Peran awal Changbin yang hanya seorang cucu pemilik ladang yang ingin menghindar dari peliknya kehidupan kota, kini berganti menjadi seseorang yang akan menentukan nasib hidup orang lain. Dan itu bukanlah suatu kebetulan semata. Tak lagi bisa disangkal bahwa Tuhanlah yang menata semuanya hingga sedemikan rupa. Changbin tak mungkin menghindari nasibnya. Dan bukankah menjadi bagian dari cerita kehidupan orang yang dicintainya adalah hal yang patut Changbin syukuri?
Lebih tepatnya kehidupan seorang Felix.
Disinilah dia sekarang, duduk di samping Felix, merasakan angin menerpa wajahnya di pinggir danau. Kali ini tanpa Brian dan teman-temannya, karena mereka sudah pulang sejak tadi.
"Fel, aku ingin memberi anak-anak sesuatu. Kira-kira, apa yang bisa kuberikan pada mereka?"
"Untuk apa? kenapa tiba-tiba ingin memberi mereka sesuatu?"
"Aku hanya ingin berterima kasih karena sudah menemanimu selama ini." Felix yang mendengar jawaban Changbin terkekeh dan semburat merah di pipinya mencuat.
"Tidak usah repot-repot Changbin, mereka sudah melakukannya dengan senang hati. Harusnya aku yang membalas kebaikan mereka, bukannya kau."
"Aku hanya ingin. Apa salah kalau aku mengganti kebaikan mereka yang sudah menjaga milikku dengan baik?"
Dan lagi-lagi Changbin berhasil membuat Felix bersemu malu karena ucapannya. Changbin hanya terkekeh melihat Felix menundukkan kepalanya salah tingkah.
"Kalau begitu terserah padamu-"
"-yang memilikiku" serangan balik dari Felix membuat Changbin kewalahan.
Ditambah penekanan pada akhir dari kalimat itu, semakin menegaskan betapa dengan mudah keduanya bisa saling memiliki.
Warna hijau atau biru ya?
Hmm... haruskah ku beli satu atau tujuh?
Apa ini muat di badan Brian?
Terlalu besar tidak ya untuk Sam?
Sebulan bersama anak-anak, namun Changbin masih saja ragu dengan kesukaan mereka. Seperti saat ini, di depan ratusan pakaian anak-anak yang dijual di supermarket membuatnya bingung sendiri. Apalagi hari ini tak ada yang menemaninya. Woojin sedang tak enak badan. Daniel juga tak mungkin diajak, bisa-bisa kejutan Changbin gagal.
Bingung memperhatikan model pakaian di depannya, Changbin tak sadar menyenggol seseorang di sampingnya.
"Ah, maafkan saya," Changbin menunduk sopan.
"Kak Changbin? sedang apa di sini?" Changbin yang mengenali suara itu lalu mendongak.
"Oh rupanya kau, Seungmin. Aku sedang mencari sesuatu untuk anak-anak di desa. Kau tak bekerja?"
"Tidak, aku mengambil cuti beberapa hari. Lalu, apa yang akan kau berikan untuk mereka? tanganmu sepertinya masih kosong."
"Itu permasalahnnya. Aku bingung harus membeli apa." Seungmin mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
metanoia || changlix
Fanfic(n.) the journey of changing one's mind, heart, self, or way of life