Fifteen

39 2 0
                                    

  Saat ini Alin sedang makan siang bersama Rei disebuah restoran yang berada ditengah kota,

Sudah seharian ini Alin menemani Rei berjalan-jalan menyusuri ibu kota yang tidak terlalu padat seperti biasanya pada hari ini,

Rei tidak bisa berlama-lama di Indonesia ia harus kembali ke Australia karena ia masih harus bekerja, maka dari itu ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini bersama kekasihnya,

"oh iya sayang, kira-kira kamu ada rencana gak buat balik lagi ke Australia?" tanya Rei pada Alin sambil meletakkan sendoknya tanda usai menghabiskan makanannya,

"hemm aku sih masih belum tau Rei, aku masih tunggu sampai Papa izinin aku buat kesana lagi" jawab Alin disela makannya,

"Papa kamu masih sibuk?" tanya Rei pada kekasihnya itu,

"Papa gak pernah gak sibuk Rei, dia selalu mementingkan pekerjaannya daripada keluarganya" jawab Alin pada Rei dengan nada yang sedikit kecewa,

"Hei, jangan sedih gitu dong, Papa kamu kan kerja keras untuk anak-anak nya juga, iya kan" jawab Rei mencoba menghibur Alin,

"iya juga sih" jawab Alin,

"ya udah dong senyum, jangan cemberut gitu" kata Rei sambil memegang dagu sang pujaan hatinya itu,

Alin pun tersenyum pada Rei,

"kan cantik kalo senyum gitu" goda Rei membuat pipi Alin berwarna merah karena malu,

"oh iya kamu kapan berangkat lagi ke Australia?" tanya Alin pada Rei,

"ya mungkin dua atau tiga hari lagi sih, soalnya aku mau ngurus hotel peninggalan Papa dulu" jawab Rei,

Sebelum Alin menjawab lagi, ponsel Rei berdering pertanda panggilan masuk pada ponselnya,

Rei pun langsung mengangkat panggilan itu tanpa beranjak dari tempat,

"hallo?"
...
"sekarang?"
...
"tapi saya masih diluar, apa tidak bisa nanti saja?"
...
"oh begitu, baiklah saya segera datang"

Tidak begitu lama Rei pun langsung mematikan kembali ponselnya, Alin yang terlihat bingung pun bertanya,

"siapa?" tanya Alin,

"orang hotel katanya ada klien yang mau ketemu sama aku sekarang juga bilangnya sih mau ada yang dibahas" jawab Rei,

"ya udah kamu selesain aja dulu urusan kamu" kata Alin mengizinkan Rei untuk pergi meninggalkannya,

"ya aku gak mungkin lah ninggalin kamu sendirian disini sayang" kata Rei tidak ingin membuat kekasihnya itu kecewa,

"gakpapa Rei kamu selesain aja dulu urusan kamu, aku bisa naik taksi kok atau minta jemput pak asep nanti" jawab Alin meyakinkan Rei bahwa dirinya tidak apa-apa,

"ya masa kamu pulang sama Pak Asep sih kan kamu pergi nya sama aku, oh kalau gak begini aja, kamu mau kemana biar kamu aku anterin ketempat yang kamu mau pergi mungkin atau mau aku anterin pulang aja?" tawar Rei pada Alin yang benar-benar merasa bersalah tidak bisa menemaninya sampai seharian,

"hemm boleh deh kalau gitu, aku gak mau pulang ah kamu anterin aku ke kantor Papa aja ya" jawab Alin setuju pada Rei,

"oke deh siapp tuan putri, kalau begitu kita pergi sekarang" kata Rei langsung mengajak Alin meninggalkan tempat dan menuju ke mobilnya,

Karena hari ini jalanan tidak terlalu padat seperti hari biasa nya, tidak butuh waktu lama Rei dan Alin sampai dikantor Papanya Alin,

Mobil Rei berhenti tepat didepan pintu masuk utama gedung yang berwarna abu-abu gelap itu,

Hidup {Tidak} IndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang