Altariksa melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan cukup ramai, tetapi itu tidak membuat Altariksa melambatkan kecepatan motornya.
Motornya berhenti tepat di depan barisan motor yang terparkir rapi. Ia pun juga memparkirkan motornya di samping motor Ninja berwarna merah. Setelah memparkirkan motornya, ia berjalan menuju kerumunan orang yang berada di dalam sebuah warung.
"Lama banget lo! Ketua tapi telat!" cibir Dimas, salah satu sahabat Altariksa.
"Lo tau sendiri kan nyokap gue gimana? Nanya ini lah, nanya itu lah. Pusing gue nyari alasan," ucap Altariksa sambil mendudukkan dirinya di bangku.
"Makanya ikut saran gue, loncat dari jendela kamar lo!" ucap Rifal, sahabat Altariksa juga.
"Ya turunnya gimana bego?! Lantai dua, coy! Ya kali gue lompat?!"
"Itu sih salah lo sendiri kenapa kamar lo dilantai dua"
"Bodo ah! Ngomong-ngomong, ngapain kalian ngajak gue ke sini? Ada taruhan lagi?"
Semuanya terdiam. Entah kenapa mereka seperti takut berbicara kepada Altariksa.
"Woy?! Kenapa pada diem?"
Dimas menyikut lengan salah satu temannya, tetapi ia malah menggeleng. Dimas pun kembali menyikut lengan Rifal. Rifal malah melotot kepada Dimas. Akhirnya Dimas mengalah, ia pun mulai membuka suara.
"Gini, Ta. Lo tau Bagas, kan?" tanya Dimas, dan Altariksa pun mengangguk. Bagas adalah salah satu anggota gengnya, pasti dia tahu.
"Dia... sekarat di rumah sakit" ucap Dimas takut-takut.
"Kok bisa?!" seru Altariksa, wajahnya pun mulai memerah akibat menahan amarah.
"Karena... Adrian."
Altariksa langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju motornya. Semua tahu apa yang akan dilakukan Altariksa. Yaitu, membalas perbuatan Adrian. Ini yang mereka takutkan. Altariksa akan berubah menjadi monster ketika tahu anggotanya disakiti oleh orang lain. Walaupun sebenarnya mereka sangat ingin menyembunyikan hal ini dari Altariksa, tapi mereka takut Altariksa akan menjadi lebih dari seorang monster ketika tahu bahwa mereka menyembunyikan sesuatu yang penting darinya. Serba salah jadinya.
"Alta! Mending kita buat rencana dulu buat ngurus Adrian! Lo jangan gegabah gini dong!"
Altariksa tak menghiraukan Dimas. Ia tetap berjalan menuju motornya.
"Eh, bego! Lo budek?!" teriak Rifal ketika Altariksa sudah menaiki motornya.
"Eh, kalian jangan diam aja dong! Bujuk si Alta sana!" perintah Dimas kepada anggota geng motor yang lain.
"Lo yang sahabat dia aja gak digubris. Apalagi kita yang cuma anggota?"
Terlambat. Altariksa sudah melajukan motornya meninggalkan mereka yang sudah pasrah.
***
Altariksa melajukan motornya seperti orang yang kesetanan. Beberapa kali ia diklakson oleh pengendara lain yang hampir tertabrak karena terkejut dengan kecepatan Altariksa.
Altariksa mencengkeram remnya secara mendadak saat melihat seorang gadis yang hendak menyeberang jalan. Dia bernapas lega saat berhasil menghentikan motornya.
Gadis itu terkejut dan terduduk di aspal jalanan sambil memegang dadanya. Napas gadis itu naik-turun. Mungkin jika Altariksa tidak segera menghentikan motornya, tamatlah riwayat gadis itu.
"Heh! Lo kalau bawa motor yang bener dong! Kayak orang kesetanan tau gak?! Untung aja gue gak ketabrak! Kalau gue ketabrak terus gue mati, bakal gue gentayangin lo!" omel gadis itu.
Altariksa mengernyitkan dahinya. Bukankah gadis ini Vanya? Teman sekelasnya? Ya! Tidak salah lagi, dia adalah Vanya, orang yang selalu menatap sinis ke arahnya.
Altariksa membuka helm full face-nya dan menunggu reaksi gadis itu.
Mata Vanya terbelalak. "Lo?"
"Kenapa? Kaget?" ejek Altariksa.
"Argh...kenapa sih lo selalu muncul di mana-mana? Gak di sekolah, di kelas, di luar pun gue ketemu lo! Gue selalu sial kalau ketemu lo tau gak?!" teriak Vanya mengabaikan bahwa mereka berada di pinggir jalan.
"Berarti lo jodoh sama gue, makanya ketemu terus," goda Altariksa sambil menaikan-turunkan alisnya.
"Amit-amit! Sampai Kak Ros nikah juga gue gak bakal mau sama lo!"
"Sok jual mahal lo."
"Ya iya lah! Emang gue kayak cewek yang biasa lo pakai? Murahan!" cibir Vanya sambil berusaha berdiri. "Astaga!" pekik Vanya ketika kakinya terasa sangat sakit. Ia pun kembali terduduk.
"Mampus! Gak bisa jalan lo! Pincang deh tu kaki," ucap Altariksa yang diakhiri dengan tawa yang kencang.
"Gila lo! Ini juga karena lo! Bukannya nolongin malah ngetawain!"
"Paling juga itu cuma akting doang. Gue gak nabrak lo, dan juga lo cuma kaget terus duduk di aspal, kenapa kaki lo tiba-tiba sakit? Ngawur lo."
Vanya tak menggubris ucapan Altariksa. Ia bangkit dari duduknya dan memaksakan dirinya untuk berjalan. Sebenarnya kakinya sudah sakit sedari tadi, dan insiden tadi membuat kakinya semakin sakit karena kakinya terlipat saat ia terduduk tadi.
Altariksa memperhatikan Vanya yang sudah berada di seberang jalan. Entah kenapa ia merasa sedikit kasian pada gadis itu. Ia menimbang-nimbang apakah harus membantu gadis itu atau melanjutkan perjalanannya menuju markas geng Adrian.
Altariksa kembali memakai helmnya dan menjalankan motornya. Arahnya berubah, ia memutar motornya dan menuju Vanya yang berjalan tergopoh-gopoh.
"Naik!" ucap Altariksa ketika sudah berada di samping gadis itu.
"Gak! Males banget gue satu motor sama lo!" sinis Vanya.
"Kaki lo bakal tambah parah kalau dipaksa jalan."
Vanya berdecih. "Yang ada kalau gue ikut sama lo bukan sampe rumah, malah nyangsang di hotel!"
Altariksa tersenyum kecut. Sebegitu parahnya kah ia di mata Vanya?
"Gue gak separah itu," ucap Altariksa membela dirinya.
"Halah! Semua orang sudah tau kali kelakuan lo, pemain wanita!" cibir Vanya dan kembali melanjutkan jalannya.
Altariksa menyejajarkan motornya dengan langkah Vanya. Ia kemudian mengucapkan kata-kata yang mampu membuat Vanya merasa bersalah dengan Altariksa.
"Niat gue baik mau bantuin lo. Tapi, kalau respons lo begini, gue jadi malas terlibat dengan lo lagi," ucap Altariksa dan melajukan motornya meninggalkan Vanya.
Vanya terdiam. Sepertinya ucapannya sudah keterlaluan dengan Altariksa. Astaga, ia sudah sangat keterlaluan dengan orang yang berniat baik dengannya.
***
[Mulmed : Altariksa]
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERBIT DI BANANABOOKS & TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESAYANGAN KALIAN] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Altariksa Ferando, seorang laki-laki yang selalu ditimpa oleh masalah dalam hidupnya. Berbagai macam cobaan yang harus dihadapin...