“...Maafkan aku tidak bisa merengkuhmu untuk terakhir kalinya...”
***
Sepulang sekolah, Kayla langsung masuk ke kamarnya. Sudah setahun ini, ia tidak pernah memasuki ruangan itu. Di dekat jendela, ia temukan boneka beruang yang cukup besar penuh dengan debu. Yang tak lain adalah hadiah dari kekasihnya dulu tapi sekarang lebih tepatnya mantan.
Kayla membuka jendela. Udara segar langsung berdesakan memasuki ruang pengap tersebut. Dengan jemari tangannya, Kayla menyentuh boneka itu perlahan. Mengusapnya sebentar dan tersenyum miris sambil mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang kamarnya. Ditariknya bantal bergambar bunga mawar dan mendekapnya. Kayla termenung teringat akan kenangan 3 tahun lalu bersama cinta pertamanya. Matanya kini menyusuri sekeliling yang membuatnya terasa terasingkan.
“Apa kabar kalian? Lama tak berjumpa dengan kalian.”
Kayla berkata pada semua benda di kamarnya. Sungguh aneh, tapi inilah yang Kayla rindukan. Semenjak 3 tahun lalu setelah penceraian kedua orangtuanya, ia memutuskan ikut dengan Bundanya dan pergi meninggalkan ibukota Jakarta. Dan baru kali ini pula, Kayla bisa kembali ke rumah lamanya dimana ia dibesarkan.
Karena perkara itu, Kayla rela berpisah dengan Beni, kekasih pertamanya.
“Aku merindukanmu, Beni.”
Kayla kembali bersuara namun kali ini intonasinya sangat pelan.Beberapa menit kemudian. Suara ketukan pintu terdengar. Kayla menghentikan aktivitasnya dan menyimpan boneka beruang itu. Kayla bergegas untuk membukakan pintu.
Ceklek.
“Ada apa, yah?” tanya Kayla setelah melihat Ayahnya yang sudah berdiri di depan pintu. Ayah tersenyum kecil.
“Yuk ikut Ayah. Ayah mau memperlihatkan sesuatu kepadamu.” jawab Ayah. Kayla mengeryitkan kening terheran-heran.
“Apa itu?” tanya Kayla kembali.
“Ikut saja. Nanti kamu akan tahu.” Ajak Ayahnya sambil menarik tangannya.
**
Kayla dan Ayahnya berhenti di sebuah bukit yang cukup indah di belakang rumahnya. Kayla menatap takjub sekeliling. Ia terpesona karena masih ada pemandangan yang sejuk seperti yang ada di depannya. Ia merasa hidup kembali bersama kedua orangtuanya dan membuatnya melupakan sesuatu yang kini menjejali pikirannya.
“Ini indah sekali, Ayah. Kapan Ayah membuatnya?” girang Kayla menatap Ayahnya.
“Sudah lama, Kayla. Ayah membuat bukit buatan ini bersama Beni,” sahut Ayah tanpa melirik Kayla.
Kayla menatap Ayahnya teduh. Ia semakin merindukan seseorang yang bernama Beni itu. Kayla berjalan pelan-pelan dan duduk di atas rerumputan hijau itu dan tiba-tiba air matanya mengalir.
“Aku sangat merindukan Beni, Ayah. Apakah ia ada disini?” desis Kayla mulai menangis. Ayah menghampri Kayla dan duduk di sampingnya.
Ayah mengangguk pelan.
“Beni ada disini, Kayla. Ada di samping kita. Bersama kita dan tetap di hatimu.” ucap Ayah sambil mengelus kepala Kayla.“Apa maksud Ayah? Beni ada disini? Dimana dia? Kenapa aku tak melihatnya dari tadi?” tanya Kayla tak mengerti. Ayahnya menatap Kayla dan mengusap air mata anak semata wayangnya itu.
“Beni sekarang ada bersama Tuhan, Kayla. Dia sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.” dengan berat hati Ayah mengatakan sebuah kenyataan pada Kayla.
“Apa?” pekik Kayla keras.
“Maksud Ayah apa? Beni ada dimana? Katakan Ayah! Katakan!” jerit Kayla tak terkendali.
“Beni meninggal satu tahun lalu. Penyakit gagal ginjal yang dideritanya kambuh. Dia tidak bisa bertahan dan Ayahpun baru tahu itu 6 bulan yang lalu setelah Ayah pulang dari Amerika.” Ayah mencoba menjelaskan kepada Kayla.
“Enggak mungkin, Yah. Enggak mungkin..!!”
“Kenapa Ayah baru memberi tahu Kayla sekarang? Kenapa Ayah tak langsung memberi tahu Kayla setelah Ayah mengetahui hal itu?”
Kayla terus menangis dan memarahi Ayahnya.“Ayah minta maaf, Kayla. Ayah tak ingin membuatmu sedih. Ayah hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberi tahu semua ini.” terang Ayahnya merasa sangat bersalah.
“Ayah jahat!” teriak Kayla sambil bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Ayahnya. Kayla sangat membenci Ayahnya kali ini karena telah menyembunyika sesuatu yang Kayla harus tau.
“Maafkan Ayah, Nak. Ayah tak bermaksud begitu kepadamu,” seru Ayahnya yang hanya diam mematung tak bisa berbuat apa-apa.
**
Kaki Kayla bersimpuh di depan nisan berwarna abu bersamaan air mata yang mengiringinya. Kayla memeluk nisan itu erat. Nisan milik Beni, tempat peristirahatannya yang terakhir kali.
“Maafkan aku, Beni. Aku tidak bisa berada di sisimu saat masa-masa sulitmu waktu itu. Maafkan aku telah tidak bisa merengkuhmu untuk terakhir kalinya. Semoga Tuhan menjagamu, Beni. Sampai aku menyusulmu nanti.” lirih Kayla mengisakkan tangisnya.
Bagaimanapun Kayla harus tetap tegar dengan peristiwa yang sudah terjadi dan tak mungkin terulang kembali.
***
25 April 2019
Oleh: Zara
Galaksi Aksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Entschuldigung ; Galaksi Aksara
Historia Corta"Mengucap MAAF bukan berarti Kau kalah dan Dia menang. Tapi, berarti Kau berhasil mengalahkan egomu " -Galaksi Aksara. Berisi kumpulan cerita-cerita pendek yang dituliskan oleh banyak kepibadian dan pengalaman yang tersirat di dalamnya. Dengan menga...