Chapter III : Terbaliknya Tangan

10 1 0
                                    

Tiba-tiba hujan mengguyur hutan atau Peksa menyembutnya Rimba, dengan amat derasnya. Terlihat bahwa sempadan sungai bagian atas mulai tersaingi tingginya debit air yang juga berangsur deras. Warna airnya menjadi cokelat dan ia paham betul bahwa di hulu rimba tak mungkin biasa dan baik baik saja. Kemungkinan hujan deras di sana cukup menghasilkan aliran air permukaan yang membawa lapisan atas tanah menuju ke hilir dan berpisah dengan teman-temannya. Kita biasa kenal dengan erosi permukaan. Air yang jatuh dari langit menjadikan suasana rimba lebih dingin. Di luar rimba sana banyak kotoran burung terguyur air hujan, kencing supir taksi di bawah pohon Asam pinggir jalan ikut terguyur dan suasana tanah menjadi basah.

Peksa hanya duduk di dalam gubuk, memandang ranting-ranting yang bergoyang karena angin, daun yang rontok, dan debit air yang deras. Tak ada janji yang perlu didatangi untuk kondisi seperti ini, begitupun memang hari ini ia tak berangkat ke rumah Juragan. Entah untuk waktu yang belum ditentukan lagi kedatangannya diperlukan, di rumah juragan yang telah lama mati dan beberapa kali menemuinya. Tapi sepertinya ia tak berdamai pada kondisi tak diperlukannya lagi di rumah itu. Sebab sedikit harapan bahagianya ada di sana, sesosok yang menjadi harapan hidupnya, sejak kepergian mendiang Bapaknya. Namun, biarlah nanti, cukup derasnya hujan yang menemaninya berkhayal hari ini.

Sebab semenjak juragan meninggal pernah Peksa berkeliling di sekitar kampung dan mendengar obrolan di warung kopi saat saat julidan warga mengenai kondisi rumah orang kaya juragan ikan itu. Salah satu warga bercerita bahwa kondisi ekonomi sepeninggal juragan menjadi goyah, tidak adanya lagi pencari nafkah di keluarga itu menipiskan stok tabungan di bank. Kolega kolega juragan yang telah lama sebagai mitra bisnis penjualan hasil laut itupun mulai reduksi, entah karena tidak adanya lagi sosok ataupun mereka memang orang orang yang ada di rumah itu sudah tidak bisa lagi menjaga dengan baik bisnis ikan.

Pernah sekali terjadi ribut ribut di rumah itu. Kata salah satu warga yang sedang duduk di warung kopi, sembari menyeruput kopinya, Ia bercerita bahwa Depkolektor degan badan-badan kekar berjumlah 3 orang tiba-tiba membentak bentak. Menurut warga itu juga, banyak barang barang antik milik juragan yang dibawa pergi, sedang kaca-kaca rumah berhasil dipecahkan, sebagai pelampiasan DC yang tidak terima karena kedatangan juga tuntutan transaksi penagihan hutang itu tidak berjalan dengan baik. Sangat wajar sebenarnya orang di rumah juragan tidak bisa mengembalikan.

"Jangankan membayar hutang. Mereka itu ya, kata istriku menyuruh anak perempuannya untuk hutang sayuran di pasar. " Cerita warga di warung kopi.

"Kupikir tabungan dan hutang Juragan penjual ikan itu sudah ketimpangan." Imbuhnya lagi.

"Tinggal kita tunggu saja, kapan rumah itu diambil bank atau tertulis papan dijual." Imbuh salah satu warga yang lain.

Peksa yang  saat itu sedang mencari kerja dengan membantu membersihkan rumput-rumput di sekitar warung untuk upah sekali makan oleh pemilik warung merasa kaget. Kondisi ekonomi yang terbilang kaya raya dan Peksa paham betul akan hal itu. Kemudian menjadi goyah sepeninggalan Juragan membuatnya tidak habis pikir. Walaupun selama bekerja di sana telinga dan hatinya panas akan pelampiasan kemarahan entah untuk yang Peksa lakukan maupun tidak, cacian yang menemaninya di pagi dan sore hari menghasilkan sebuah kepedulian. Sampai terkadang Ia merasakan kangen akan kenangan itu. Sebab Juragan sosok yang tegar semi galak tapi di sisi lain Peksa merasa beliau juga sosok yang adil dengan memberikan banyak banyak nasihat walaupun dengan cara yang Peksa pahami dikemudian hari.

Cara yang berbeda untuk memberikan kesan hidup, arti menjalani lika liku sebuah cerita dalam dunia realita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PeksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang