Khilya duduk bersebelahan dengan Ibu Maimunah dengan canggung. Jelas saja, ini kali pertama ia nderek keluarga ndalem langsung dengan ibu Maimunah. Biasanya ia hanya mengikuti Asilla, apalagi sekarang kondisinya sudah beda. Ia sudah menjadi calon menantu Ibu Maimunah, rasa canggungnya semakin bertambah saat melihat Gus Haydar lah yg akan menyetir mobil menuju butik tempat mereka memesan baju. Bolehkah Khilya naik bis saja menuju kesana?? Rasanya ia tak akan kuat jika harus kesana dengan kondisi seperti ini.
"Khil, kamu jangan canggung gitu. Santai aja, bentar lagi juga kamu bakal sering-sering kayak gini." Ucap Ibu Maimunah yg menyadari kecanggungan Khilya.
"Iya bu," sahut Khilya sambil tersenyum kecil. Ia sempat berulang kali menarik nafas untuk mengurangi rasa gugupnya.
Setengah jam perjalanan, mereka sampai di butik tujuan. Khilya sempat di buat terdiam melihat butik yg tampak terkenal dan elit, ia tak pernah membayangkan akan memakai pakaian pernikahan produksi butik ini. Ia baru tersadar setelah Ibu Maimunah mengajaknya masuk.
Begitu mereka masuk, mereka langsung di sambut pegawai butik yg langsung mengajak mereka ke ruang fitting.
Dari 3 baju hasilnya selalu sama, untuk Gus Haydar selalu pas dan untuk Khilya selalu terlalu panjang. Entah Salah Khilya yg terlalu pendek, atau salah Gus Haydar yg terlalu tinggi.
Tinggi Gus Haydar 185 cm sedang tinggi Khilya hanya sebahunya. Gus Haydar hanya bisa memberikan senyum kecil saat melihat bahu yg selalu kebesaran di tubuh Khilya.
"Gak papa, kamu tetep cantik kok walau bajunya kegedean." Ucap Gus Haydar saat melihat Khilya memanyunkan bibirnya. Membuat Ibu Maimunah dan pegawai butik itu melemparkan godaan pada Khilya yg pipinya memerah karena ucapan Gis Haydar.
Saat perjalanan pulang Ibu Maimunah membahas suatu hal yg membuat Gus Haydar mulai mengerti siapa Khilya.
"Khil, kemarin pas ibu ketemu sama ibu kamu. Ibu nanyain maharnya, tapi kata ibu kamu itu hak kamu buat nentuin. Jadi kamu mau mahar berapa?? Dan apa saja??" Tanya Ibu Maimunah, membuat Khilya terdiam karena ia memang sempat menyerahkan masalah mahar pada ibunya.
Sambil menyetir Gus Haydar menyimak obrolan 2 wanita yg duduk di jok belakang dengan hati berdebar, entah kenapa ia sangat menanti jawaban Khilya.
"Seperangkat alat sholat saja cukup, Bu." Sahut Khilya singkat, seakan sudah mantap dengan jawabannya.
Ibu Maimunah tampak tak percaya, beliau sempat melirik Gus Haydar yg masih tenang dan fokus pada jalanan di hadapannya.
"Kamu yakin, Nak?? Tidak perlu sungkan mengatakan barang atau jumlah yg kamu inginkan." Tanya Ibu Maimunah meyakinkan.
Khilya mengangguk pelan sambil tersenyum, "jika memang nanti Gus Haydar yg akan menafkahi Khilya, untuk apa saat ini Khilya meminta banyak pada Gus Haydar. Lagi pula mahar yg terlalu banyak hanya akan membuat Khilya merasa memberatkan orang yg sudah mencoba mendapatkan Khilya dengan halal. Jadi rasanya seperangkat alat shalat saja cukup." Sahut Khilya pelan.
Tapi jawaban itu sukses membuat Gus Haydar tak bisa berkata-kata, Khilya begitu percaya padanya, Khilya bahkan sudah memikirkan hal sejauh itu hingga takut memberatkan Gus Haydar.
Ibu Maimunah kembali melirik Gus Haydar lewat spion, Gus Haydar menganggukkan kepalanya. Mengerti dengan maksud ibunya.
"Ya sudah kalau memang kamu maunya begitu," ucap Ibu Maimunah.
*******************
"Khil, aku mau ngasih tau sesuatu tapi kamu jangan marah ya." Ucap Asma saat melihat Khilya masuk ke dalam kamar.
Kening Khilya mengerut melihat wajah Asma yg tampak ketakutan, "ngomong apa?"Asma tak langsung menjawab, tapi ia lebih dulu mengambil sesuatu dari saku bajunya. Lalu menyerahkannya pada Khilya, sebuah surat. "Dari kang Rahman," ucap Asma lirih.
Khilya menghela nafas pelan, menetralisir rasa kesal yg tiba-tiba mengisi hatinya. "Kang Rahman paksa aku, katanya ini yg terakhir sebelum kamu bener-bener jadi istrinya Gus Haydar. Aku udah usaha nolak, aku tau kamu bakal marah karena kalo kamu nerima ini sama aja kamu ngekhianatin kepercayaan Gus Haydar. Tapi aku gak tega liat wajah Kang Rahman yg kayak terluka banget, jadi aku terima." Jelas Asma.
Khilya hanya mengangguk pelan lalu menerima surat itu, "tenang aja, aku gak marah kok." Ucap Khilya lalu beranjak pergi sambil membawa surat itu.
Khilya mencari tempat sepi untuk membacanya, tempat yg benar-benar hanya ada dirinya. Khilya membuka surat itu dengan perasaan berdebar, karena kang Rahman sama sekali tidak menghubunginya setelah acara lamaran itu, toh Khilya juga tak mengharapkannya. Walau kadang Khilya sempat melihat kang Rahman diam-diam memperhatikan dirinya saat kang Rahman memiliki urusan di area asrama putri.
Teruntuk : Khilyana Aristya Nanda
Dariku : Rahman Al-BayhaqiAsssalamualaikum, Khil
Aku tak mau banyak berbasa-basi kali ini, hanya ingin mengucapakan selamat atas rencana pernikahanmu dengan Gus Haydar.
Aku turut bahagia, walau jujur di awal aku merasa terluka. Karena kukira selama ini kita memiliki 'hubungan' lebih. Ternyata aku salah.
Karena ternyata sikapmu padaku selama ini hanya 'sekedar' menghargai, tak lebih.
Tak perlu merasa bersalah, toh rasa sakit yg aku rasakan saat ini adalah salahku yg salah mengartikan maksud sikapmu. Sekali lagi selamat, semoga bisa menjadi keluarga SAMAWA.
Aku turut bahagia kalau kamu bahagia.Ps : kadonya nyusul aja nanti pas resepsi:)
Tertanda
Rahman Al-BaihaqiKhilya merasa dadanya sesak, jujur ia merasa bersalah. Secara tidak langsung sebenarnya ia sudah memberi harapan pada kang Rahman, tapi ia tetap tidak memiliki perasaan apapun pada kang Rahman. Ia hanya menganggap kang Rahman teman, itu saja tidak lebih.
Sekarang ia tidak bisa melakukan apa-apa, membalas surat kang Rahman sama saja menambah luka untuknya. Khilya hanya bisa mendoakan agar kang Rahman bisa cepat mendapat pengganti dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gaje gaje
Iya iya ini part gaje
Ketara keburu-buru
Tapi yaaa mau gimana???
Liburan ponpes yang hampir selesai membuat saya harus ceoat-cepat menyelaesaikannya😅
Afwan
Dan jangan lupa vomment
Saya sangat berterimakasih atas setiap vomment yg di berikan 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Aku (Terbit Di Google Playbook) (Completed)
SpiritualePerjodohan antara Khilya dan Gus Haydar menimbulkan banyak kontra di kalangan para santri, bukan hanya santri putra, tapi juga santri putri. Khilya yg memang sudah sifatnya kalem ternyata menyimpan banyak keajaiban yg sukses membuat Gus Haydar tak b...