3. Kalah sebelum berperang.

3.1K 281 0
                                    

Gadis ini melepas kaos kaki Sasheenya, setelah sampai dikamar asramanya.

[Sashee: Nama merk kaos kaki.]
Dikamar, ia hanya sendiri. Sebenarnya Ziya sudah kembali ke asrama, namun gadis itu kembali pergi ke kantor, saat mudir Pesantren kembali menghubunginya. Masih ada beberapa data yang harus diselesaikan untuk Uji Publik nanti. Begitu katanya.

Sementara Bella, gadis itu sedang melaksanakan kegiatan Liqo di daerah Jakarta Selatan.

Alisha, sekarang ini, pikirannya benar-benar bercampur aduk.

Antara khawatir, gelisah, takut, semuanya bercampur.

Alisha terus merutuki kebodohannya, mengingat kejadian tadi saat halaqoh bersama pembimbingnya.

'Tanyakan itu pada yang lebih berhak atas diri ana, Ustadz.'

Ingin rasanya ia kembali menarik kata-katanya. Kata-kata yang ia ucapkan ke Ustadz Naufal tadi. Meskipun, Alisha menjawabnya tidak begitu frontal. Namun, ia yakin. Naufal pasti mengerti akan dari ucapannya.

Alisha mengusap wajahnya sembari mengucap istigfar. Direbahkannya tubuh mungilnya diatas kasur yang barusan ia gelar. Ia tidak tau, apa yang akan terjadi setelah ini.

Yang Alisha takutkan, yang ia khawatirkan. Bagaimana jika Naufal ternyata benar-benar membuktikan ucapannya? Bagaimana jika Naufal tiba-tiba datang kerumahnya, dan berbicara dengan kedua orang tuanya? Sedangkan dirinya, mengenal Naufal saja baru-baru ini, belum ada seminggu. Itu pun karna status Naufal adalah sebagai pembimbing halaqohnya. Tidak lebih dari itu.

"Umi.. Abi.." Lirihnya..

"Jadi pengen pulang.."

***
.
Andai ada keajaiban. Ingin kuukirkan namamu diatas bintang-bintang angkasa.

[Natta Reza - Kekasih Impian]

Lelaki ini duduk dikursi taman depan rumahnya. Mendengarkan salah satu lagu dari pemuda tampan, Natta Reza. Entah kenapa, menurutnya liriknya begitu pas untuk dirinya. Tepatnya, untuk hatinya yang terasa... Aneh.

Perasaan aneh yang mendadak muncul.

Naufal, lelaki ini memejamkan kedua matanya. Ingatannya kembali terulang akan kejadian tadi pagi.

'Bolehkah aku mengenalmu lebih dari ini?'

Naufal terkekeh, mengingat kejadian tadi pagi. Entah mendapat keberanian dari mana Naufal bisa mengatakan semua itu. Awalnya ia hanya ingin meminta maaf. Tapi, kenapa malah jadi seperti ini? Naufal akui, ia baru mengenal gadis itu beberapa hari yang lalu, belum ada seminggu. Pertemuan pertama mereka pun, saat hari pertama halaqohnya dimulai.

Sikap Naufal memang terlihat biasa saja ketika ia kembali bertemu dengan gadis itu di waktu halaqoh tiba. Namun, sebenarnya.. Hatinya langsung mendadak tidak karuan. Dan Naufal tidak tau harus bagaimana menanggapinya.

Perasaan aneh, yang mendadak muncul begitu saja, yang terkadang membuatnya menjadi tidak fokus dalam segala hal.

'Tanyakan itu pada yang lebih berhak atas diri ana.'

Naufal tersenyum mengingat jawaban lembut dari anak didiknya itu. Ia mengerti dengan ucapan gadis itu.

'Secepatnya.' Naufal tertawa sendiri. Kata-kata itu benar-benar refleks Naufal ucapkan, tanpa memikirkan nantinya akan seperti apa.

Naufal mendadak terdiam. Apa perlu ia bicarakan hal ini terhadap Umi-Abinya? Sebelum mereka benar-benar menjodohkan dirinya dedengan pilihan keduanya.

"Apa ini ngga terlalu cepat?"

Halaqoh Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang