Kamu itu kayak becak, antik.
❤❤❤
Mentari pagi ini langsung menusuk ke pori-pori kulit Ara. Karena meskipun di becak ada penutupnya, namun tak dapat menutupi seluruh tubuh Ara.
"Nyesel ya?" Tanya Ezra tiba-tiba.
Ara menggeleng pelan, "naik becaknya nggak nyesel, tapi duduk bareng kamu yang bikin nyesel."
Ezra terkekeh, ia tau jika Ara adalah tipe cewek yang bukan pemilih. Ara selalu bersyukur atas apa yang ia punya, bahkan dulu ia sempat bersyukur telah menjadi pacar Ezra si playboy cap kadal. Meskipun pada akhirnya Ara menyerah karena tingkat playboy Ezra sudah merambah ke sahabatnya sendiri.
"Ez." Pnggil Ara tiba-tiba.
Ezra hanya berdeham menanggapi panggilan Ara, karena ia tengah fokus mengambil potret jalanan. Dengan sesekali ia mengambil potret Ara secara diam-diam.
"Terus kamu belanjain cewek-cewek kamu pake duit siapa?" Tanya Ara ragu, "maksud aku kan, katanya kamu cuma dapet uang jajan yang nggak seberapa."
"Siapa bilang aku belanjain mereka, yang ada tuh mereka yang belanjain aku." Ucap Ezra sambil terkekeh.
Ara melongo, "Nggak mungkin, kamu kan dulu yang sering banget belanjain cewek-cewek."
Ezra menghela nafas panjang, "Serius Ra, aku kan nggak pernah bohong sama kamu."
"Iya, kamu terlalu jujur, sampai malah nyakitin aku." Ucap Ara spontan. "Eh, maksud aku--."
Ezra terkekeh melihat Ara yang gelagapan mencari alasan. Kemudian tanpa sadar ia malah memotret wajah Ara yang masih bersemu merah karena malu.
"Ih Ezra, kok malah fotoin aku sih. Hapus gih." Ujar Ara sambil berusaha merebut kamera dari tangan Ezra. Namun saat tangan Ara sudah hendak sampai, tiba-tiba becaknya malah oleng hingga membuat Ara terjatuh ke pelukan Ezra.
Mata Ara dan Ezra saling mengunci dari darak yang amat dekat. Keduanya seakan dapat merasakan deru nafas dari satu sama lain.
"Mas, mbak jangan gerak mulu. Becaknya nanti oleng." Ujar sopir becak yang langsung menyadarkan Ara dan ia bergegas memperbaiki posisi duduknya untuk menajuh dari Ezra.
Canggung.
Satu kata yang kini Ezra dan Ara rasakan, gara-gara kejadian tadi. Mereka hanya bisa saling diam dan sibuk berkutat dengan pikirannya masing-masing. Hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di Cafe yang hendak mereka tuju.
Ezra dan Ara pun langsung turun dari becak. Namun saat Ezra hendak mengambil dompetnya, tiba-tiba Ara sudah membayar becak itu.
"Loh, Ra. Kan mau aku bayar." Protes Ezra.
Ara tersenyum sinis, "Biasanya kan kamu nggak keluar duit juga kan?" Ledek Ara yang membuat Ezra mendegus kesal.
"Kalo kamu itu beda. Meskipun aku harus habisin uang jajan sebulanku hanya untuk seharian sama kamu, aku gapapa." Ucap Ezra sambil tersenyum pasti.
Ara mendesah panjang, bukannya ia tidak baper dengan apa yang dikatakan Ezra itu. Namun Ara sudah terlanjur muak dengan kata-kata manis yang ujung-ujungnya tragis. Karena Ara sudah menjadi korban Ezra, dan ia sudah bertekad untuk tidak tetbawa perasaan lagi dengan cowok itu.
"Ke Cafe mana?" Tanya Ara mengalihkan topik pembicaraan. Ezra yang sadar pun langsung tersenyum tipis, ia tau jika Ara masih menyimpan luka di hatinya. Kemudian tangan Ezra langsung menggenggam erat tangan Ara. Sontak Ara sedikit terkejut dengan genggaman erat itu.
"Yuk." Ucap Ezra sambil menarik tangan Ara, sedangkan gadis itu hanya pasrah dan mengikuti langkah kaki Ezra.
Mereka menuju ke sebuah Cafe kekinian yang sedang trending di tempat itu. Kemudian Mereka memasuki tempat itu, Ezra mengajak Ara untuk duduk di meja yang berada di dekat sebuah panggung kecil yang biasanya digunakan untuk performance musik akustik ataupun stand up comedy.
"Yakin kamu punya uang buat bayar makan kita disini?" Tanya Ara yang sudah bagaikan ledekan.
Ezra berdesis, "Ngeremehin."
Kemudian Ezra memesankan makanan untuk dirinya sendiri dan Ara. Karena gadis itu ketika ditanya ingin pesan apa, hanya bilang terserah.
Suasana Ara dan Ezra sekarang sedikit canggung. Keduanya masih ragu untuk membuka topik pembicaraan. Hingga tiba-tiba suara genjrengan gitar terdengar, dan membuat keduanya langsung menoleh ke arah suara. Yaitu di panggung kecil yang berada di dekat mejanya itu.
Ara sedikit terkejut kala melihat siapa sosok yang berada di panggung dengan membawa gitar itu. Ia pikir, wajah cowok itu tak asing di matanya. Namun, Ara lupa akan siapa dan dimana ia bertemu dia. Hingga cowok dipanggung itu mengalunkan nada dengan merdu dari gitar dan dari suaranya sendiri. Suara lagu Shadow milik Austin Mahone pun langsung menyejukkan indera pendengaran seluruh pengunjung di cafe itu.
"You walk into the room
So perfect but unware
Making you stop and stare
Every time I heard he broke your heart
Can I just fix you girl
Show you a different world, ohI take you anywhere
I push you on a throne
I lay down my heart I swear
And I'll make sure that you'll never be alone.""Ra, makan gih." Panggilan Ezra langsung menyadarkan Ara dari lamunannya karena ia terhanyut dengan lembutnya suara cowok dipanggung itu. Apalagi sejak tadi keduanya saling bertatapan, hingga membuat Ara langsung larut dalam tatapan cowok itu.
Ara pun langsung menetralkan pikirannya dan mengalihkan pandangannya ke arah Ezra yang kini menatapnya heran.
"Kamu kenal?" Tanya Ezra tiba-tiba.
Ara mengernyit bingung, "sama siapa?"
"Si penyanyi itu, dari tadi kalian tatap-tatapan mulu." Ucap Ezra dengan sedikit kesal.
Ara sedikit salah tingkah, ia seakan tertangkap basah tengah maling.
"Ngaco." Ucap Ara dengan kikuk.
"Syukurlah."
🔜🔜🔜
Oe gimana neh.
Siapa cowok itu ya?
Kepo nggak? Kepo dong, biar aku seneng :D
Oiya, kuylah
Vote
Comment
Follow
Share
And find me on, ig: dilaa_april
See you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Mistake
Romance"Sebrengsek-brengseknya cowok, pasti dia pengennya punya pasangan wanita yang baik-baik." Ucap Ezra seraya berusaha meraih tangan Ara. "Tapi, wanita baik-baik nggak butuh pasangan seorang cowok brengsek." Balas Ara membuat Ezra kalah telak. ...