7. Découvert

4.4K 227 5
                                    

Sebelum melanjutkan membaca, yuk sama-sama ninggalin jejak vote sama komennya yaa 😉

Untuk kesekian kalinya, Bara terpana akan gambar kecil yang tertera pada layar USG yang dikandung oleh Kaila. Wajah pias Kaila terlihat di mata Bara. Bara melakukan ini bukan Semata-mata ia tak percaya bukan, ia melakukan ini agar Kaila tak menghindar lagi padanya dan ini pun untuk menguatkan dugaan.

Lebih cepat, lebih baik, Bukan.

Kini keduanya saling diam, membiarkan sunyi merayap pasti di dalam mobil itu. Bara dengan pikirannya dan begitupun juga Kaila dengan pikirannya.

"Kalo pun ini yang terbaik, aku ikhlas Ya Allah. Kalo ini cara agar aku terpisah dengan Farel, aku sangat bersyukur" Ucap Kaila dalam hati

Mereka masih sama-sama terdiam, belum ada suara dari salah satu untuk memulai pembicaraan.

"Kai, kita ke rumah orang tuamua ya. Kita hadapi sama-sama ya. Ini memang terlihat berat, tapi abang sudah berjanji akan tanggung jawab" Ujar Bara akhirnya

Kaila masih terdiam mencerna apa yang baru saja Bara katakan "menghadap orangtuanya" berarti sebentar lagi saat-saat ia mengecewakan orangtuanya akan segera terjadi. Namun, ini memang sudah jalannya. Bukan, bukan Kaila tak menerima Bara untuk menjadi ayah biologis dan suaminya. Ia hanya merasa bimbang.

"Kai tahu, kalopun ini yang terbaik. Kita hadapi sama-sama, bang" Kata Kaila setelah sekian lama "Tetap kuat setelah ini, tetap selalu tepat janji abang nanti, aku menagih janjimu, kala itu bang" Kata Kaila menangis

"Ngga akan abang ninggalin kamu, kita hadapi ya sekarang" Kaila mengangguk mantap dengan di selingi oleh detak jantung yang tak biasa.

🥀🥀🥀

Mobil X-TRAIL sudah berada tepat di depan gerbang rumah Kaila. Rumah terlihat sejuk siapa saja yang akan melihatnya, bunga-bunga bermekaran dengan indah. Tidak dengan wanita di samping Bara. Kaila terus menggenggam tangan Bara dengan kuat.

"Bismillah, Beri kelancaran Ya Allah" Doa Bara.

Mereka berdua mendekati pintu utama, meyakinkan diri sekali lagi. Sebelum akan menghadapi sebuah kenyataan.

"Assalamu'alaikum" Salam Kaila dan Bara setelah masuk dalam rumah

"Walaikumsalam" Sapa Ibu Kaila

"Loh, udah pulang mbak?" Tanya sang ibu

"Lagi ngga ada kelas bu" Jawab Kaila sambil mengambil gelas untuk ia sajikan untuk Bara "Bu, di luar ada bang Bara, bisa panggilkan ayah bu" Pinta Kaila gugup

"Ada apa memangnya?" Tanya Bu Maudy ibu Kaila

"Ada yang mau Kaila sama bang Bara omongin" Jelas Kaila

"Ya sudah ibu panggilkan ayah, bawain cemilan itu ya buat bang Bara" Pesan ibu Kaila dan Kaila mengangguk

Kaila menghela nafas dalam-dalam, menyiapkan dirinya untuk melihat wajah kecewa orang tuanya.

Kaila dan Bara sudah duduk di satu kursi sofa, sembari menunggu sang ayah tiba di hadapan mereka. Terlihat wajah pias Kaila sedangkan Bara sama sekali tidak menunjukkan wajah gugup ataupun ingin mundur.

"Bang Bara, apa kabar?" Sapa ayah dari Kaila

"Alhamdulillah, yah. Bara sehat. Ayah sama ibu sehat"

"Selalu sehat, nak." Jawab Herman semangat "Ada apa ini tumben, kenapa ngga ajak Maulin?"

"Bara mau ngomong tentang suatu hal dengan ayah sama ibu" Kata Bara mantap

Air muka kedua orangtua itu terlihat bingung, ada apa gerangan. Sehingga laki-laki muda ini menghadapnya dengan raut wajah serius.

BEGINNING OF LOVE ✓ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang