Vanya menghempaskan dirinya di atas kasur miliknya. Matanya menatap langit-langit kamarnya yang banyak dihiasi foto-foto polaroid yang bergantung. Berjalan bersama Fitri dan Sania sangat menguras tenaga.
Drrt....Drtt....
Ponsel Vanya bergetar. Ia pun mengambil ponselnya di atas nakas dan melihat siapa yang menelponnya.
Dimas.
Dahi Vanya berkerut. Kenapa Dimas menelponnya? Dengan segera ia pun mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo."
"Hallo, van. Ini gue Alta."
Vanya terdiam sesaat. Matanya melihat layar ponselnya. Itu adalah nomor Dimas. Tapi kenapa Altariksa yang menelpon?
"I...iya kenapa, ta?"
"Maaf."
Tuuutt...tuuuttt....
Panggilan terputus. Vanya sontak memperhatikan ponselnya. Altariksa mematikan panggilan secara sepihak.
Kenapa tadi? Altariksa meminta maaf untuk apa? Meminta maaf karena tak menyapanya waktu di cafe tadi atau karena tidak menjemputnya lusa kemarin? Altariksa sungguh susah ditebak.
Tapi suara Altariksa tadi terkesan dingin dan datar. Tidak seperti biasanya.
Vanya membuang jauh-jauh pikiran negatif nya. Untuk apa dia memikirkan Altariksa. Walaupun Altariksa menjauhinya juga bukan masalah baginya.
Vanya pun memejamkan matanya untuk segera tidur.
*
"Pagi semua!!" teriak Vanya saat masuk kedalam kelas.
"Pagi." jawab mereka serentak.
Vanya tersenyum senang saat sapaannya dijawab oleh teman-teman laknatnya itu.
Baru saja Vanya mendudukan diri dikursi. Gebrakan meja mengejutkannya.
Brak...
"Eh ayam mati kucing!" pekik Vanya.
"Hahaha!!!"
Vanya menatap kesal tersangka yang menggebrak mejanya. Ternyata orang itu adalah Dimas dan Rifal.
"Gak lucu tau gak!" ketus Vanya.
"Yaelah gitu aja ngambek." ucap Rifal sambil mencolek dagu Vanya.
"Ngapain kalian ke meja gue. Gak punya meja?"
Seketika wajah Dimas dan Rifal berubah menjadi datar. Vanya mengernyit bingung melihat perubahan tersebut.
"Kenapa?" tanya Vanya pelan.
"Altariksa pindah, van."
Jleb!
Vanya merasa jantungnya berdetak kencang. Tatapannya menjadi kosong. Altariksa pindah?
"Ke...kemana?"
"Australia." jawab Rifal.
Entah kenapa Vanya merasa tidak suka. Altariksa bahkan tidak memberitahunya jika ia akan pindah ke luar negeri. Tunggu dulu! Untuk apa Altariksa memberitahunya? Ia kan bukan siapa-siapa Altariksa. Ia hanya seseorang yang dulu begitu membenci Altariksa dan kebetulan menjadi dekat dengan Altariksa.
"Te...terus hubungannya sama gue apa?" ucap Vanya berusaha sesantai mungkin.
Dimas nampak memasukan tangannya kedalam sakunya. Kemudian ia mengambil sebuah kalung berbentuk burung merpati dari sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[TELAH TERBIT DI BANANABOOKS & TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESAYANGAN KALIAN] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Altariksa Ferando, seorang laki-laki yang selalu ditimpa oleh masalah dalam hidupnya. Berbagai macam cobaan yang harus dihadapin...