Keputusanku itu tepat, karena kamu memang bukan tempat yang tepat untukku bertempat.
🌞🌞🌞
"Kalo aku ada salah bilang ya, jangan tiba-tiba kamu ngilang. Apalagi kalau rasa kamu yang ilang, bisa-bisa nyawaku yang ilang karena kehilangan kamu plus rasa sayang kamu."
Kalimat-kalimat gombal anak sma tadi kepada pacarnya seakan terngiang-ngiang dikepala Ara. Ia tak menyangka jika keputusannya untuk duduk ditaman adalah salah. Karena bukan mengurang beban pikirannya, namun malah menambahnya.
Ara melangkahkan kakinya untuk menyusuri taman ini, namun matanya tetap saja menatap sepasang kekasih yang tengah bergandengan saja. Padahal hari ini adalah hari kerja, tapi mengapa seakan taman ini sangat ramai. Apalagi yang mengisi keramaian itu hanyalah para pasangan yang bergandeng tangan.
Keadaan ini seakan mengejek status Ara sekarang yang masih saja setia menjomblo. Padahal sudah 5 tahun lalu putus, namun perasaan masih saja stuck pada satu orang.
Sebenarnya sudah ada beberapa lelaki yang mendekati Ara selama ini. Namun gadis itu selalu menolak dengan alasan ingin berkarir dulu. Hingga kini satu kalimat yang selalu Ara ingat dari seorang cowok yang pernah ia tolak dulu.
"Bagaimana kamu bisa lupa, jika kamu tak mau membuka hati kamu untuk yang lainnya? Ingat, hidup bukan untuk berjalan ditempat. Namun untuk melangkah ke depan, agar kita dapat menemukan sebuah pencapaian."
Ara tersenyum tipis kala mengingat kalimat itu, kalimat yang berasal dari mulut cowok keturunan Indo-Jerman yang dulu pernah menjadi salah satu kandidat yang menembaknya namun ia tolak juga. Dia adalah Arsen, satu-satunya orang yang pernah Ara tolak dan sampai sekarang masih berhubungan baik dengannya.
Seperti sekarang ini, sebuah pesan masuk dari Arsen baru saja Ara baca.
Arsen: Tunggu aku, aku akan ke Indonesia dalam waktu dekat.
Ara: I still waiting.
Setelah membalas pesan Arsen, Ara langsung menyimpan ponselnya ke dalam tas. Hubungan Ara dan Arsen memang dekat, namun tak ada rasa suka sama sekali di dalam hati Ara pada Arsen. Dan Arsen mengetahui hal itu, namun Arsen tetap santai untuk menjaga hubungan baik dengannya.
Kadang Ara merasa heran terhadap dirinya sendiri. Mengapa ia bisa sangat menutup pintu hatinya. Padahal hubungannya dengan Ezra sudah kandas sejak 5 tahun lamanya. Pikirannya memang mau maju ke depan, tapi hatinya tak bisa dibohongi. Ia masih belum siap untuk terluka yang kedua kalinya, hanya dengan atas nama cinta.
"Iya, saat ini dihati aku cuma ada kamu kok." Ucap seseorang yang berjalan tepat dibelakang Ara, dan Ara rasa suara itu tak asing ditelinga nya.
"Yakin ya? Awas kalo aku liat kamu jalan sama cewek lain lagi." Balas seorang wanita yang ada didalam rangkulannya.
Ara yakin betul tentang siapa yang kini ada dibelakangnya. Dengan sedikit bergetar Ara menghentikan langkahnya dan memilih untuk membalikkan tubuhnya tepat menghadap kedua orang itu yang kini turut menghentikan langkahnya karena jalannya terhalang oleh tubuh Ara.
Mata Ara terbelalak saat bertemu dengan mata yang kini menatapnya dengan tak kalah terbelalak itu. Ya, dia adalah Ezra yang kini tengah merangkul mesra seorang gadis cantik bertubuh ramping itu.
Ara mengulum senyum getir, "ingat mbak, untuk saat ini. Mungkin setelah kamu nggak sama dia lagi, dia bakal sama yang lainnya. Cowok mah gitu, buaya, apalagi yang tampangnya kayak dia."
Ezra berdeham kikuk, Ara yang sekarang memang sangat pandai dalam hal menyindir.
"Kamu siapa? Sok tau banget. Dia itu setia nggak kayak cowok-cowok yang lainnya." Bela cewek disamping Ezra seraya memeluk pinggang Ezra secara posesif.
Ara berusaha tenang, ia tetap menampilkan senyum tipisnya, meskipun sebenarnya ada yang mengganjal dihatinya.
"Kamu tanya aku siapa? Tanya tuh sama cowok kamu. Semalam habis ngapain aja sama aku." Ucap Ara yang membuat cewek itu tertegun. Sedangkan Ara hanya tersenyum sinis pada Ezra.
Kali ini, Ara akan mengganggu Ezra, memang Ara tak suka melihatnya bermesraan dengan gadis lain. Namun alasan yang utama adalah, karena Ara ingin memberikan balasan pada Ezra. Dan Ara tak suka jika Ezra mendekati gadis-gadis hanya untuk diporotin saja.
"Oiya Zra, jangan lupa ambil baju kamu di rumah aku." Ucap Ara seraya tersenyum centil ke arah Ezra sebelum ia pergi meninggalkan Ezra dan cewek itu.
Sementara itu, sedari tadi Ezra hanya terpaku melihat keberanian Ara sekarang. Ia tak menyangka jika Ara akan sangat berani berkata seperti itu. Entah apa maksudnya, namun yang penting Ezra sangat senang karena Ara sekarang sudah bisa mengekspresikan perasaannya.
"EZRAAAAAAAA."
💕💕💕
Ara terduduk di bawah pohon yang ada diseberang tempatnya mengganggu Ezra tadi. Kini ia memegangi dadanya yang berpacu sangat cepat. Hingga tanpa sadar, ada cairan bening yang mengalir indah dari matanya.Ia menangis, entah apa yang ia tangisi. Namun jujur, hatinya masih terasa sakit kala melihat Ezra bermesraan dengan gadis lain. Hatinya tak bisa dibohongi, ia masih menyimpan rasa untuk cowok brengsek seperti Ezra. Bahkan seakan masih ada tempat khusus yang memang tercipta untuk Ezra di hatinya.
"Kenapa gue harus ketemu Lo lagi Zra? Gue benci." Lirih Ara dalam isakannya. "Selama ini gue nahan sakit sendirian, tapi kenapa gue terlalu bodoh sampai-sampai gue tetep ga bisa ilangin Lo dari hati gue Zra."
Ara merutuki kebodohannya sendiri, tentang mengapa rasanya masih ada sedangkan orangnya sudah pergi jauh untuk berkelana.
Jika Ara mendapatkan untuk mengulang waktu nya dulu. Ia pasti akan memilih untuk tak pernah bertemu dengan cowok brengsek macam Ezra. Karena sebrengsek-brengseknya Ezra, Ara selalu dibuat jatuh cinta pada tatap matanya.
"Kenapa ada rasa, jika kata luka juga tercipta?"
*****
Salam literasi
#dirumahaja
#bacaceritakuaja:D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Mistake
Romance"Sebrengsek-brengseknya cowok, pasti dia pengennya punya pasangan wanita yang baik-baik." Ucap Ezra seraya berusaha meraih tangan Ara. "Tapi, wanita baik-baik nggak butuh pasangan seorang cowok brengsek." Balas Ara membuat Ezra kalah telak. ...