6 - Nyambung

160 48 20
                                    

Lucu ya, kamu cuek aja aku suka. Apalagi kalau enggak? Bisa-bisa gue cinta.

💢💢💢

Dengan lincah jari-jemari Ara tengah menggambar sketsa gaun-gaun pesta yang nampak apik. Ara sangat teliti kala menambahkan pernik-pernik hiasan kecil digambaran gaunnya itu.

Malam ini otaknya memang sangat lancar untuk memunculkan ide-ide baru dalam karya mendesainnya. Karena memang kalau ia sedang ada masalah yang dipikirkan. Cara melupakan masalahnya itu yaitu dengan menggambar desain baju.

Ya, inilah dinamakan masalah pembawa berkah.

Namun tiba-tiba ketukan pintu kamarnya, membuat Ara menghentikan aktivitas menggambarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu, guna membukakan seseorang dibalik pintu kamarnya itu. Dan muncullah sosok wanita paruh baya sambil memegang erat sebuah ponsel ditangannya.

"Ini Non, hape Non Ara ketinggalan di meja makan. Bunyi terus dari tadi." Ucap wanita itu yang bernama Mbok Jumi, pembantu setia Ara semenjak ia masih kecil.

Ara tersenyum tipis, ia memang pelupa. Kerap kali Ara kelupaan meninggalkan barang-barangnya termasuk ponselnya di suatu tempat. Hingga akhirnya barang itu benar-benar hilang akibat kecerobohannya itu.

"Makasih Mbok. Yaudah, Mbok istirahat gih. Udah malam nih." Ucap Ara yang diangguki Mbok Jumi.

Kemudian Ara membaringkan tubuhnya dikasur, ia mengernyit bingung kala mendapati nama 'Arnovian' dilayar ponselnya itu. Hingga tiba-tiba ia teringat, jika itu adalah nama Arnov yang tadi pagi dengan modus menyimpan nomornya. Padahal tadi Ara hanya bersandiwara agar ia terlihat tak kalah dari Ezra yang memilki banyak kenalan. Namun Arnov yang memainkan peran dengan apik, hingga Arnov kebawa hingga didunia nyata.

Dengan malas Ara menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan terus-memerus dari Arnov.

"Ngapain sih? Ganggu aja." Ucap Ara to the point, bahkan kala Arnov belum menyapanya dulu.

Arnov terdengar tengah terkekeh pelan kala ia mendengar jawaban ketus dari Ara. Ia tau jika Ara bukanlah gadis yang mudah ditaklukkan, hal itu membuat Arnov menjadi penasaran pada Ara.

"Masa lo lupa? Kan tadi lo ngajakin gue jalan. Terus sekarang tinggal lo bilang rumah lo dimana, biar gue jemput." Ucap Arnov santai. Hal itu membuat Ara langsung berdesis kesal. Benar dugaannya jika Arnov membawa sandiwaranya tadi sampai ke dunia nyatanya.

"Lo tau kan tadi itu gue cuma sandiwara dihadapn Ezra." Ucap Ara malas.

Arnov terdengar sedang mendesah kesal. "Lo jahat ah, udah php gue."

"Php gimana sih? Lo aja yang kebaperan." Ketus Ara.

"Gue baper karena lo yang buat gue baper. Pokoknya gue nggak mau tau, kita harus jalan sekarang. Gue lagi gabut nih." Paksa Arnov dengan nada sedikit merengek.

Ara mendesah pelan, ia pikir tak ada salahnya untuk mengiyakan ajakan cowok itu. Lagian Arnov keliatannya bukan cowol nakal.

"Yaudah iya. Ketemuan di halte yang kemarin aja." Tanya Ara.

"Biar gue jemput dirumah lo."

Ara mematikan sambungannya. Ia memang ingin merahasiakan rumahnya ini, karena dirumah ini Ara mendapat ketenangan akan kesendiriannya. Jadi ia tak ingin ada orang lain yang mengganggunya.

Kemudian tanpa memakai make up, ataupun mengganti pakaiannya. Ara langsung bergegas pergi. Ia yang hanya memakai hoodie putih kebesaran dengan dipadukan celana jeans hitamnya. Dengan rambut panjangnya yang ia gerai.

Bahkan Ara tak membawa tas, ia hanya membawa dompet kecil di sakunya, yang terisi beberapa lembar uang dan beberapa kartu pentingnya.

Ara memang tak menyukai keribetan, ia lebih suka hal-hal yang simple seperti ini.

♣♣♣

"Rumah lo dideket-deket sini ya?" Tanya seorang cowok yang baru saja turun dari dalam mobil mewah bewarna merah itu. Dan dia adalah Arnov yang kini berdiri didepan Ara, yang masih terduduk di kursi halte.

Ara mengernyit, matanya melirik ke arah mobil yang baru saja dinaiki Arnov. Ia heran, masa iya Arnov si penyanyi cafe punya mobil semewah ini.

Arnov mengikuti arah pandang mata Ara. Ia terkekeh pelan, ia tau apa yang ada dipikiran Ara. Karena memang Arnov lebih sering naik bus atau mengendarai sepeda gunung, daripada mobil. Sehingga kebanyakan orang tidak tau jika Arnov memiliki mobil mewah. Dan mungkin kebanyakan orang, salah satunya Ara juga akan menganggap Arnov sebagai anak orang tidak mampu. Padahal itu adalah anggapan salah yang fatal.

"Heran ya? Anak kuliahan kayak gue udah punya mobil mewah kayak gitu?" Tanya Arnov sambil menaikkan satu alisnya.

Ara memutar bola matanya, kemudian ia berdiri dan melangkah memasuki mobil Arnov. Bahkan Arnov saja masih berdiri ditempat yang sama.

"BURUAN! Sebelum gue berubah pikiran." Teriak Ara dari dalam mobil.

Arnov tertawa kecil, baru kali ini ia menemukam sosok cewek yang cuek dan nggak suka basa-basa. Hal ini pula membuat Arnov semakin tertarik pada Ara.

Kemudian Arnov langsung berjalan dan memasuki mobilnya. Di sana sudah terdapat Ara yang duduk rapi dengan matanya yang terfokus pada ponselnya.

Arnov tersenyum, sebelum akhirnya ia melajukan mobil mewahnya.

"Lo gak mau tanya gitu? Ngapain gue selalu naik bus padahal punya mobil bagus abis kayk gini?" Celetuk Arnov yang membuat Ara mendesah pelan.

"Emangnya penting ya? Lagian, ini juga mobil dibeli dari duit orang tua lo kan? Bukan dari hasil jerih payah lo sendiri. Jadi gak usah sok belagu." Skakmat. Arnov menganga dengan jawaban Ara. Ia tak menyangka jika gadis itu dapat menjawab seperti itu.

"Oke, jawaban lo bener. Tapi asal lo tau, gue suka naik bis karena biar gue bisa lebih bersosialisasi. Biar gue punya banyak temen dan nggak judes-judes kalo ada orang yang ngajak ngomong."

Ara menatap Arnov sinis, ia tau jika Arnov menyindirnya. Namun Ara bersikap seolah ia tak peduli.

"Alasan lo nggak nyambung." Balas Ara geram.

"Tapi hati kita bisa nyambung kok."

...........

See you,❤️

My Favorite MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang