04 - ultimatum!

28.8K 1.9K 3
                                    


Kening Gus Haydar mengkerut ketika melihat semua anggota keluarganya menatapnya dengan senyum yg sulit diartikan, itulah hal yg akhir-akhir ini sering terjadi setelah ibunya mengatakan siapa wanita yg dipilih untuk dirinya.

Khilya. Hanya itu yang ia tau dari gadis berwajah bulat yg tampak kalem itu. Ia juga sampai sekarang masih bertanya-tanya apa kelebihan gadis itu hingga ibunya memilih Khilya menjadi calon istrinya.

Kenapa bukan Mehra yg sudah hafal Al-Qur'an sejak 2 tahun lalu? Mehra kan juga sudah dekat dengan keluarga ndalem.

Kenapa juga bukan Asma yg jelas-jelas ning pondok? Ia bahkan sudah mengenal baik Asma karena ia sudah ikut bantu-bantu Ndalem sejak awal masuk pondok.

Kenapa harus gadis itu? Khilya maksudnya.
Ia bahkan tau mana yg namanya Khilya setelah Asilla memberitahunya.
Karena Asilla juga yg dengan tingkah usilnya bisa membuatnya sering bertemu Khilya.

"Mas Haydar, itu masakan mba Khilya. Coba cicipin, siapa tau bikin jatuh hati." Ucap Asilla dengan senyum jahil sambil menunjuk sepiring udang balado di hadapannya dengan dagu.

'Oohh ternyata itu alasannya,' batin Gus Haydar mengerti kenapa 3 anggota keluarganya tersenyum seperti itu sambil menatap Udang Balado di hadapannya.

Dengan ragu Gus Haydar mengambil seekor udang yg sudah berlumur bumbu balado berwarna merah dan mulai memakannya.

Enak!
Walau kurang pedas menurutnya tapi sudah cukup enak dan tidak terlalu berminyak.

"Suka??" Tanya Ibu Maimunah.

Dengan sedikit rasa gengsi Gus Haydar mengangguk kecil.
"Itu kerjaannya Asilla, dia tadi minta izin masak eh ternyata malah Khilya yg masak."

Gus Haydar mengangguk mendengarnya, eh tapi kemana perginya Asilla setelah menyuruhnya mencicipi masakan itu.
"Emang Asilla gak mau nyicipin masakannya Khilya juga?" Tanya Gus Haydar.

Ibu Maimunah menggeleng pelan.
"Asilla alergi udang. Ternyata niat aslinya Asilla pengen kamu nyicipin masakannya Khilya yg katanya enak. Ibu juga udah lama pengen Khilya yg masak buat ndalem tapi kasian kalo dia harus ngurus anak-anak sama dapur sekaligus, belum lagi setoran Al-Qur'annya." Jelas Ibu Maimunah.

"Mas Haydar ketauan gak perhatian sama saudara sendiri, masa gatau mba Silla alergi udang." Sindir gus Yusuf.

"Emang setorannya Khilya udah juz berapa??" Tanya Gus Haydar penasaran, mengabaikan sindiran Gus Yusuf.

"Juz 26 tapi udah hampir selesai. Ini kan udah hampir syawal. Di janjiin selesai maulud." Sahut Ibu Maimunah.

"Kok ibu tau?" Tanya Abah Ahmad.

"Iya ibu yg nanya pas setor kemarin. Pokoknya sebelum maulud kamu harus udah lamar dia." Ucap Ibu Maimunah.

Seketika itu juga Gus Haydar langsung tersedak, ia segera mengambil segelas air di dekatnya dan meminumnya.
"Kok buru-buru?" Tanya Gus Haydar dengan wajah bingung.

"Nggak buru-buru, sekarang masih ramadhan. Maulud masih lama, pokoknya sebelum Al-Qur'annya Khilya selesai kamu harus udah lamar dia ke orang tuanya." Ucap Ibu Maimunah dengan nada tak bisa di bantah. Gus Haydar hanya bisa mengangguk patuh.

"Jadi nanti acara pernikahan kalian bisa bareng sama khataman maulud," ucap Ibu Maimunah lagi. Gus Haydar lagi-lagi mengangguk, 'apapun untuk ibu, Haydar rela ngelakuin apapun asal ibu senyum terus. Nggak nangis kaya pas mbak Warda meninggal.' Batin Gus Haydar.

**************

Ibu Maimunah tak hanya memberi ultimatum pada Gus Haydar, tapi beliau juga memberi 'sedikit' kode pada Khilya, agar Khilya tak terlalu terkejut saat nanti mendengar berita lamaran itu.

Setelah menyetorkan hafalannya, seperti biasa Khilya maju untuk mencium tangan ibu Maimunah.
"Kamu jangan kemana-mana dulu, setelah ngaji ibu mau membicarakan sesuatu sama kamu." Ucap Ibu Maimunah tepat saat Khilya mencium tangannya. Khilya hanya mengangguk patuh lalu bergerak mundur, memberikan kesempatan yg lain untuk menyetorkan hafalannya tapi ia tetap berada di ruangan khusus itu.

"Khilya, kan setoran kamu sudah hampir selesai. Apa kamu sudah punya rencana menikah?" Tanya ibu Maimunah tanpa basa-basi.

Khilya sempat terdiam sejenak sebelum menjawab, "saya tidak menarget masalah itu, jadi saya siap ketika jodoh saya sudah ada di hadapan saya."

"Berarti kamu siap kalau di lamar?" Tanya Ibu Maimunah.

Khilya agak tersentak mendengarnya, lalu mengangguk ragu. Ibu Maimunah mengangguk kecil melihat anggukan Khilya, "ya sudah, sekarang kamu panggilkan Asma, Mehra, dan santri-santri lain yg sudah selesai atau hampir selesai hafalannya. Yg sudah juz 25 ke atas."

Tanpa banyak bertanya Khilya segera beranjak untuk memanggilkan semua 'santri' yg di maksud ibu Maimunah. Khilya yg merasa tak lagi di butuhkan tak ikut menghadap ibu Maimunah.

15 menit kemudian mereka keluar dari ndalem dengan wajah sumringah, tanpa sengaja Khilya mendengar pembicaraan mereka.

"Ehh beneran nih kita bakal di cariin suami sama Ibu? Jangan-jangan nanti ada yg beruntung terus di jodohin sama Gus Haydar lagi."

"Bisa jadi, aku juga kemarin sempet denger Asilla ngomong katanya Gus Haydar bakal nikah secepatnya."

"Gak usah ngarep dulu, toh tadi ibu bilangnya bakal nyari kang santri tho? Bukan Gus, lagian siapa sih kita bisa ngerasa pantes buat Gus Haydar?"

"Yaa tapi kan bisa jadi, toh Gus Haydar juga kang Santri di pondok lain."

"Udah-udah, sekarang fokus Al-Qur'annya dulu. Itu pikir nanti kalo deresan 30 juznya selesai,"

Setelah itu mereka bubar, menyisakan Khilya yg masih terpaku. Mereka di tawari calon imam? Lantas dirinya?

******************

Hari itu berlalu, Khilya melupakannya. Hal yg penting tapi Khilya tak suka mengingatnya. Ia mulai terbiasa saat Asilla tiba-tiba mendekatinya dan mengajaknya masuk ke ndalem, kadang malah melakukan hal yg sama sekali tidak penting.

Karena hal itu bukan sekali 2 kali Khilya berpapasan dengan Gus Haydar. Tapi apa yg bisa Khilya lakukan selain menundukkan kepalanya? Toh ia tak berhak menatap Gus Haydar. Walau jujur saja ia tak bisa menahan rasa tersipu saat Asilla tanpa rasa bersalah membisikkan kata 'ciieeee' di telinganya, bahkan lebih parahnya Asilla bisa mengatakan 'mas Haydar ini ada mba Khilya, gamau nyapa gitu?'

Ahh, andai saja Asilla bukan ahlul bait mungkin Khilya tak segan untuk memberikan cubitan pedas di pinggang gadis itu. Apalagi melihat Gus Haydar yg justru tersenyum menghadapi tingkah Asilla membuat Khilya semakin pusing. Karena Khilya tak mengerti sangkut pautnya apa dengan Gus Haydar, kenapa Asilla senang sekali menghubung-hubungkannya dengan Gus Haydar.

.
.
.
.
.
.
.
.
Udah dulu ah😴😴
Saia sibuk

Pantaskah Aku (Terbit Di Google Playbook) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang