15. satu malam

1.4K 74 0
                                    

mendungnya langit malam tak begitu nampak. Tapi mendungnya kehidupan kamu tak nampak secuilpun
♡☆♡


Sebelum pulang kerumah dini dan vero memutuskan untuk singgah dan mengisi perut mereka di penjual nasi goreng pinggir  jalan ,Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah sakit dan dekat juga dengan alun alun kota.

“kak vero baik baik aja kan?” ucapnya memastikan mengenai arti mimpinya kemaren malam

“iya, memang kamu lihat saya kenapa?” ucap pria itu sambil melepaskan holdi  yang tadi ia kenakan menyisakan kaos polos berwarna abu-abu.

“iya, memang kamu lihat saya kenapa?” ucap pria itu sambil melepaskan holdi  yang tadi ia kenakan menyisakan kaos polos berwarna abu-abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“gak kenapa-napasih Cuma mastiin aja” ucapnya lirih, entah vero mendengarnya atau tidak.

“mastiin kenapa memang?”  dini sedikit grogi karena di tatap seperti itu, tatapan yang sulit diartikan.

“kemarin malam aku mimpiin kaka” dini semakin nundukin kepala

“mau kamu ceritain atau tidak?” diapun menceritakan mimpi buruknya semalem, vero menyimak dengan serius dan hikmat.

“ini den, pesenannya” pedagang tadi menaruh dua porsi nasi goreng di atas meja

“teh manisnya dua ya mang”
Saat sedang memakan nasi goreng, dini melihat ada sisa nasi di sudut bibir vero, ingin rasanya dia membersihkannya Seperti yang ada di sinetron atau di novel romenc tapi dia takut kalo vero menganggapnya tidak sopan.

“kak itu ada nasi di sudut bibir” veropun langsung mengambil tisu dan membersihkannya.

“si mbanya enggak romantis banget yah ay” refleks mereka noleh ke sumber suara, disana terdapat sepasang manusia beda kelamin yang bisa di pastikan umurnya masih kitaran anak SMP.

“kalian uang jajan aja masih minta sama orang tua, sok sokan romantis” dini menyindir keduanya.

“yang penting kita bahagia mba” bela yang cowo.

“kamu tuh anak kecil aja pake di ladenin”  ucap vero tak ketinggalan pula dengan decekannya.

Setelah satu porsi nasi goreng masuk kedalam perut mereka, memutuskan untuk secepatnya pulang adalah pilihan yang paling tepat melihat waktu terus berjalan menjemput malam udara dingin mendominasi keadaan.

“ini pakai, nanti kamu masuk angin, saya yang disalahin” dia menyampirkan hodie hitam dengan garis vertikal berwarna putih yang tadi dikenakan ke bahu dini, bau maskulin yang menjadi cirikhas vero memasuki indera penciuman dini.

Dan gadis itu berhalusinasi jika ia sedang merasa nyaman dan hangat karena pelukan vero yang tidak langsung setelah hodie itu ia kenakan.

“makasih kaka, akhirnya dini ngerasain perhatiannya kaka juga meskipun Cuma sedikit” sayang gumaman itu tidak dapat ditangkap oleh pendengaran vero yang sudah tertutup oleh helm.

Jalanan nampak sepi setelah berbelok kearah gang rumah dini, hanya penerangan lampu dari rumah ke rumah yang membuat jalan menjadi remang remang. Hingga tibalah mereka didepan pagar kayu rumah sederhana itu.

“makasih ya kak udah ngenterin dini, kaka langsung pulang aja ini udah malem. Dini bukan mau ngusir eh tapi emang kenyataannya dini ngusir ya kak hehe” disodorkannya helm berwarna hitam setelah ia turun dari atas motor.

“sama sama”

“hati hati kak di jalan!, jangan ngebut ngebut nanti kalo ketemu malaikat maut kan bisa berabe” hanya direspon anggukan oleh cowo itu sebelum mengarahkan motornya untuk putar balik.

“bagus sudah mulai menunjukan sifat aslinya” dini tersentak kaget saat memasuki rumah dan disambut suara intimidasi dari sang ibu.

“kamu kalo mau jadi orang yang gak bener seharusnya kamu gak usah lahir kedunia ini, sudah menjadi pembunuh dan sekarang mau jadi wanita malam berkedok anak sekolahan”

“dini udah bilang sama ayah, dini mampir kerumah sakit bu”dia memberanikan diri menatap sang-mama.

“jangan panggil saya dengan sebutan ibu! Saya jijik”

“dini gak pernah minta dilahirkan dari rahim ibu, tapi tuhan telah menakdirkan semuanya. Dini gak pernah ngebunuh tapi ibu selalu menghakimi dini. Semuanya udah kehendak tuhan bu”

Plak
Suara tamparan menggema di seluruh ruangan, dini terjatuh hingga membentur pintu coklat, sang kaka yang mendengar keributan langsung menghampiri sumber suara. Hingga dia tersentak karena melihat dini tersungkur kelantai.

“terus bu! Tampar dini, kalo perlu ibu boleh bunuh dini. Dini emang udah muak sama takdir” dini bangkit dari lantai dan berlari menuju kamar.

“intan kecewa sama ibu, selama ini intan diam karena itu dibatas wajar tapi malam ini ibu keterlaluan”

“kamu itu seperti ayahmu, terus saja membela anak sialan itu”

Ternyata dihalaman rumah, vero yang mendengar semuanya tertegun betapa rapuhnya seorang gadis yang selama ini ia pandang tidak memiliki titik lemah.

Dia tidak bisa melihat isi hati dini yang ia tau hidup dini tak pernah ada beban. Diapun memilih kembali pulang dan meninggalkan ponsel serta dompetnya diransel gadis itu.

“tunggu” saat akan menaiki motor, vero mngurungkan niatnya setelah ada yang memanggil. Ternyata itu intan yang tadi melihat seseorang dari dalam.

“aku tau pasti kamu mendengar semuanya, aku harap kamu bisa melupakan atau diam” setelah mengucapkan itu untan kembali masuk kedalam kamar.

Malam ini vero tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan apapun, dia masih saja memutar ucapan demi ucapan yang mulut dini keluarkan ketika bertengkar dengan sang ibunda.

“mendungnya langit malam tak begitu nampak. Tapi mendungnya kehidupan kamu tak nampak secuilpun” vero melihat langit malam yang tidak berhiaskan bintang dan bulan tertutup kabut.

》》》》》♡♡
Segitu dulu aja ya😊
Jangan lupa tinggalkan jejak🐾
TEKAN BINTANG SEBELAH KIRI!!!
☆☆

Ditunggu part selanjutnya ya!🙈

ILY ketua Osis cupu  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang