Aku masih bisa kau percaya, dan yang paling kau percaya. Namun, cukup percaya kan padaku, jika aku dapat membuktikannya padamu.
✨✨✨
Bergaya dengan berbagai pose kini Ara dan Poppy lakukan. Meski sebenarnya Ara sangat gugup, karena Ara rasa mata Ezra tak pernah berhenti menatap kearahnya. Sehingga Ara menjadi jauh lebih gugup untuk berpose, bahkan untuk tersenyum pun Ara harus paksakan bibirnya sendiri.
"Sekarang pose satu-satu ya, Ara duluan." Ucap Ezra yang diiyakan oleh Poppy, kemudian gadis itu pergi ke sebelah Ezra dan meninggalkan Ara sendiri untuk berpose.
Ara nampak kaku, ia bingung ingin berpose bagaimana. Karena tadi saja ia hanya mengikuti pose Poppy, sehingga saat Poppy tak ada seperti ini, ia menjadi tak ada patokan lagi.
"Ra coba duduk disini." Ezra tiba-tiba datang dan membawakan sofa kecil untuk Ara duduki.
Ara langsung menurut saja, ia duduk seperti yang diperintahkan Ezra. Namun ia duduk dengan tubuh yang kaku, sehingga Ezra gemash melihat Ara.
"Ra, ga usah gugup." Ucap Ezra pelan sambil tersenyum meyakinkan.
"Gimana gak gugup kalau kamu liatin terus." Ara menggerutu dalam hatinya, namun ia mencoba untuk terlihat santai.
"Zra, coba deh lo duduk dibawah Ara, kayaknya lucu deh." Ucap Poppy tiba-tiba, yang membuat Ara membelalakkan matanya tajam.
"Maksudnya Pop?" Tanya Ezra dengan sok polos, padahal sebenarnya sudah mereka rencanakan sedari awal. Dan utulah alasan mengapa baju yang dikenakan Ezra nampak rapi dan senada dengan baju Ara kini.
"Iya lo duduk, biar gue yang foto in. Gue dulu pernah ikut organisasi fotografer, jadi bisalah gue kalau masalah ngefoto gini." Ucap Poppy yang membuat Ara semakin menatap gadis itu tajam. Sedangkan Ezra malah menurut, ia duduk dan menyandarkan tubuhya bak seorang model di sebelah kiri sofa yang Ara duduki.
"Poppy." Ara nampak geram, namun Poppy tak menggubrisnya.
"Ra, coba tangan kanan lo pegang dagu." Arah Poppy yang dengan bodohnya Ara tiba-tiba menurut begitu saja. Padahal ia sebenarnya kesal pada Poppy, namun entah mengapa ia malah menuruti arahan Poppy.
"Gini?" Tanya Ara memastikan kebenaran yang ia lakukan.
Poppy mengangguk kemudian ia berjalan mendekati mereka, dan menaruh tangan kiri Ara menuju bahu Ezra. Sontak Ara langsung menarik tangannya.
"Ra, please nurut ya. Cuma foto aja kok, masa lo nyuruh-nyuruh gue mulu, tapi gue ga boleh nyuruh lo. Lagian ini ju-"
"Iya." Potong Ara karena ia sudah muak dengan drama dari Ezra dan Poppy ini. Ia ingin secepatnya menyudahi, agar ia dapat segera bebas.
"Nah gitu dong." Poppy langsung menuju ke arah kamera lagi. Ia mulai mengambil potret dari keduanya.
"Sungguh serasi." Batinnya.
Namun tanpa ada yang menyadari, Ara kini tengah mengalami keringat dingin dan dada yang semakin berdebar tak karuan. Ia jadi teringat fotobox nya dulu bersama Ezra saat masih pacaran. Dan fotobox itu diambil dikencan pertama mereka, dan saat pertama pula Ara mulai benar-benar mencintai Ezra.
Flashback On
"Fotobox yuk." Ajak Ezra seraya menarik tangan Ara memasuki fotobox itu.
Ara nampak bingung dan kaku, karena ia jarang sekali foto, bahkan digalerinya hanya dipenuhi foto gambaran nya, bukan fotonya sendiri.
"Jangan kaku gitu dong Ra, sini deketan ke aku biar kamu ga bingung." Ucap Ezra yang mulai mendekatkan tubuhnya ke Ara. Ezra berdiri tepat dibelakang kekasihnya itu.
"Senyum dong Ra, kayak aku gini nih." Ucap Ezra sambil menampilkan senyuman lebar khasnya.
Ara sedikit geli melihat senyuman Ezra itu, kemudian ia menurut dan tersenyum lebar, selebar senyum Ezra. Hingga fotobox mereka penuh dan berakhir, tiba-tiba Ezra membisikkan kalimat manis di telinga Ara.
"Aku janji Ra, aku akan selalu membuatmu tersenyum selebar tadi. Dan membuatmu merasa nyaman dan aman dimanapun. Aku akan selalu menjagamu, disampingmu, disisimu. Karena kamu selalu ada disini Ra, dihatiku."
Flashback End
Lamunan Ara akan masa lalu tiba-tiba buyar kala sebuah tangan menyentuh tangannya. Ya, itu adalah tangan Ezra. Sedangkan Ezra hanya memasang tatapan lembutnya ke Ara. Hingga keduanya kini saling tatap, namun bukan hanya tatapan bisa. Disela tatapan mereka ada sebuah makna yang sulit diutarakan, dan yang pasti ada tatapan penyesalan dan rindu dari mata Ezra.
"Maafin kesalahanku dulu ya, Ra, kita mulai dari awal ya."
✨✨✨
Pipi bersemu, dada berdebar kencang, dan bibir tak hentinya tersenyum. Kali ini Ara memang tak bisa menghentikan perasaannya lagi. Ia tak bisa membohongi dirinya sendiri lagi. Bahkan hanya karena ucapan sederhana yang entah pembuktiannya saja, Ara sudah sangat bahagia seperti ini.
Ara menepuk kedua pipinya, ia berusaha menyadarkan dirinya. Jika ia tak seharusnya memikirkan kalimat bulshit Ezra kemarin. Namun semakin Ara memaksa melupakan, malah semakin berdebar kencang pula dadanya.
Hingga Ara hanya dapat meletakkan kepalanya di balik lipatan tangannya yang ada diatas meja kerjanya. Ara memejamkan matanya, ia mencoba menenangkan pikiran tentang Ezra yang ada di otaknya kini. Dan tetap saja, semakin berusaha dilupakan malah semakin jelas ia teringat.
"Masa aku jatuh cinta lagi hanya karena kalimat yang belum tentu ada buktinya." Lirih Ara kesal pada hatinya. Ya, Ezra kan si Raja gombal dan si Raja bulshit pula. Jadi keseriusan akan ucapannya kemarin masih perlu dipertanyakan.
"Tapi, memang aku ini aneh. Udah lima tahun gak bersama, hati ini masih jatuh cinta ke dia." Geram Ara pada dirinya sendiri, "please, hati jangan bodoh. Jangan mau sakit seperti dulu dengan orang yang sama lagi."
Ara mengoceh tak karuan, hal ini gara-gara kalimat manis Ezra kemarin. Yang membuat move on selama lima tahun Ara menjadi sia-sia.
"Tuhan, aku bingung. Hatiku masih tetap memilih dia, namun aku tak ingin kembali terluka oleh orang yang sama."
🔜🔜🔜
Selamat menunggu next update nya guys :)
Semoga kalian betah dicerita ini
Dan jangan lupa buat tinggalinVote
Comment
Follow
And
Share to your friends ❤️See you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Mistake
Romance"Sebrengsek-brengseknya cowok, pasti dia pengennya punya pasangan wanita yang baik-baik." Ucap Ezra seraya berusaha meraih tangan Ara. "Tapi, wanita baik-baik nggak butuh pasangan seorang cowok brengsek." Balas Ara membuat Ezra kalah telak. ...