratkannya untuk diam dan berkata bahwa dia baik-baik saja. Hal itu membuat Changbin membalikkan badannya tak kuasa. Kembali didengarnya suara Felix tertawa lepas tanpa tahu kalau di hadapannya ada Woojin yang sedang menahan rasa sakit. Buruknya lagi, Woojin tidak akan pernah memberi tahu Felix bagaimana rasa sakitnya yang sebenarnya. Tidak akan.

Dan tidak akan pernah.

Hati Changbin makin teriris memikirkan hal itu. Keputusan yang akan diambilnya sungguh merubah hidup orang lain. Bahkan mungkin mengubah hidupnya sendiri. Ingatannya kembali pada hari lalu akan janji yang diucapkannya pada Woojin.

Aku janji tak akan pernah membuat Felix kecewa. Dan aku berjanji tak akan ada air mata yang mengalir dari mata indahnya hanya karena harapannya hilang.

Membantu Woojin dan ia mengingkari janjinya untuk tidak membuat Felix sedih atau membantu Woojin dan menepati janjinya agar harapan Felix tidak hilang.

Baiklah, Changbin putuskan sekarang juga.












Ia akan ikuti kemauan Woojin.











Changbin akan lakukan apapun untuk mereka, untuk Felix dan Woojin. Apapun itu, tak ada yang tahu.

 Apapun itu, tak ada yang tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
metanoia || changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang