ALTARIKSA - 20

23.8K 1.8K 132
                                    

Seerat apapun kamu menggenggam, kalau ia mencintai orang lain. Tetap saja ia akan pergi meninggalkan.

-Rifal Yudia Putra

Jam sudah menunjukkan pukul 05:30 pagi. Tapi tidak ada tanda-tanda Altariksa akan bangun.

Sedari tadi Vanya gelisah. Keluar masuk kamar hanya untuk melihat perkembangan cowok itu. Untung saja hari ini adalah hari minggu. Jadi ia bisa berada di sini sampai Altariksa bangun.

"Gimana, fal?"

Rifal menggeleng. Vanya kembali menyenderkan badannya pada sofa. Perasaan cemas semakin menyelimutinya.

"Lo kalau mau tidur di kamar lain aja, van. Gue tau lo pasti cape."

Vanya menggeleng. "Gue gak bisa tidur."

Lagi-lagi Rifal merasakan bahwa Vanya mempunyai rasa kepada Altariksa. Sekarang ia semakin yakin kepada hatinya untuk berhenti mengejar Vanya. Sangat yakin.

"Fit!"

Fitri tersentak saat Vanya memanggil namanya. Ia menoleh dan menatap Vanya.

"Apa?" katanya.

"Gue belum ijin sa-"

"Udah gue ijinin." ucap Fitri memotong ucapan Vanya.

Vanya tersenyum dan bernapas lega. Sahabat yang pengertian.

"Arghh!!!" semuanya terdiam saat mendengar suara teriakan Altariksa yang sepertinya sedang kesakitan.

Vanya, Rifal, Fitri dan Bagas berlari menyusul Altariksa.

"Ta, lo kenapa?!"

Altariksa mengabaikan pertanyaan dari Rifal. Ia menggeliat kesakitan dengan tangan yang memegang pinggang bagian kanan.

"Ta..." lirih Vanya yang tidak kuat melihat Altariksa.

"Gas! Bawa ke rumah sakit!" Bagas mengangguk. Ia menggendong Altariksa dibantu oleh Rifal menuju mobil Fitri.

Vanya dan Fitri mengekori dari belakang. Teman-teman Altariksa pun ikut mengantar Altariksa ke rumah sakit menggunakan motor mereka masing-masing.

"Gue aja yang nyetir." ucap Bagas. Fitri memberikan kunci mobil kepada Bagas. Vanya, Altariksa dan Rifal berada di belakang. Sementara Fitri dan Bagas berada di depan.

Sedari tadi Vanya mengenggam tangan Altariksa, bermaksud untuk memberikan Altariksa kekuatan. Altariksa pun menggenggam tangan Vanya dengan kuat. Menahan rasa sakit yang berada di pinggangnya.

Sejujurnya tangan Vanya terasa sakit digenggam seperti itu oleh Altariksa. Tetapi rasa sakit ini tidak sepadan dengan apa yang dirasakan oleh Altariksa.

Sesampainya di rumah sakit. Rifal langsung membuka pintu mobil dan membopong Altariksa dibantu oleh Vanya dan Fitri. Sementara Bagas mengurus mobil Fitri.

"Dokter!" teriak Rifal saat sudah sampai di dalam rumah sakit.

Dua orang perawat dan satu orang dokter pun datang dan langsung membawa Altariksa ke salah satu ruangan yang ada di sana.

Bagas beserta teman-teman yang lain datang. Mereka menunggu kabar dari dokter yang mengurus Altariksa di dalam sana.

Vanya duduk di kursi tunggu dengan pandangan kosong. Rifal yang melihat itu langsung menghampiri Vanya dan duduk di sebelah cewek itu.

ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang