Cerpen 2 - Maafkan Aku Sayang

538 27 2
                                    

“Maafkan aku sayang, aku belum bisa membahagiakanmu. Menjadikan mu bidadari surga ku...”

***

Terucap dari aksara sebuah kata yang menghantam jiwa. Kini dan selamanya. Perihal aku yang setia menunggu dan kau yang memberi janji palsu. Celah ini semakin goyah saat hati mulai tak terarah. Siapakah yang bersalah? Tak mungkin kau mau mengalah, sedangkan aku sudah mulai pasrah. Entahlah, siapa yang bersalah. Aku sudah lelah dengan semua kisah. Kasih, kumohon jangan buat rasa ini kian mengabu. Di saat semua yang telah terjadi kau campakkan bak angin lalu.

“ Aku kan sudah bilang, jangan kau ulangi kesalahan yang sama!”

“ Maaf bang, aku tak sengaja.”

“ Itu terus yang kau ucap, bosan aku mendengarnya.”

Kini langit sedang muram, sama seperti perasaan ku. Ada segores luka menyayat kalbu. Entahlah ini kali ke berapa. Yang jelas, aku sudah muak dengan semua ini. Inginku berontak tapi waktu tak bisa mengelak. Mungkin semesta sedang tak berpihak padaku. Di saat yang lain sedang asyik berbulan madu, buatku tidak. Ini memang salahku menerima perjodohan itu. Semua ini aku lakukan demi orang tuaku. Aku hanya ingin melihat mereka bahagia, tanpa perlu mereka tahu bahwa sebenarnya di sini aku menderita. Biarlah luka yang mendewasakan ku. Dan biarlah sakit yang melatih ragaku.

“ Bang, ini teh nya.”

“ Hmm, simpan saja di situ.”

“ Bang, kita jalan – jalan yuk!”

“ Kau ini, hanya membuang-buang uang saja.”

“ Ya, kalau kali – kali gak apa – apa dong bang. Kita kan belum pernah bulan madu.”

“ Pikiran mu itu loh, hanya senang – senang saja.”

Ya, biarkan aku yang salah. Biarkan aku yang mengalah. Mungkin ini sudah takdir ku. Mencintai tapi tak dicintai. Menyayangi tapi tak disayangi. “ Maafkan aku Tuhan, jika selama ini aku belum bisa jadi istri yang baik.” Berbagai cara telah aku lakukan. Namun hasilnya nihil. Kau tetap dengan persepsi mu, tanpa memperdulikan perasaan ku.

“ Assalamualaikum. Alin, apa kabar nak?”

“ Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik bu. Ibu sendiri?”

“ Syukurlah, ibu juga baik nak. Kemana suamimu?”

“ Dia sedang beristirahat bu, biasa baru pulang kerja.”

“ Oh begitu, baiklah. Jaga dirimu baik – baik ya nak. Di sini ibu selalu berdoa agar ibu segera punya cucu. Kalau ada apa – apa jangan sungkan beritahu ibu ya.”

“ Siap ibu sayang.”

Tanpa sadar air mataku mulai berjatuhan. Merindu kehilangan. Kini satu – satunya orang yang bisa menguatkanku adalah ibu. Ia selalu hadir disaat aku membutuhkan dekapan hangat sebagai semangat. Aku sangat menyayanginya lebih dari apa pun. Walau kutahu usianya yang sudah tidak lagi muda membuatnya rentan terserang penyakit. “ Tuhan, tolong jaga ibuku. Berikanlah yang terbaik untuknya.”

**

Malam kembali membawa sepi. Untuk kesekian kalinya aku sendiri. Berbalut riut rintih menggelayut, ku rebahkan diri ini ke atas kapuk yang sudah mulai lapuk. Temaram datang menyapaku. Bersama desiran angin yang membawa kabar pilu.

“ Hallo, alin. Ibumu masuk rumah sakit!”

Innalillahi, ibu kenapa lagi pak?”

Entschuldigung ; Galaksi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang