Cerpen 12 - Khayalanku

65 8 0
                                    

Maaf untuk diriku, kamu terlalu egois untuk nya

***

Bangun tidur sampai menjelang tidur selalu terlintas keinginan yang selama ini ku pendam tak bisa ku bohongi bahwa keinginan ini sangat ambisi mempengaruhi pikiran sehatku.

Aku diam tak berkutik, ku tanya pada diriku “mengapa aku tak bisa menahan dan mengubur dalam dalam keinginan ku yang tak tersampaikan?” aku masih tak tau jawaban dari pertanyaan yang ku ajukan ke dalam diriku.

 
Aku gelisah tak tahu apa yang harus aku lakukan mengingat keinginan ku hanya jauh untuk tergapai hampir tidak mungkin. aku selalu menyadarkan halusinasi ku ketika aku mulai merasa sangat gelisah menahan keinginanku.

 
Ku alihkan kondisi dengan mendengarkan musik dan membaca buku bila aku mulai bosan sesekali aku keluar rumah dan bermain dengan teman temanku jika aku merasa jenuh dengan sugesti keinginanku.
Bukan hal yang tidak mungkin untuku berjuang menggapai keinginanku namun ada banyak hal yang harus ku pertimbangkan sehingga akhirnya ku urungkan niat untuk berusaha menggapai keinginan ku yang satu ini.

  
Ketika itu aku saling bertatap dengan seorang pria aku sangat tidak menyukainya karena sifatnya yang seringkali tidak menyenangkan terhadap orang lain bahkan teman teman ku aku tidak tahan melihat sikap nya yang sombong sehingga aku tidak menyukai nya.

Sampai pada ketika dia bertingkah aneh pada ku dan aku tidak nyaman, kukira dia akan berbuat seperti sama hal nya dia berlaku terhadap orang lain. ternyata tidak, salah seorang temanya mengatakan bahwa dia menyukai ku. Aku tidak percaya karena aku tidak pernah dekat ataupun mengobrol denganya.

Sebenarnya aku ingin bertanya pada temanya “Mengapa bisa?” namun aku lebih memilih diam dan tidak mengatakan apapun mengingat aku yang memang tidak senang dengan nya. Lama lama aku tidak nyaman semakin hari semakin ku digandrungi teman temanya yang menyampaikan hal yang sama.

  
Suatu ketika aku menyadari ada yang berbeda denganku, aku semakin memikirkan apa yang seharusnya tidak ku fikirkan. Aku menyadari bahwasanya akupun menyukainya aku tidak memahami apa yang ku inginkan tapi yang menjadi keseharian ku adalah merasakan dan memikirkanya, yaa aku memendam apa yang ku rasakan.
  
 
Khayalanku ketika itu aku bisa bersikap baik padanya, tapi aku tak bisa apapun niat serta usaha dia yang sampai ke padaku hanya ku terima dan tak ku balas, tak pernah ku sangka bahwa akan ada saatnya dia lelah pada ku dan beralih.
  
  
Khayalanku ketika aku mulai mengerti apa yang ku mau dia masih bisa menyimpan rasa yang sama seperti apa yang disampaikan teman nya kala itu pada ku.

   
Namun, ketika aku menoleh padanya dia telah menghampiri sahabatku yang  ternyata telah dia jadikan penyemangat dan menemani keseharianya. Aku sedih, aku menangis, aku bingung. Aku bertanya pada diriku “Lalu apa selanjutnya?”. Selanjutnya adalah aku harus menerima keadaan yang akan menjadi pemandangan pengap di keseharian ku. Aku tidak menyalahkan siapapun. Yang terbesit di fikiran ku adalah “MAAF”
  
 

Maaf untuk nya, aku hanya bisa menerima apa yang tersampaikan namun tidak membalasnya
Maaf untuk nya, mungkin kamu lelah silahkan berbahagia saat ini                      Maaf untuk diriku, kamu terlalu egois untuk nya                                                                Maaf untuk diriku, kamu harus memendam ini sendirian                                                           Maaf untuk diriku, Maaf ini hanya akan melukai hati mu.

 
***

25 April 2019
Oleh: Silvia Sopiani 
Galaksi Aksara

Entschuldigung ; Galaksi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang