Akhir dari sebuah hubungan, bukan akhir dari sebuah cerita.
⭕⭕⭕
Suara dentuman musik yang semula terdengar amat keras, kini hanya terdengar lirih ditelinga kedua remaja itu. Apalagi rintik hujan mulai menyapa, membuat suasana canggung diantara keduanyapun mulai terasa.
Seorang gadis perponi, tengah menatap ragu ke arah seorang cowok jangkung yang kini berdiri dihadapannya itu.
Arailla Naomi Putri nama yang tertulis di selempang gaun gadis itu. Dan Ezra Arian adalah nama yang tertulis di selempang cowok yang berhadapan dengan Ara itu.
"Kamu ngapain ngajak aku kesini? Kan pesta perpisahan SMA kita belum selesai." Tanya Ezra sambil mengernyit heran, karena tak seperti biasanya gadis itu bersikap seperti ini.
"Hujan makin deras nih, neduh yuk." Ajak Ezra sambil hendak menarik lengan Ara, namun gadis itu menolak.
"Aku mau bicara. Sebentar aja." Ujar Ara sambil terus menatap mata Ezra.
Cowok itu mengalah, ia memilih membuka jas yang ia kenakan dan mengangkatnya ke atas untuk melindungi tubuhnya dan tubuh kekasihnya itu agar tak terkena air hujan yang mulai deras.
Ara dan Ezra memang sepasang kekasih yang sudah menjalin asmara semenjak tiga tahun lamanya. Yang dimulai kala mereka masih menjadi anggota MOS di Sma yang kini akan ia tinggalkan itu.
"Malam ini adalah malam perpisahan sma kita, dan malam ini juga adalah malam perpisahan untuk hubungan kita." Ujar Ara tiba-tiba, yang langsung membuat Ezra menganga tak percaya akan apa yang dikatakan gadisnya itu.
"Hah? Maksud kamu apa? Kamu bercanda kan?" Tanya Ezra mencoba berbaik sangka pada keputusan Ara itu. Namun naas, Ara malah menggeleng menandakan ia serius dengan apa yang ia katakan tadi.
"Aku wanita biasa, yang juga rasakan sakit saat kamu main di belakangku. Tapi, aku nggak bisa ngekang kamu saat kamu bermesraan dengan gadis lain." Ujar Ara pelan, "karena aku tau, setiap hubungan nggak perlu ada pengekangan. Yang penting itu adalah kepercayaan."
Ara meletakkan telapak tangannya ke dada Ezra. Sedangkan Ezra hanya menatap nanar ke arah Ara yang tubuhnya kini mulai bergetar.
"Aku percaya sama kamu, meskipun selama ini kamu main dibelakangku dengan gadis-gadis lain." Bibir Ara mulai bergetar menahan isak tangis dari bibirnya. "Tapi, saat kamu malah dengan sahabatku sendiri, aku jadi mikir. Mungkin, kamu memang nggak bisa dipercaya."
Air mata Ara mulai luruh, ia tak dapat menahannya lebih lama lagi. Karena sesak di dadanya sudah amat terasa sakit. Dan malam ini ia harap akan menjadi malam terakhir ia rasakan sakit yang selama tiga tahun ini ia simpan sendirian.
"Kita udahan ya." Tambah Ara sambil mengusap pelan pipi Ezra. Namun tangannya langsung digenggam erat oleh Ezra.
"Kamu benci sama aku?" Satu kalimat yang berhasil keluar dari mulut Ezra. Namun Ara menggeleng pasti.
"Aku nggak benci, aku juga nggak marah sama kamu. Tapi aku cukup tau diri, jika mungkin kita memang nggak ditakdirkan bersama."
🔜🔜🔜
Selamat datang di cerita romance pertamaku. Sebenarnya ini tulisanku pas lagi nganggur-nganggurnya nungguin pengumuman SBMPTN dulu. Dan baru bisa aku publish sekarang, setelah aku udah hampir dapet datu semester dikampus idamanku sejak dulu :)
Okey, nggak usah nunggu lama ya. Jangan lupa tinggalin:
Vote
Comment
Follow
Dan share ketemenmu ya ❤See you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Mistake
Romance"Sebrengsek-brengseknya cowok, pasti dia pengennya punya pasangan wanita yang baik-baik." Ucap Ezra seraya berusaha meraih tangan Ara. "Tapi, wanita baik-baik nggak butuh pasangan seorang cowok brengsek." Balas Ara membuat Ezra kalah telak. ...