05 - kang Rahman

27.8K 1.8K 6
                                    


Khilya menatap pantulan wajahnya di cermin dengan tatapan sendu, entah kenapa hatinya tiba-tiba gelisah. Teringat dengan ucapan ibu Maimunah dan teman-temannya tempo hari.

Masalah pasangan hidup.
Khilya tidak munafik, jujur saja ia ingin mendapatkan jodoh secepatnya, tak ingin terlalu lama sendiri setelah ia berhasil mewujudkan mimpi orang tuanya. Tapi, siapkah ia?

Setelah menghembuskan nafas pelan Khilya beranjak dari depan cermin, liburan yg sudah berakhir 1 bulan lalu membuat Khilya jarang bertemu dengan Asilla juga Gus Haydar. Jelas mereka sama-sama sibuk, Asilla sibuk dengan sekolahnya dan Gus Haydar sibuk dengan tugasnya sebagai seorang guru.
Iya, sejak menyelesaikan kuliahnya Gus Haydar mengajar di madrasah pondok.

Khilya tak masalah, ia justru merasa nyaman karena tak lagi di goda Asilla tentang Gus Haydar. Lagi pula selama ini ia sudah cukup sering digoda sesuatu yg berhubungan dengan kaum laki-laki.
Iya, Khilya pernah dan bahkan masih sering hingga saat ini.

Kang Rahman. namanya kang Rahman. Ia termasuk pengurus putra yang banyak di sukai oleh santri putri atau pengurus disini. Alasannya karena kang Rahman dekat dengan abah, ramah tapi ramahnya kesemua orang, tidak pilih-pilih, suka menolong, cerdas, sholeh, dan yang pasti ketampanan kang Rahman diatas yg lain.

Dan alasan yg Khilya di gosipkan dekat dengan kang Rahman karena pendaftaran santri baru tahun lalu. Iya, saat itu Khilya dan kang Rahman mendapat bagian yg sama yaitu sesi tes tertulis dan lisan.

Kang Rahman yg baru pertama kali mendapat bagian itu tanpa canggung bertanya pada Khilya, lagipula dirinya sudah terbiasa berhadapan dengan wanita-wanita yg mengaguminya.
Berbeda dengan Khilya, walau ia tak mengagumi sosok kang Rahman tapi berinteraksi dengan laki-laki adalah hal langka untuk Khilya. Jelas saja Khilya canggung dan salah tingkah saat menjawab pertanyaan kang Rahman yg menganggapnya lebih berpengalaman karena Khilya sudah pernah memegang bagian itu. Khilya menjawabnya dengan terpatah-patah, entah kenapa lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan kang Rahman. Kang Rahman yg mendengar jawaban Khilya yg berantakan tertawa kecil dan mengatakan "kamu lucu,".
Hal itu sempat membuat teman-teman Khilya yg mendengarnya menahan jeritan iri, apalagi sebelumnya tawa kang Rahman membuat lesung pipinya tampak jelas.

Khilya yg terlalu polos hanya terdiam, sempat speechless lalu kembali menjelaskan dengan lancar. Kang Rahman mendengarnya dengan seksama, menatap Khilya intens, membuat gadis-gadis yg mengagumi kang Rahman meremas lengan teman di sebelahnya dengan gemas.

Sejak saat itu banyak yg menyangkut pautkan dirinya dengan kang Rahman. Kang Rahman juga justru malah sering menitipkan salam padanya, beberapa kali membelikannya martabak atau rotibakar.
Khilya tak mengerti maksudnya, kata teman-temannya kang Rahman menyukainya. Khilya sempat beberapa kali menolaknya, tapi karena kang Rahman yg selalu memberikan 'hadiah' kecil itu dengan cara menitipkan Khilya tak punya pilihan selain menerimanya.

Sampai sekarang pun masih seperti itu, kang Rahman masih sering menitipkan 'sesuatu' walau hanya sekedar salam.

Kadang ada yg menanyainya, 'apa Khilya suka dengan kang Rahman?'
Khilya selalu mengangkat bahunya sebagai jawaban, jujur saja ia tidak tau seperti apa rasa suka, lagi pula ia canggung bukan hanya pada kang Rahman, tapi kesemua lelaki bahkan keluarganya yg jarang bertemu dengannya.

Eh? Ketika tiba-tiba ia jadi memikirkan kang Rahman?
Apa ia merindukannya, karena sudah 1 bulan kang Rahman pulang dengan alasan acara keluarga. Eh, acara keluarga sebesar apa hingga sebulan ini kang Rahman tak juga kembali?

Duh, Khilya mengusap wajahnya kasar. Menghilangkan bayangan kang Rahman dari pikirannya.

"Mba Khilya kenapa sih? Kayak bingung gitu? Mikirin apa?" Tanya Asilla yang tiba-tiba muncul di sebelah Khilya yg sedang melamun sendirian di halaman madrasah.
Kelihatan kan kalo Khilya ini 'agak' introvert?

"Mikirin kang Rahman," sahut Khilya jujur. Mulutnya tidak terbiasa untuk mengarang apalagi berbohong. Jadi pantas saja jika Khilya langsung menjawab cepat dengan jujur.

Mata Asilla tampak membulat mendengar jawaban Khilya, raut wajahnya tak terima. Ia tak terima jika Khilya yg akan dilamar oleh mas sepupunya memikirkan laki-laki lain.

"Mba Khilya suka sama kang Rahman?" Tanya Asilla dengan wajah kesal.

Khilya hanya menggeleng pelan, menatap heran wajah kesal Asilla.
"Terus kenapa mikirin kang Rahman?" Tanya Asilla lagi.

"Loh? Emang boleh mikirin kalo suka? Kan bisa karena benci?" Sahut Khilya sekenanya, hanya itu jawaban yg terlintas di pikirannya.

"Ohh jadi mba Khilya benci sama kang Rahman," sahut Asilla setelah menghembuskan nafas lega. Membuat Khilya menepuk dahinya menahan kesal.

Rasanya Khilya sudah cukup polos dan telmi dalam hal ini, tapi ternyata masih ada yg lebih polos darinya?
Oke, tarik nafas. Buang nafas.
Ulangi 3 kali untuk meredam emosi.

"Ngga gitu, Sill. Mba Khilya gak benci atau suka sama kang Rahman. Cuma tiba-tiba kepikiran aja, emang gak boleh?"
Jelas Khilya dengan perlahan, berharap gadis di hadapannya akan mengerti.

"Nggak," sahut Asilla tegas, membuat Khilya bingung. "Zina hati, mba. Mending mikirin mas Haydar."

'Gus Haydar lagi,' keluh batin Khilya.
"Memang kalo mikirin Gus Haydar ngga zina hati?" Tanya Khilya.

Asilla tergagap, bingung harus menjawab apa. Ia tak mungkin mengatakan karena Khilya akan dilamar Gus Haydar, itu rahasia.
Tapi beruntung bagi Asilla, tak lama kemudian Khilya tertawa kecil melihat ekspresi Asilla yg gelagapan lalu menepuk pelan paha Asilla.

"Udah gak usah dipikirin nanti pusing, kita balik aja yuk? Udah mau asar." Ucap Khilya.

Asilla tanpa berpikir 2 kali menyetujuinya, pilihan terbaik daripada tetap disini dan memikirkan jawaban pertanyaan Khilya.

*****************

"Khilya, aku ada kabar bagus buat kamu?" Ucap Asma yg baru saja masuk ke dalam kamar asrama, Khilya yg sedang melipat pakaiannya menoleh pelan.

"Apa? Aku di jenguk?" Tanya Khilya, memikirkan hal yg paling ia inginkan saat ini.

"Ngga, itu kang Rahman udah balik ke pondok. Barusan aku liat, terus kata si Abdul kang Rahman ternyata selama ini itu pergi ke arab. Soalnya kakaknya nikah sama orang sana, dan katanya lagi kang Rahman bawa oleh-oleh buat kamu." Ucap Asma dengan raut wajah bahagia, berbanding terbalik dengan Khilya yg hanya mengangkat bahunya pelan.

"Iihhh kok kamu nggak seneng sih, Khil?" Tanya Asma sambil memajukan bibirnya, merasa sebal.

"Terus aku harus gimana? Seneng? Kan baru katanya, nanti kalo aku seneng aku dikira berharap lagi." Sahut Khilya santai.

Asma hanya mendengus kesal, lalu menatap kosong baju-baju yg sudah dilipat rapi oleh Khilya.
"Aku itu iri sama kamu, Khil. Kamu nggak perlu jadi orang lain buat narik perhatian, dengan apa adanya kamu, kamu bisa bikin orang terpesona, bahkan kang Rahman pun ikut kebawa sama pesona kamu."

Khilya tercekat! Tak menyangka mendengar ucapan seperti itu dari bibir Asma.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekian dulu ya gaess😘😘
Jangan lupa klik bintangnya😊😊

Pantaskah Aku (Terbit Di Google Playbook) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang