Cerpen 15 - Surat dan Amanat yang Terlambat

56 9 0
                                    

"Maafkan abi nak.''
***

"Naya ini untukmu."

Itulah akhir kalimat untuk dirinya dengan surat usang 13 tahun silam setelah kepergian ibu angkatnya di hari ulang tahunnya yang ke 4 tahun dan entah mengapa disetiap hari ulang tahunnya pasti ia mendapat sepucuk surat bertandakan kata amma dan ia hanya membaca lalu mengumpulakannya sampai sekarang, dan diumurnya yang kini akan menginjak usia 20 tahun ia baru tersadar dan ingin mencari si pengirim surat tersembunyi sebab malam ini tepat jam 12 nanti ia berulang tahun untuk yang ke 20 tahun.

Kini tepat pukul 4 subuh ia sudah duduk diteras sembari menunggu surat ke 20 yang pasti akan datang seperti biasanya namun sampai pukul 10 pagi masih belum ada perubahan seperti 6 jam yang lalu dan hampir saja ia Lelah dengan penantian yang tak kunjung usai ini.


Iapun berbalik namun tiba tiba seseorang membawa sebuah paket besar dengan warna pink.

"Iya ada apa, Pak?'' tanyanya ramah dengan tersenyum.

"Apa benar ini rumah mbak Anaya khanza ar rasyid jl. Kenanga nomor 23.''

"Iya pak saya Anaya.''

"Ini mbak ada paket buat mbak,'' ujar si kurir dihadapannya.

"Makasih pak, tapi siapa pengirimnya, kok tidak ada nama atau alamat si pengirimnya.''

"Emang saya bukan kurir mbak tapi saya ini supir dan saya diperintah si bapak buat kirim kotak ini.''

"Siapa majikan bapak kalau boleh saya tahu?"

"Waduh, maaf mbak saya tidak diperbolehkan bicara soal si bapak banyak banyak."

"Yaudah makasih pak.''

"Sama sama mbak, yaudah saya balik mbak,'' ujar si bapak itu dengan berbalik dan membuka mobilnya lalu hilang dibalik gang depan.

Lalu dengan segera Anaya pun bergegas berlari dan membuka isi kotak itu dikamarnya namun tiba tiba matanya berkaca kaca dan mulai meneteskan air mata perlahan dan ternyata seseorang mengiriminya sebuah kebaya dengan aksen warna kesukaannya disertai dengan sepucuk surat usang bertuliskan:


Dear bidadari amma,

Hai bidadari dewasa amma, amma sangat merindukanmu disini dan semoga kamu sehat selalu dan jadi wanita sholihah ya nak, dan sekarang amma ingin berkata jujur sejujurnya pada bidadari amma
Nak, sebelum amma menceritakan semuannya, amma ingin kamu ikhlas dan memaafkan amma dengan sepenuh hati.

Nak, amma adalah ibu kandungmu dan amma telah meninggalkanmu ke luar negeri sejak kamu masih bayi dan amma telah menuliskan surat ulang tahun untuk kamu di setiap kamu berulang tahun sejak amma hidup sebagai TKW disini dan surat surat itu amma titipkan pada sahabat amma yang kamu tak harus tau siapa dia, lalu di ulang tahunmu yang ke 2 tahun, amma difitnah oleh majikan amma disini dan hukuman yang diberikan pada amma adalah mati, namun jangan khawatir nak, sebab ini hanya ujian untuk meninggikan derajat amma kelak, dan kini amma tau kamu sedang membaca surat ini dan amma tau pula jika kamu kini telah dewasa dan kamu harus tau semua tentang kebenaran ini.


Nak, amma ingin saat kamu menikah nanti kamu akan senang untuk menggunakan kebaya buatan amma sebelum amma menjalankan hukuman amma disini dan pesan amma untuk ulang tahunmu yang ke 20 Tahun ini adalah supaya kamu tetap jadi anak yang berbakti dan cemerlang serta jangan lupakan amma disetiap doamu nak.

Nak, untuk terakhir kalinnya pergilah kamu ke alamat yang telah amma tuliskan dikertas kecil dibalik kertas ini dan amma mohon supaya kamu tak akan membenci orang yang ada di alamat itu. Setelah kamu pergi ke alamat tersebut, amma ingin kamu serahkan surat berbungkus amplop coklat dibawah kebaya dan berikan amplop itu pada pemilik rumah di alamat itu.


Tetap tersenyum dan jangan marah pada amma yah nak, sebab kemarahanmu adalah kegagalan amma untuk menjadi seorang ibu yang baik untuk bidadari dewasa amma.

Kecup hangat
Amma khanza khairunnisa

"Mashaa ALLAH..., amma,'' teriaknya dengan tangis yang mulai menjadi dengan hati yang tertusuk seribu sembilu dan kini tiba tiba dunianya gelap, otaknya tak bekerja dengan baik dan hatinyapun remuk menjadi berkeping keeping tak tersisa.

Kejujuran yang tak diharapkan
Pagi ini, Anaya masih linglung dengan neneknya yang diam tak mau berbicara tentang ammanya, dan kini dirinyapun bimbang tanpa jawaban yang pasti atas banyak pertanyaan yang terngiang dalam benaknya. Dan ia pun membulatkan tekat untuk berangkat ke alamat di balik surat itu dan membawa seluruh isi kotak dengan semua surat yang pernah ia kumpulkan dahulu.


Tepat pukul 12 siang iapun berangkat dengan mengendarai sepeda motor maticnya menuju alamat yang tertulis dibelakang surat itu dengan sedikit cepat dan selang 45 menit iapun sampai di depan rumah besar bercat putih sesuai alamat kertas itu dengan mata yang berusaha ia kuatkan supaya tak sampai mengeluarkan air mata.


Tok tok...

"Assalamu'alaikum,'' ucapnya dengan tangan bergetar dan mata memerah.

"Wa'alaikumussalam, pak apa benar ini alamat yang tercantum disini?'' tanyanya.

"Iya mbak. Ini benar apa ada yang bias saya bantu mbak."

"Jadi gini pak, saya kemarin dapat alamat ini dan kotak ini lalu saya diperintah untuk datang ke alamat ini."

"Tunggu bentar mbak ya,'' sahut satpam itu dengan menutup gerbang kembali dan tak perlu waktu lama pak satpam itupun keluar dengan mempersilahkan gadis itu masuk.

"Makasih pak,'' lirihnya dengan membawa kotak itu dan mulai memasuki rumah besar beraksenkan klasik dan tiba tiba laki laki dan wanita sepaaruh baya keluar menghampirinya dan duduk di sofa di depannya.

"Ada apa anda mencari saya,'' tanya laki laki itu dan anayapun menjelaskan semua perkaranya dengan menunjukkan kotak yang tadi ia bawa.

Lalu laki laki itupun membuka dan melihat satu persatu surat yang telah ia kumpulkan sewaktu dirumahnya tadi.

Semenit kemudian iapun mulai menitikkan air mata dan mulai merangkul gadis itu erat.

"Lepaskan saya pak,'' berontaknya saat tiba tiba laki laki itu memeluknya.

"Maafkan abi nak.'' seketika itu anayapun lemas tak bertulang dan mulai menangis saat laki laki itu menyebutkan kata abi dihadapannya sebab dari kecil ia tak pernah melihat sosok seorang ayah yang mendampinginya atau bahkan sekedar menjenguknya.

"Saya tak punya abi sejak kecil dan abi saya telah meninggal dunia jadi tolong lepaskan saya,'' erangnya dengan semakin menjadi saat laki laki itu masih tetap memeluknya erat.

"Abi bodoh nak, abi bodoh,'' ucap laki laki itu dengan menangis dan melepaskan pelukannya.

"Maafkan abi yang telah meninggalkanmu sejak dulu nak, abi telah menelantarkan ammamu dan kamu nak,'' ucap orang yang mengaku sebagai abinya itu.

"Abi mau mengakui semuannya tentang surat ini sebab apa yang dikatakan ammamu di surat ini adalah benar nak, jadi mohon maafkan abi, tolong maafkan abi nak, abi telah bodoh sangat bodoh dengan kelakuan abi di masa lalu nak," isaknya dengan memegang tangan anaknya.

"Jadi yang anda maksud, anda adalah abi saya..., tetapi kenapa abi ninggalin amma dan ngebiarin amma pergi jadi TKW dan mati disana..? abi bilang dengan jujur,'' sahutnya dengan tangis yang mengalir deras.
Dan abinyapun mulai menceritakan masa lalu kelamnya dengan detail hingga membuat Anaya membungkam mulutnya dengan erat dan menangis histeris atas apa yang dilakukan abinya pada ammanya.

"Nak, tolong maafkan Abi...,''ucap terakhir Abinya dengan masih menggenggam tangan Anaya sampai membuat dirinya tak sadarkan diri dengan otak dan hati yang hancur sehancur hancurnya tanpa ada penghibur yang hadir dalam kehidupannya dan kini iapun tak tahu apa yang terjadi setelahnya.

Ia masih tak fokus dan entah.....



***
25 April 2019
Oleh: Syarifah ilma (Syarma)
Galaksi Aksara

Entschuldigung ; Galaksi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang