7. Berharap.

2.6K 242 0
                                    

Semuanya bungkam. Semuanya seakan mendadak jadi patung yang sulit untuk bergerak saat mendengar pernyataan Agy yang memang terdengar serius.

Alisha, detak jantung gadis itu seolah mendadak berhenti begitu saja. Tubuhnya menegang, menelan salivanya dengan susah payah.

'Saya ingin melamar Alisha.'

Penuturan Agy yang terdengar santai namun serius, membuat pikiran Alisha semakin bercampur. Rasa ketakutan yang sedari tadi menghantuinya benar-benar terjadi. Ditatapnya Agy dengan tatapan yang.. Sulit diartikan. Secara tidak langsung, dirinya telah dilamar oleh dua orang pria sekaligus.

Sementara Naufal, pria itu menatap Agy tanpa ekspresi, seakan terlihat biasa. Namun sebenarnya dalam hatinya benar-benar terkejut bukan main.

Pria itu juga ternyata melamarnya?

Sekilas, ia menatap Alisha yang tengah menatap Agy dengan tatapan tak percaya.

Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Naufal. Kenapa dadanya mendadak terasa sesak? Ia tidak tau apa yang terjadi setelah ini.

***

Esoknya, Pukul 5 pagi.
Seperti biasa, selepas sholat Subuh berjama'ah di mesjid. Semua santri Akhwat langsung kembali ke halaqohnya masing-masing. Alisha, seperti biasa juga, halaqohnya bersama anak-anaknya dilaksanakan didalam asrama kelas satu.

Berbeda dengan kedua temannya yang memilih diluar. Ustadzah Ziya, gadis itu memilih untuk halaqoh didepan Aula. Sementara Ustadzah Bella, memilih halaqoh di mesjid.

Selesai berdoa, Alisha menyuruh anak-anak untuk menghafal lebih dulu sebelum menyetorkan hafalannya. Dan selama itu pula, pikirannya melayang-layang. Biasanya, saat anak-anak menghafal, ia juga ikut menghafal, atau minimalnya tilawah. Namun pagi ini tidak.

Alisha, gadis itu seakan terlalu sibuk dengan pikirannya yang terus berkecamuk.

Kejadian kemarin pagi yang bisa dibilang masing menggantung kembali terngiang-ngiang diotak kecilnya, dan itu membuat dirinya menjadi tidak fokus dalam mengajar anak-anak halaqohnya.

"Kalo memang aku harus memilih. Tolong, kasih aku waktu, buat mikirin semuanya."

Ucapan Alisha kemarin seolah menjadi akhir dari topik pembicaraan mereka yang terdengar seperti digantung. Kemarin, Kedua orang tua Agy seakan memaksanya untuk memilih.

Antara memilih Agy -sahabat kecilnya, atau Naufal -pembimbingnya.

Pilihan tersulit.

Ini memang sulit, dan tidak semudah memilih jawaban dalam bentuk pilihan ganda seperti disekolahnya dulu.

Ketahuilah. Ini benar-benar sulit.

Kemarin, Alisha sudah kembali lagi ke Pesantren. Gadis ini ikut pulang ke Pesantren bersama keluarga Naufal. Jika bukan Uminya yang memintanya, ia tidak akan mau. Ia benar-benar malu. Namun apalah daya. Alisha, tipe orang yang tidak bisa menolak permintaan Uminya maupun Abinya.

Selama perjalanan, suasana seakan menjadi canggung. Didalam mobil, Alisha seperti orang asing yang baru masuk ke kehidupan mereka.

Meski sesekali Aisyah -Umi Naufal mengajaknya berbicara, dan hanya sekedar menanyakan perihal hafalannya. Namun tetap saja terasa canggung. Karna memang posisi kemarin, Alisha duduk dijok belakang bersama Aisyah. Sementara Naufal, lelaki itu duduk dijok depan bersama Abinya yang duduk dijok pengemudi.
Selama diperjalanan, Naufal juga sama sekali tidak mengeluarkan suara. Berbeda dari biasanya.

"Ustadzah, aku mau setoran, Q.S.An-Naba."

"Biar besok bisa tes juz."

Ucapan Vanessha -anak halaqohnya seakan membuat lamunan Alisha menjadi buyar. Ia refleks menatap Vanessha yang sudah duduk manis dihadapannya dengan Al-Qur'an dihadapannya.

Halaqoh Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang