02 - Kapan Nikah??

32.2K 2.1K 7
                                    


Gus Haydar tengah asik membaca kitab kuning saat ibunya memasuki kamarnya, ia menoleh pelan lalu tersenyum saat melihat ibunya.
"Mriki bu," ucap Gus Haydar sambil menepuk pelan kasur di sampingnya. Ibu Maimunah menuruti ucapan putra keduanya dan duduk di sebelah Gus Haydar.

"Haydar tau pasti ibu mau ngomongin sesuatu kan??" Ucap Gus Haydar setelah menutup kitab yang sedang ia baca, ia hafal betul kebiasaan ibunya jika ingin membicarakan sesuatu pasti akan menemui dirinya saat dirinya sedang berada di kamar.

Ibu Maimunah tersenyum kecil mendengar ucapan putranya, dalam hati terbersit rasa bahagia karena Gus Haydar masih mengingat kebiasaannya jika ingin membicarakan sesuatu, padahal mereka sudah 1 tahun tidak bertemu.

"Iya ibu ingin membicarakan sesuatu. Sebelumnya ibu ingin bertanya, sekarang umurmu berapa??" Sahut ibu Maimunah.

Gus Haydar tampak mengerutkan keningnya, sedikit heran kenapa ibunya menanyakan umurnya. "25, dospundi tah??" Jawab Gus Haydar.

"Berarti kamu sudah cukup dewasa kan?" Tanya Ibu Maimunah lagi.

Gus Haydar tampak tersenyum mendengar pertanyaan ibunya, ia langsung mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Iya, Haydar sudah dewasa." Sahut Gus Haydar.

"Jadi kapan kamu akan menjalankan sunah Rasul yang utama?? Ibu khawatir kamu akan terjerumus ke jalan yang salah." Ucap ibu Maimunah dengan raut wajah khawatir, Gus Haydar sendiri mengerti kekhawatiran ibunya karena dirinya juga tak lagi dalam lingkup pondok pesantren yang sepenuhnya menjaganya. Karena sejak ia memutuskan untuk kuliah, ia pindah dari pondok lamanya menuju pondok baru yang bisa menyesuaikan jadwal kuliahnya.

"Haydar mengerti maksud ibu, lagi pula kuliah Haydar juga hampir selesai. Haydar juga tau ibu pengen Haydar cepet-cepet menikah. Tapi Haydar sama sekali belum punya calon untuk Haydar halalkan, dan Haydar sudah mantap untuk menyerahkan hal ini pada ibu. Jadi Haydar akan menerima siapapun pilihan  ibu nanti." Ucap Gus Haydar sambil tersenyum, ia juga menggenggam lembut tangan renta ibunya yg mulai berkerut.

"Tapi kalau pilihan ibu tidak sesuai dengan hati mu bagaimana??" Tanya Ibu Maimunah ragu.

"Haydar yakin pilihan ibu pasti yang terbaik, jadi Haydar memasrahkan semuanya pada ibu." Sahut Gus Haydar masih dengan senyum yang terukir di bibirnya.

"Ya sudah kalau memang maumu seperti itu, akan ibu usahakan yang terbaik," ucap Ibu Maimunah, Gus Haydar hanya menganggukkan kepalanya dengan patuh.

"Ya sudah ibu kembali ke kamar dulu ya," ucap ibu Maimunah lalu beranjak dari kamar Gus Haydar.

Gus Haydar menatap langkah ibu Maimunah yg keluar dari kamarnya dengan tatapan sayu. Sejujurnya ia belum siap, ia merasa ia belum mampu untuk membimbing seorang wanita. Tapi ia tau betul ibunya sudah sangat menginginkan memiliki anak perempuan, apalagi setelah kakaknya meninggal 3 tahun lalu. Ibu Maimunah menjadi sering membicarakan tentang perempuan pada dirinya. Setelah menghela nafas pelan Gus Haydar kembali membuka kitabnya. Berusaha melupakan percakapan tadi.

*******************

Adzan isya sudah berkumandang sejak 15 menit lalu dari musholla asrama putra pondok Darurrohman, santri-santri yg tersisa di pondok bergegas wudhu dan segera mengisi shaf-shaf shalat.

Musholla putri yg biasanya berisi ratusan santri kali ini hanya berisi tak lebih dari 30 orang santri, ibu Maimunah berjalan menuju kesana dari Ndalem bersama Asilla, keponakan dari Ibu Maimunah.

"Khilya mana??" Tanya ibu Maimunah saat merasa tak ada Khilya di antara shaf shalat santrinya. Semua yg ada di sana sontak saling pandang lalu menggeleng pelan, mereka jelas tidak tau karena Khilya memilih menyendiri saat liburan.

Sepersekian detik kemudian, terdengar suara sendal yg bergesekan dengan paving halaman musholla. Semua kompak menoleh, tampak Khilya sedang berjalan menuju musholla. "Khilya maju. Kamu nyimak bacaan ibu hari ini." Dawuh ibu Maimunah saat Khilya sudah masuk ke musholla. Khilya hanya mengangguk lalu maju, mengambil posisi Mehra menyimak bacaan Al-Qur'an ibu Maimunah, karena ibu Maimunah meminta Mehra menggeser posisinya.

Bisik-bisik terdengar setelah jamaah isya dan tarawih di laksanakan, Khilya berusaha menutup telinganya rapat-rapat. Pura-pura tidak mendengar bahwa teman-temannya sedang membicarakan dirinya.

Jujur saja Khilya tak mengerti kenapa ibu Maimunah tiba-tiba menyuruhnya menggantikan posisi Mehra. Kan Mehra yg selama ini menyimak bacaan ibu Maimunah, ia hanya menyimak beberapa kali. Itupun hanya saat Mehra, Zikra atau Reyna sedang berhalangan. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing karena memikirkan hal ini.

********

Khilya memasuki ndalem sambil mengendap-endap, khawatir bertemu dengan ahlul bait ndalem yg akan membuatnya tiba-tiba salah tingkah. Setelah memastikan semua aman, Khilya mengambil sapu dan mulai menyapu ruang tamu ndalem.

'Srek srek srek!'
Suara sapu lidi yg di gunakan menyapu karpet ruang tamu terdengar cukup keras, apalagi suasana ndalem sedang hening.

"Hayo Mba Khilya!" Ucap Asilla mengejutkan Khilya yg sedang menyapu. Khilya langsung terlonjak kaget dan menoleh dengan ekspresi kaget dan takut. Asilla tampak tertawa kecil melihat ekspresi Khilya, "aduh mba Khilya lucu banget mukanya, pasti nanti mas Haydar jatuh cinta kalo liat ekspresi mba Khilya yg gemesin." Ucap Asilla yg sukses membuat Khilya membuat Khilya membualatkan matanya. Haydar? Jatuh cinta? Salah dengarkah ia?

"Maksudnya apa, Sil?? Kok bawa-bawa Gus Haydar?" Tanya Khilya tak mengerti. Asilla hanya memasang senyum misterius lalu beranjak pergi.

"Hati-hati, nanti ketemu mas Haydar." Ucap Asilla sebelum benar-benar pergi. Khilya hanya mengangkat bahunya, menganggapnya hanya sekedar candaan untuknya.

Tapi ucapan Asilla bak doa yg luar biasa makbul, tak lama kemudian Gus Haydar tampak turun dari lantai 2 menuju ke arahnya yg sedang mengelapi rak kitab di ruang tamu. Khilya refleks menepuk dahinya pelan dengan ekspresi yg lucu, panik plus bingung. Ia menyesali dirinya yg mengabaikan ucapan Asilla, sekarang ia harus terjebak dengan Gus Haydar yg masih enjoy masuk ke ruang tamu. Mengabaikan dirinya yg lagi-lagi salah tingkah.

Setelah pekerjaan menyapunya selesai, Khilya langsung menyingkir dari sana. Berusaha menjauh secepat mungkin dari Gus Haydar. Gus Haydar yg mengerti aksi 'melarikan diri' Khilya tersenyum kecil, ia tadi sempat melihat ekspresi Khilya yg panik dan bingung. Dan itu menurutnya membuat wajah Khilya menjadi 'lebih cantik?'

Eh, lebih cantik? Mana mungkin ia menyukai Khilya secepat itu.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Ngefeel???
Nggak???
Vomment please

Pantaskah Aku (Terbit Di Google Playbook) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang