14 - Mulai Berubah

81 17 27
                                    

Kali ini, tak akan ku biarkan kamu pergi lagi.

✨✨✨

Menikmati waktu bersama, dengan pemandangan indah langit senja. Membuat Ara dan Arnov sampai pulang kemalaman. Awalnya Arnov mengajak Ara untuk mencari penginapan saja, namun gadis itu menolak. Karena Ara belum pernah bepergian bahkan sampai menginap jika hanya berdua saja seperti ini, apalagi dengan lawan jenis.

Akhirnya untuk menghargai keinginan Ara, Arnov mengikuti kemauannya. Namun saat Arnov ingin mengantar Ara sampai ke rumah, gadis itu juga keukeuh menolak. Dengan alasan, rumahnya adalah privasi yang paling ia jaga. Karena memang hanyalah Poppy yang tau rumahnya. Hal itu disebabkan Ara yang ingin membuat suasana tenang di rumah tanpa ada gangguan dari orang-orang.

Sehingga Arnov hanya dapat mengantar Ara sampai ke butiknya saja.

"Bye Nov, makasih buat hari ini. Gue seneng banget." Ucap Ara dari luar jendela mobilnya.

Arnov tersenyum senang, kemudian ia mengangguk pelan. "Lain kali mau lagi ya? Gue janji bakal ajak ke tempat yang jauh lebih bagus lagi."

Ara nampak kegirangan, dan dengan spontan ia mengangguk antusias. Setelah itu Ara mundur dari tempatnya semula, ia memberi ruang agar Arnov dapat segera pulang.

"Hati-hati." Ucap Ara lembut.

"Gue tungguin lo, sampai lo masuk ke dalam mobil lo." Ucap Arnov karena ia takut Ara kenapa-napa. Soalnya ini sudah sangat larut malam.

"Udah gapapa, kayaknya gue mau tidur di butik, soalnya besok gue mau ketemu klien. Jadi takut telat." Ucap Ara meyakinkan.

Arnov mendesah pelan, lagi-lagi ia kalah dan hanya menurut atas permintaan Ara. Setelah itu ia melakukan mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

Ara langsung berjalan memasuki butiknya, namun betapa terkejutnya kala ia mendapati bayang-bayang siluet dari belakangnya. Tubuh Ara terasa lemas, bahkan kunci ditangannya pun tiba-tiba terjatuh karena ketakutan. Jika tau akan seperti ini, ia tak akan membiarkan Arnov pergi.

Dengan hati-hati Ara menunduk, guna mengambil kuncinya. Namun kini ia jauh lebih terkejut karena kunci itu terlebih dahulu diambil oleh orang yang berada dibelakangnya itu.

"AAAAA TOLONGGG." Teriak Ara ketakutan sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Tubuh Ara bergetar, bahkan kini ia tak kuasa membendung air matanya lagi.

"Hey, ini aku Ra." Ucap orang itu, dan Ara sangat hafal betul suara itu. Ara pun menghentikan tangisnya, dan mengintip sosok di depannya itu di sela jari-jemarinya.

Benar dugaan Ara, dia adalah Ezra. Sekarang cowok itu malah memasang wajah tanpa berdosanya di depan Ara kini. Padahal ia baru saja membuat jantung Ara hampir copot.

Dengan kesal Ara langsung memukul Ezra menggunakan tasnya. "Dasar Ezra bego, nakutin orang aja. Ngapain disini malem-malem ih."

Ara mengomeli Ezra sedangkan cowok itu malah tertawa menggoda. Kemudian Ezra meraih kedua tangan Ara, agar gadis itu berhenti memukulnya.

Kini keduanya tengah bertatapan, dengan mata Ara yang masih menyimpan bekas air mata tadi. Ezra mengamati setiap inci wajah gadis itu, wajah gadis yang selama ini masih menghantui pikiran dan hatinya. Sedangkan Ara yang merasa dirinya diamati begitu lekatpun langsung berusaha menjauhkan tubuhnya dari Ezra, namun usahanya sia-sia karena kekuatan Ezra jauh lebih besar dibandingkan dirinya.

"Zra lepasin, jangan macem-macem kamu ya." Ancam Ara sambil memberontak.

Ezra tersenyum tipis, kemudian tangan kirinya melepaskan genggamannya dipergelangan tangan kiri Ara. Namun tak lepas begitu saja, karena tangannya itu berganti ke arah wajah Ara, tepatnya ke arah mata Ara yang masih menggenang air mata itu.

My Favorite MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang