ALTARIKSA - 28

19.6K 1.5K 108
                                    

Hanya suara tangisan yang terdengar mendominasi bus mereka. Setelah mendapatkan kabar buruk itu. Mereka semua memutuskan untuk pulang dan membantu Vanya yang sedang berada dalam kondisi berduka. Guru-guru dan teman-teman Vanya berusaha untuk menenangkan Vanya yang masih menangis sesenggukan.

"Van. Lo harus kuat ya." Ucap Sania sambil mengelus pundak Vanya untuk memberikan kekuatan.

Bukan hanya Vanya yang menangis. Fitri pun juga ikut menangis. Fitri memang cukup dekat dengan Ayah Vanya. Dan kematian Ayah Vanya membuatnya merasa terpukul.

"Fit, udah dong sayang." Ucap Dimas.

"Dim...hiks..." Fitri tak sanggup melanjutkan perkataannya.

Dimas mengusap pundak Fitri. Kepala Fitri ia sandarkan dipundaknya.

"Iya gue tau lo pasti merasa kehilangan juga sama kayak Vanya. Tapi lo jangan nangis gini dong. Ayah Vanya pasti bakal sedih liat kalian begini." Ucap Dimas.

Sekarang yang terdengar hanya suara sesenggukan Fitri. Tangan Dimas mengusap kepala Fitri dengan sayang.

Tangisan Vanya berangsur mulai berhenti. Kini Vanya hanya menatap kosong ke depan.

Sania duduk yang duduk disebelah Vanya menyenderkan kepalanya di pundak Vanya. Tangannya memeluk Vanya dari samping. Tidak ada sepatah kata apapun yang terucap. Mereka hanya diam.

Tanpa sadar air mata Sania pun ikut mengalir membasahi pipinya.

'gue gak nyangka ini bakal terjadi.' batin Sania.

*

Suara langkah kaki mendominasi lorong panjang tersebut. Tidak peduli dengan orang di sekitar. Vanya terus melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Ayahnya berada.

BRAKK!!

Vanya membuka pintu dengan kencang. "Dimana Ayah?!" Teriaknya langsung.

Matanya menangkap Ibunya yang menangis sambil memeluk seseorang yang sudah ditutupi kain putih.

Tanpa basa-basi Vanya pun langsung berlari dan memeluk seseorang yang terbaring tak bernyawa itu.

"Ayah! Ini pasti mimpi kan?!" Ucap Vanya sambil mengguncang tubuh Ayahnya.

"AYAH JAWAB AYAH! AYAH JANGAN MAIN-MAIN!" Teriak Vanya histeris.

"Siapa yang bikin Ayah jadi begini? Siapa yah?!!"

Vanya tertunduk. Tangisannya semakin kencang.

"Kenapa bisa Ayah begini? Hiks....siapa yang buat Ayah begini?"

Ibu Vanya semakin terpukul melihat putri nya yang menangis seperti itu. Ibu Vanya mendekati anaknya itu dan memeluknya dari samping.

"Biarin Ayah tenang ya, van." Ucap Ibunya dan berusaha menarik putrinya itu keluar dari ruangan tersebut.

"Ibu? Ibu mau bawa Vanya kemana? Huh? Vanya masih mau ngomong sama Ayah!" Ucap Vanya dan berusaha meronta-ronta.

Tetapi ibu Vanya tetap menarik anaknya itu. Fitri dan Sania semakin menangis ketika melihat sahabatnya itu menangis histeris. Rifal dan Dimas masih berusaha buat menenangkan kekasihnya itu.

Altariksa sendiri hanya terdiam. Jujur ia sendiri berusaha kuat untuk tidak menangis.

Sekilas Altariksa melihat seseorang yang bersembunyi di balik tembok. Matanya menyipit untuk mengenali siapa orang tersebut.

Kaki Altariksa mulai melangkah untuk mendekati orang tersebut. Tak disangka matanya membulat ketika mengetahui orang tersebut adalah Papanya sendiri.

ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang