13. Dia.. Sudah hadir.

2.9K 275 0
                                    

Esoknya, pukul 8 pagi.

Rumah Sakit Citra Medika, Jakarta.

Sejujurnya, wanita ini enggan untuk memasuki ruangan yang berbau obat-obatan. Sejak kecil, ia memang tidak menyukainya. Jika sedang sakitpun, ia memilih untuk dirumah. Entah kenapa, ia benar-benar tidak menyukainya.

Namun, untuk sekarang ini, tidak bisa membantah. Suaminya terus saja memaksa untuk kesini. Suaminya hanya ingin memastikan apakah istrinya baik-baik saja.

Naufal dan Alisha sudah duduk manis berhadapan dengan seorang wanita dengan kacamata yang bertengger dihidungnya, juga jas putihnya yang melekat ditubuhnya.

Naufal, wajahnya menampilkan wajah khawatirnya, ia benar-benar khawatir dengan istrinya. Sementara Alisha, wanita itu terlihat biasa saja. Karna ia yakin, dan menurutnya ini hanya pusing biasa. Berbeda dengan Naufal yang terlihat.. Berlebihan.

Hmm.

"Jadi, istri saya sakit apa, dok?" Tanya Naufal terhadap dokter yang diketahui bernama Namira itu.

Dokter Namira.

Namira sedikit terkekeh, mendengar nada bicara Naufal yang sedikit panik itu.

"Bapak tenang, ya." Jawab Namira, wanita itu tengah menulis dikertas kecil. Entah apa yang sedang ia tulis.

Naufal menghela nafas, memilih untuk diam. Menunggu Namira berbicara. Meski sebenarnya ia ingin segera tahu. Kenapa dengan istrinya itu.

"Kalian ini pasti pengantin baru, ya?" Tanya Namira sedikit basa-basi.

Keduanya hanya tersenyum. Naufal, pria itu sedikit mendengus. Kenapa dokter itu lama sekali.

"Ibu Alisha, sempet mual-mual ngga?"

Alisha terdiam, seperti tengah mengingat sesuatu. Detik kemudian. Ia mengangguk, "Selama sakit, mual-mualnya cuma sebentar, dok. Setelah itu, ngga lagi." Jelasnya.

Namira kembali tersenyum, "Ibu gapapa, ko. Itu cuma pengaruh dari janin yang baru tumbuh satu minggu lebih."

Keduanya mendadak diam. Janin?

"Ja--nin?" Beo Naufal.

"Barakallah, istri bapak hamil." Namira mengucapkan selamat terhadap keduanya.

Keduanya masih sama-sama diam. Terutama Naufal. Ia sibuk dengan pikirannya. Antara kaget dan senang. Ia akui, satu hari setelah menikah, keduanya memang melakukannya. Tapi, apa harus secepat itu? Disinilah, Naufal merasa aneh.

"Usia kehamilan yang masih terbilang muda ini, mohon untuk dijaga ya, bu." Saran Namira.

Keduanya masih diam. Alisha, wanita itu masih tidak menyangka.   Mengandung diusia muda. 'Dia' cepat sekali tumbuh.

"Apa ibu sedang mengalami haid saat acara pernikahan kalian?" Namira tiba-tiba bertanya. Dan membuat keduanya mengeryit.

Terutama Alisha, wanita itu diam, mencoba mengingat sesuatu.

Waktu itu.. Ah ya. Dirinya memang sedang haid, dan itu merupakan hari terakhir ia haid. Karna sorenya, ia mulai bersih-bersih. Seperti mandi keramas.

Alisha mengangguk, "Saat hari pernikahan kami. Saya memang sedang haid, dok. Dan itu hari terakhir saya haid." Jelasnya. Meski sebenarnya ia tidak mengerti kenapa Namira tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu.

Terlihat, Namira malah tersenyum manis. Membuat keduanya benar-benar tidak mengerti dengan tingkah dokter cantik itu.

"Memangnya apa hubungannya dok, Haid sama kehamilan istri saya sekarang?" Sungguh, Naufal sebagai pria benar-benar tidak mengerti soal ini.

"Wanita yang menikah disaat sedang haid itu akan cepat sekali dalam memiliki momongan. Bisa dibilang, itu merupakan hari terakhir haid, sebelum akhirnya wanita itu mengandung janin. Dulu, guru saya pernah menjelaskan tentang ini, namun saya lupa lagi. Karna itu sudah lama." Jelas Namira yang diakhiri dengan kekehan.

"Kalau ingin tau lebih jelasnya. Bisa ditanyakan ke yang lain. Yang pengetahuannya lebih jelas. Dimulai dari pernikahan, kehamilan, juga haid." Lanjutnya.

Naufal menatap Namira dengan wajah yang sulit diartikan. Ah, dirinya benar-benar tidak mengerti dengan apa yang wanita itu jelaskan.

Sementara Alisha, wanita itu tersenyum, sekarang ia tahu. Kenapa dirinya bisa hamil secepat ini dalam usia pernikahan yang baru seumur biji jagung itu.

"Insyaallah saya ngerti dok. Untuk lebih jelasnya, nanti saya coba tanya ke orang tua saya." Ucap Alisha tersenyum.

Naufal menatap Alisha dengan kening mengeryit, "Aku ngga ngerti."

Alisha tersenyum, "Intinya, do'a kamu terkabul. Kamu harus bersyukur. Malaikat kecil ini sudah hadir." Alisha meraih tangan Naufal, menempelkannya diatas perut datarnya.

Naufal mendadak diam. Sentuhan tangan Alisha bak sengatan listrik. Mampu membuat hati Naufal bergetar, padahal hanya sentuhan biasa.

Ah, Naufal berlebihan.
.
"Dia.. Sudah hadir."

***

Bersambung.
Voment and follow juga ya akunnya. Terimakasih. Semoga suka..

Halaqoh Cinta [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang