9. Siapa Iqqi?

2.7K 246 5
                                    

Alisha menyalakan kipas mininya, gadis ini mulai merebahkan tubuh mungilnya diatas karpet mini. Siang ini cuaca benar-benar terasa panas. Mereka (Read: Alisha, Bella, dan Ziya.) bertiga baru saja memasuki kamar asramanya. Kegiatan di Gor baru saja selesai.

Jadwal Rapat Evaluasi yang sebelumnya dilaksanakan setelah kegiatan di GOR ini ternyata diundur menjadi besok. Dan itu membuat ketiganya bernafas lega. Itu artinya, ada waktu tambahan untuk istirahat.

Diliriknya Ziya yang berada disamping kanannya. Entah dari kapan gadis itu terlelap. Mengingat tadi, Ziya mendadak berubah profesi menjadi seksi konsumsi dan ikut bergabung bersama panitia konsumsi lainnya untuk membuat ratusan snack untuk semua santri dan Pembimbing. Dan itu membuat Ziya benar-benar merasa kelelahan. Berbeda dengan Bella, gadis itu ikut merebahkan tubuh mungilnya, menikmati kipas mininya itu, dengan kedua mata terpejam.

"Sha?" Panggil Bella. Membuat Alisha menoleh, dan hanya merespon dengan deheman.

"Tadi, sewaktu dipanggung. Kamu keliatan banget groginya." Kekeh Bella.

Alisha refleks mengerucutkan bibirnya, menghela nafasnya lesu, "Malu aku tuh."

Bella kembali terkekeh, "Segala malu. Toh juga jaraknya cukup jauh."

"Ya tetep aja."

Bella kembali terkekeh, "Aku mau cerita nih." Ucap Bella mengganti topik pembicaraan.

"Cerita apa?"

"Jangan yang horror deh. Aku ngga mau denger."

"Ngga. Bukan horror ko."

"Terus apa?"

"Semalem, aku mimpi kamu dikhitbah sama Ustadz Naufal."

***

Esoknya, Saung Gazebo Ponpes TQAK.

Suasana Halaqoh pagi ini benar-benar terasa berbeda. Mereka meminta, dan memutuskan untuk halaqoh di sebuah tempat yang berada disamping Mesjid.

Saung Gazebo, tempat yang baru saja selesai dibangun ini membuat siapapun akan merasakan kenyamanan. Bahkan peresmiannya saja baru kemarin. Saung yang menghadap kearah kolam kecil itu terlihat indah dan enak dipandang. Belum lagi, hiasan-hiasan pot bunga berukuran kecil itu semakin menambah nilai keindahannya saja.

Benar-benar indah.

Alisha, baru saja menyelesaikan setoran hafalannya, dan itu membuat Naufal -Pembimbingnya tersenyum manis.

"Mumtaz."

Alisha hanya tersenyum saat Naufal kembali merasa bangga dengan kemampuan Alisha yang semakin baik, dan meningkat.

Alisha tidak sendiri. Ada Ustadzah Dianty yang memang sengaja menunggu Alisha. Sebenarnya, teman-teman halaqohnya hadir semua. Namun, satu-persatu mereka kembali keasrama, saat mereka sudah menyelesaikan setorannya.

"Ustadzah Dianty, afwan. Ana mau bicara sebentar sama Ustadzah Alisha."

Dianty yang seolah mengerti dengan ucapan Naufal hanya mengangguk. Ia beranjak dari duduknya. Diliriknya Alisha yang tengah memasang wajah terkejutnya. Dianty tersenyum tipis kearah Alisha, ia izin untuk pulang lebih dulu. Dan meminta maaf karna dirinya tidak bisa menunggu Alisha sampai selesai.

Alisha menatap Dianty dengan tatapan berharap. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Berharap, Dianty tetap disini dan tidak meninggalkannya.

Pupus sudah harapan Alisha, saat melihat Dianty itu berjalan keluar saung dengan senyuman tipisnya. Alisha menghela nafas. Sebenarnya Naufal mau berbicara apa? Sampai-sampai, Naufal menyuruh Dianty untuk pergi.

Halaqoh Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang