Seven

36 0 0
                                    


   Adel menyimak curhatan Alya, ia tau benar pasti saat ini perasaannya sedang bimbang,

  "terus dia nembak lo?" tanya Adel pada Alya,

  "enggak sih, dia cuma ngungkapin perasaannya aja" jawab Alya,

   "terus apa jawaban lo waktu dia ngungkapin itu?" tanya Adel

  "ya gua jujur apa ada nya sama dia kalo gua udah punya perasaan sama orang lain, tapi katanya dia mau nungguin gua sampe gua siap buka hati untuk dia" kata Alya dengan perasaan yang tidak ia mengerti,

  "terus apa yang lo bimbangin?" tanya Adel lagi,

  "gaktau ya Del ada perasaan gak enak aja gitu sama kak Adit soalnya dia tu baik banget sama gua, iya sih perasaan gua besar banget buat kak Nicho tapi capek juga kalo gak pernah direspon sama kak Nicho, jadi gua mikir buat apa gua pertahanin perasaan gua buat orang yang gak ada perasaan juga sama gua" kata Alya menjelaskan isi hatinya,

  "ya bener juga sih, perasaan kan gakbisa dipaksain juga Al, kalo menurut gua nih sih ya lebih baik berhubungan dengan orang yang sayang sama kita daripada orang yang kita sayang tapi gaktau hatinya buat siapa?" kata Adel memberi masukan pada Alya,

  "tapi gua gakbisa lupain kak Nicho gitu aja Del, perasaan gua udah lebih ke dia" kata Alya yang masih bingung dengan perasaannya,

  "ya udah sekarang mending lo jalanin aja dulu, lagian kan mereka sama-sama cuma nganggep lo adik kelas aja, seiring berjalannya waktu lo pasti bisa nemuin hati lo yang sesungguhnya, percaya deh" kata Adel yang memberikan suport pada Alya,

   Ya, walaupun mereka sering berdebat tapi mereka saling menyayangi dna melengkapi satu sama lainnya, Adel begitu sayang dengan Alya malah sudah seperti adik kandungnya,

   "makasih ya Del jadi lega gua sekarang" kata Alya dan langsung memeluk Adel tanda terimakasih, yang dibalas dengan Adel dengan senyuman manisnya,






°°°

  Kondisi Vika saat ini sudah membaik bahkan ia sudah bisa masuk sekolah kembali, Mbok Darmi menyuruh Vika untuk tidak sekolah dulu hari ini,

  Tapi Vika tidak ingin berada dirumah sedangkan teman-temannya sekolah, itu akan membuat Vika merasa bosan dan juga saat ini Vika sudah duduk dibangku kelas 12 yaitu kelas 3 SMA dimana sudha bukan waktunya lagi untuk Vika main-main,

   Vika harus bisa menjadi seperti kak Alin yaitu kakaknya yang bisa menyelesaikan S2 nya di Australia, Vika juga ingin Papanya membanggakan dirinya seperi Papanya membanggakan kakaknya,

  Vika sudah lelah jika harus dibanding-bandingkan dengan kakaknya, karena Vika merasa mampu kalau ia bisa mencapai yang Papanya inginkan,

   Seperti biasa Vika selalu masuk mendekati bel berbunyi, tapi kali ini Vika benar-benar telat dan harus menghadapi guru piket yang sudah menjaga di gerbang sekolah,

   Tidak hanya Vika yang telat ternyata Adel juga ikut terlambat,

  Untuk hari ini yang telat hanya 3 orang saja, yaitu Vika Adel dan seorang laki-laki yang merupakan adik kelas mereka,

   Seperti halnya jika murid-murid telat guru piket akan menghukumnya, seperti Vika dan Adel yang mendapat hukuman menyapu halaman sekolah yang sangat luas itu,

   Dengar perintah guru piket yang menyuruhnya menyapu halaman mereka langsung meletakkan tas mereka ke meja kosong didepan ruang BK yang terkunci itu menandakan guru BK belum datang,

  Vika dan Adel pun segera menyapu halaman dibawah terik sinar matahari pagi itu yang membuat Adel  khawatir dengan Vika,

  "Vik, lo udah sehat emangnya udah masuk gini?" tanya Adel pada Vika,

Hidup {Tidak} IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang