One

121 7 0
                                    

  
    
   "Vikaaaa...!!! Bangun, sudah jam berapa ini?!!" seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan dimeja makan tidak lain tidak bukan adalah mamanya yang sejak tadi memanggil-manggilnya untuk bangun berangkat kesekolah.

  Gadis remaja yang dipanggil Vika itu pun terbangun mendengar panggilan sang mama, yang sudah menjadi alrm pengganti jika alrm kamarnya sudah iya matikan sejak sejam yang lalu.

   Vika pun melotot saat melihat jam di nakasnya "ya ampun, jam 7!!", ia pun langsung bergerak cepat menuju kamar mandi.

   Hari senin, adalah hari yang sangat tidak dinantikan untuk setiap anak sekolah. Ya, ini adalah hari senin yang diawali sekolah dengan upacara. Murid-murid yang sudah berkumpul ditengah lapangan untuk bersiap memulai upacara dipagi yang sangat cerah ini.

   Tapi tidak dengan Vika, seorang remaja belia yang sedang tergesa-gesa dan berlari kecil menuruni anak tangga sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ia segera menuju meja makan untuk sarapan, tidak dia tidak akan sarapan karena jam sudah menunjukan pukul 07.25 yang artinya 5 menit lagi gerbang akan ditutup dan 5 menit lagi upacara akan dimulai.

   "Ma, Vika sarapan disekolah. Udah gak keburu" katanya sambil mencium tangan lembut mamanya itu, "Pa, Vika berangkat duluan ya Papa hati-hati berangkat kerjanya" sambungnya lagi sambil mencium tangan kokoh sang Papa yang masih serius dengan gadget canggihnya.

  Sang Mama yang sedari tadi memperhatikan putrinya yang sudah berlari terburu-buru meninggalkan ruang makan keluarga itu hanya menggelengkan kepala, "Pah, sudah jam berapa ini, nanti Papa terlambat loh kalo main ponsel terus, hayuk cepat sarapan" kata Istrinya itu yang berarti Mama nya Vika, Sintya Ranjani namanya.

   Sang suami hanya menganggukan kepala tanda mengerti lalu meletakan ponsel nya kedalam saku jas nya. Ya, Rudiansyah Megantara pengusaha sukses yang menekuni bisnis sejak ia muda.

  Bahkan kesuksesannya itu tidak hanya didalam negeri, ia pun sudah banyak bergabung sampai keluar negeri. Banyak orang luar negeri yang mengajaknya bekerja sama karena kecerdasannya dalam mengurus perusahaan.
  
   Tidak heran jika ia memiliki anak-anak yang menuruni kepintarannya dan kecerdasannya.

   Tetapi dia bukanlah sosok ayah yang sempurna bagi Vika. Tidak, Vika tidak pernah membenci atau berlaku tidak baik terhadap ayahnya itu.

  Hanya saja, Vika merasa ayahnya tidak pernah sayang dan tidak pernah memperdulikan dirinya. Ayahnya selalu bersikap cuek dan selalu bersikap pilih kasih terhadapnya.

  Vika selalu berfikir bahwa ayahnya tidak pernah menganggapnya sebagai putri bungsunya, ayahnya selalu mementingkan bisnis dan masa depan kakaknya.

  Memang Vika mendapatkan segalanya, bahkan Vika tidak pernah kekurangan apapun, hidupnya cukup mewah dan rekeningnya pun tidak pernah kosong. Apapun yang dia mau tinggal dia beli jika dia butukan.

   Tetapi dia tidak butuh materi, Vika tidak butuh uang ataupun kemewahan. Yang Vika butuhkan hanyalah kasih sayang dari papahnya, yang sejak kecil tidak pernah memperhatikannya.

  Vika selalu mencari perhatian sang ayah dengan sikapnya yang berutal dan tumbuh menjadi gadis yang terbilang tidak baik sikapnya.

  Vika adalah sosok gadis yang baik sebenarnya, tetapi ia berusaha terlihat seperti anak nakal agar sang ayah dapat memperhatikannya.

Hidup {Tidak} IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang