ALTARIKSA - 14

25.1K 1.9K 49
                                    

3 hari kemudian.

Semenjak kejadian dimana Altariksa dan Dista bertengkar. Vanya tak pernah lagi melihat dua pasang kekasih itu bersama-sama. Bahkan Vanya tidak pernah melihat Dista akhir-akhir ini.

Oh iya. Vanya sudah melihat berita yang ada di akun gosip sekolahnya itu. Memang benar, berita Altariksa yang membuat gempar satu sekolah itu telah dihapus dan digantikan dengan berita berbalikannya Altariksa dengan Dista. Banyak yang bilang bahwa berita tersebut dihapus karena ada seseorang yang tiba-tiba mengancam admin akun tersebut. Katanya orang itu adalah suruhan papa nya Altariksa. Entahlah, Vanya tidak perduli soal itu. Yang penting sekarang berita itu telah dihapus.

Sekarang ini Vanya sedang berada bandara. Ia sudah menunggu hari ini dari jauh-jauh hari. Ya! Ayahnya akan segera pulang hari ini dari luar kota. Vanya menunggu ayahnya di bandara hanya bersama Dava. Ibunya sedang sibuk mengurus butik. Sebab itu tidak bisa ikut menjemput ayahnya.

Beberapa kali Vanya melihat jam tangan yang berada di lengannya. Dimana ayahnya? Harusnya ia sudah sampai. Vanya berdecak kesal.

"Sabar elah! Baru lewat beberapa menit." ucap Dava kesal melihat adiknya yang grasak-grusuk.

"Lama, bang." keluh Vanya.

"Lo bawel ya! Mending pulang aja sana. Berisik tau gak!" omel Dava. Vanya mengerucutkan bibirnya kesal. Bukannya menghibur, abangnya itu malah memarahinya.

"Gak asik!" gumam Vanya yang masih bisa didengar oleh Dava.

"Kalau mau asik di mall aja sono." balas Dava.

"Abang laknat." gumam Vanya lagi.

"Lo yang laknat."

"Abang gak guna."

"Lo juga gak guna."

"Abang sinting."

"Lo apalagi."

"Abang pintar."

"Makasih."

"Ih!" Vanya memukul Dava kesal. Sementara Dava malah tertawa senang.

"Asik banget. Sampai lupa sama ayah." ucap seseorang dibelakang mereka. Dava dan Vanya membalikan badannya. Mata mereka berbinar senang. Senyum terbentuk di bibir mereka.

Vanya dan Dava dengan cepat menghampiri Ayahnya dan memeluknya sangat erat.

"Aduh! Ayah susah nafas." pekik ayahnya saat Vanya dan Dava memeluknya dengan erat.

"Kangen, yah." ucap Vanya.

Ayahnya terkekeh. "Padahal ayah di luar kota cuma dua minggu kangennya lebay banget."

Vanya mendongak, menatap ayahnya. "Ih ayah! Itu tu lama. Sehari aja gak ketemu ayah, Vanya kangen banget." ucap Vanya.

Ayahnya itu tertawa pelan. Kemudian matanya menangkap Dava yang masih memeluknya begitu erat.

"Dava? Kok kamu meluk ayah lama banget?" tanyanya.

Kemudian Dava melepaskan pelukannya dengan cepat. Terlihat Dava seperti salah tingkah. Ayah dan Vanya tertawa melihat tingkah Dava. Asal kalian tau, Dava dan ayahnya itu sangat dekat. Jadi wajar saja jika Dava lah yang terlihat sangat merindukan ayahnya.

"Sebelum pulang, kita makan dulu." ucap Ayah dan langsung diangguki oleh Dava dan Vanya.

---------

Sesuai perkataan ayah tadi. Mereka sedang makan disebuah restoran yang letaknya jauh dari bandara tadi.

"Ayah?" panggil Vanya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Kamu ini. Habisin dulu yang di mulut, baru ngomong." omel ayahnya. Sementara Vanya masih sibuk mengunyah dan kemudian menelan makanan itu.

ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang