01 - Gus Haydar

67.2K 2.4K 17
                                    


Lantunan ayat suci Al Quran dari bibir mungil Khilyana Aristya Nanda ini mengisi keheningan di kamar asrama Az - Zahra. Efek liburan Syawal membuat pondok pesantren Darurrohman terasa sangat sepi, bahkan seharian ini Khilya sama sekali belum mengobrol dengan siapapun. Setelah jamaah subuh Khilya langsung mengasingkan ke kamar asramanya yang sudah setahun terakhir ia tempati, hanya dirinya yang tersisa dari 37 penghuni kamar itu.

Jangan tanya kenapa ia tidak pulang, Khilya harus menelan rasa pahit jika mengingatnya. Karena H-5 liburan Syawal Khilya di jenguk dan di beri ultimatum untuk tidak pulang. Khilya yang memang penurut hanya bisa mengangguk pasrah sambil menjawab "Nggih, Bu." Padahal dalam hatinya ia menjerit ingin pulang, karena ia merindukan mas dan abahnya.

Dan karena alasan itulah di sini Khilya berada sekarang, karena memang Khilya agak pendiam, ia jadi tidak terlalu banyak mengenal santri putri di sini. Saat tengah khusyuk nderes, seorang santri putri yang lumayan akrab dengannya memasuki kamar dengan terburu-buru.

"Khil, ditimbali ibu." Ucap Asma dengan wajah panik. Khilya langsung memasang wajah bingung.

"Aku? Tumben banget?" Tanya Khilya agak ragu, lagipula ia tidak terlalu dekat dengan Bu Nyai.

"Iya, semua yang nggak pulang liburan Syawal ini ditimbali." Jelas Asma. Khilya mengangguk mengerti lalu segera beranjak setelah menutup dan mencium Al-Qur'annya.

*************************

Semua menunduk takzim saat Ibu Maimunah duduk di hadapan santri putri yg ditimbali. Ibu Maimunah berdehem kecil sambil duduk di kursinya. "Kalian mau lebaran di sini??" Tanya ibu Maimunah dengan lembut.

"Nggih," sahut beberapa santri putri, yg lain hanya mengangguk pelan.

"Ya sudah Alhamdulillah, kalian di sini bantu-bantu ibu ya?? Kalau pengen apa-apa masak di dapur, nggak papa. Nggak usah ragu," ucap ibu Maimunah. Semua mengangguk patuh, "ya sudah ibu masuk dulu," tambah Ibu Maimunah lalu beranjak dari duduknya.

Setelah selesai ditimbali, hampir semua santri putri terjun ke dapur, memasak untuk buka puasa. Khilya yang cukup mahir dalam memasak menjadi tempat bertanya tentang cara-cara dan bumbunya.

"Khil, bumbunya apa aja??" Tanya Rayya sambil menenteng rempah yang di campur aduk dalam baki.

Khilya yang sedang sibuk dengan tumisannya menjawab tanpa menoleh, dengan lancar ia menyebutkan rempah-rempah untuk semur ayam yang ingin di masak oleh teman-temannya.

Saat semua tengah sibuk memasak, Mehra yang tadi diminta keluar untuk membeli garam masuk ke dapur dengan buru-buru. "Kenapa sih??" Tanya Zikra yang sedang mengaduk nasi, wajahnya menunjukkan raut wajah kesal karena Mehra nyaris menubruknya.

"Gus Haydar, itu Gus Haydar pulang!! Aku ketemu Gus Haydar di depan!!" Seru Mehra jingkrak-jingkrak bahagia. Semua yang tadi sibuk dengan tugas masing-masing langsung menoleh tak terkecuali Khilya.

"Serius?!! Di mana, Ra?!" Tanya Asma dengan histeris, jelas saja. Ia bisa dibilang fans berat Gus Haydar yang memang menawan sejak ia masuk ke pondok ini 5 tahun lalu.

"Di depan ndalem, pas Gus Haydar baru turun dari mobil." Sahut Mehra sambil tersenyum bangga, jelas saja ia bangga karena bisa menjadi orang pertama yang mengetahui Gus Idola pondoknya pulang.

"Yaahh nyesel aku ngga nemenin kamu, Ra."

"Semoga aja aku punya kesempatan kayak kamu, Ra."

"Harusnya tadi aku yang beli garam,"

Suara histeria rasa iri memenuhi dapur, semua menyesal karena menolak untuk membeli garam. Hanya Khilya yang masih anteng dengan masakan-masakan di hadapannya, ia bukannya tak peduli. Hanya saja ia berusaha bersikap biasa saja dengan kabar itu.

*************

Semua teman-teman Khilya sudah kembali ke kamar masing-masing, tersisa Khilya yang masih enggan meninggalkan cucian piring di dapur ndalem yang tampak menumpuk. Terbersit di hatinya rasa malu jika ahlul bait ndalem melihat hal itu sedang di pondok masih banyak santri putri yang belum pulang.

Dengan cekatan Khilya mencuci semuanya sekaligus menatanya di rak. Saat Khilya sedang fokus pada tumpukan piring yang sedang ia tata, ia tiba-tiba merasakan ada langkah kaki memasuki dapur. Tanpa sadar Khilya merasa tubuhnya menegang, tapi ia berusaha bersikap biasa saja walau ia bingung ingin menoleh atau tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Mbak," seseorang memanggilnya, suara laki-laki.
Khilya memejamkan matanya, ragu untuk menoleh. Ia tau itu bukan suara abah Ahmad, juga bukan suara Gus Yusuf, adik Gus Haydar yang berusia 13 tahun.

Akhirnya dengan berat hati Khilya memutar tubuhnya, tapi masih dengan menundukkan kepalanya. Tanpa harus mengangkat kepalanya Khilya bisa menebak bahwa laki-laki itu adalah Gus Haydar.

"Ndalem di masakin apa?? Udah selesai belum masakannya??" Tanya Gus Haydar, ia tanpa sadar menatap Khilya dengan intens. Penasaran dengan wajah Khilya karena Khilya menunduk dalam.
Sementara Khilya yang sadar Gus Haydar menatapnya intens menunduk semakin dalam.

"Oseng-oseng kangkung, sama Ayam Rica-rica, Gus. Takjilnya Es buah sama kue blackforest, kalau kurmanya selalu tersedia di meja. Semua sudah selesai di masak." Jelas Khilya dengan suara bergetar karena takut, entah kenapa rasa takut tiba-tiba menyelusup dalam hatinya.

"Mbaknya jangan takut sama saya, saya nggak mau marahin kok. Saya nanya karena di ruang makan belum ada apa-apa padahal sudah tarkhim," ucap Gus Haydar yang menyadari rasa takut Khilya, keningnya mengkerut heran. Memang ia menakutkan??

"Nggih, Gus. Akan segera saya siapkan," ucap Khilya yang sudah tak bisa berpikir lagi karena terkejut dengan ucapan Gus Haydar. Gus Haydar hanya mengangguk mengerti lalu segera beranjak, setelah Gus Haydar beranjak Khilya segera mengantar takjilan dan masakan yang sebenarnya sudah siap di antar ke ruang makan.

"Kamu dari tadi di dapur sendirian, Khil??" Tanya ibu Maimunah yg melihat Khilya bolak-balik mengantar takjilan dan masakan sendirian. Khilya menggeleng pelan, "mboten, Bu. Tadi rame kok, cuma sekarang sudah kembali ke kamar."

"Oh yasudah, sekarang kamu juga kembali saja ke kamar. Sisanya kamu siapkan nanti saja setelah jamaah maghrib," suruh ibu Maimunah. Khilya mengangguk takzim lalu beranjak pergi.

****************

Sekian dulu guys😂
Ini awal yg agak absurd😂
Maaf kan dan semoga suka

Pantaskah Aku (Terbit Di Google Playbook) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang