28. Senyuman

1.7K 69 8
                                    

Aku takut memulai sesuatu yang tidak bisa kuakhiri.

❄❄❄

Budayakan vote sebelum mebaca :)

Setelah mendapat panggilan telepon dari Febby, Malik langsung menghampiri Nayla ke UKS dan membawa gadis itu pulang setelah mendapat izin dari guru piket.

Malik melajukan mobilnya memecah jalanan di jam pelajaran. Ia merasa kasihan melihat Nayla yang benar-benar pucat disampingnya padahal tadi Nayla terlihat baik-baik saja.

"Gue anter lo ke rumah sakit aja ya, biar langsung ditanganin dokter" Ucap Malik dengan nada khawatir.

"Gak usah ka, anter kerumah aja, ditidurin juga udah baik lagi" Jawab Nayla.

Malik menuruti saja apa kata Nayla, mungkin menurutnya itu yang terbaik.

Selama diperjalanan, Malik tidak mengajak Nayla berbicara membiarkan gadis itu istirahat sebentar hingga akhirnya ia memakirkan mobilnya dipekarangan rumah Nayla.

Ia menuntun Nayla jalan dengan hati-hati.

"Kunci nya ada di tas, pencet aja bel nya" Tutur Nayla.

Malik memencet bel rumah Nayla dan pintu pun terbuka menampilkan seorang wanita.

"Neng Nayla kenapa? Masuk neng" Ucap Bi Mirna kaget ketika melihat kondisi Nayla.

Malik mengantarkan Nayla ke kamarnya.

"Nanti ya, bibi ambilkan obat dulu" Ucap Bi Mirna kemudian pergi mengambil obat untuk Nayla. Bi Mirna memang sudah lama bekerja disini, jadi ia tau obat apa yang harus Nayla minum.

"Lo serius gak mau gue anter ke rumah sakit?" Tanya Malik lagi, ia tidak yakin bahwa Nayla akan baik-baik saja jika dibiarkan dirumah.

"Gak usah, dari dulu emang Nayla selalu drop tiba-tiba, ditidurin juga baikan lagi. Makasih ka udah anter Nayla pulang, maaf ngerepotin" Ucap Nayla dengan seutas senyuman dibibir pucatnya.

Malik hanya mengangguk pelan.

"Kalau gue tinggal, lo gapapa kan?" Tanya Malik, bagaimana pun juga ia harus kembali lagi ke sekolah.

Kali ini Nayla yang mengangguk.

"Gapapa ka, kan ada bibi yang jagain Nayla" Ucapnya.

"Yaudah kalau gitu, gue balik ke sekolah ya. Cepet sembuh" Ucap Malik seraya mengacak puncak rambut Nayla.

Nayla membalasnya dengan senyuman. Setelah itu, Malik keluar dari kamar Nayla.

***

Setelah berhasil keluar dari sekolah, Alan mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata menuju rumah Nayla.

Ia tidak peduli dengan seragam nya yang acak-acakan ditambah luka yang masih basah akibat pukulan Reza tadi.

Kata-kata Reza tadi terus memenuhi pikirannya, ia tidak seharusnya membiarkan Nayla dilindungin lelaki lain.

Alan sampai didepan rumah Nayla, ia tidak melihat mobil atau pun motor, mungkin Malik sudah pergi.

Alan memencet bel rumah Nayla.

"Eh si Aa, nyari neng Nayla?" Ucap bi Mirna membukakan pintu.

Bi Mirna sudah kenal dengan Alan dan selalu memanggilnya dengan embel-embel 'Aa' karena logat sunda nya.

Alan mengangguk.

My Posessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang