"Lo pesen apa, van? Biar gue pesenin sekalian." Ucap Sania kepada Vanya.
Vanya sempat berpikir. "Gue pesen minum aja deh."
Kening Sania berkerut seketika. Ada apa dengan Vanya? Biasanya Vanya akan memesan makanan bahkan lebih dari satu. Tapi kali ini sungguh berbeda.
"Lo yakin?"
Vanya mengangguk.
"Hm...oke...gue...pesen dulu ya." Ucap Sania agak ragu.
Selama Vanya menunggu, matanya melihat ke sekeliling. Ia tersenyum ketika ada adik kelas atau teman satu angkatan yang menyapanya.
Ketika sedang asik memperhatikan sekeliling. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk tepat di depannya. Orang itu menaruh nampan berisi makanan di atas meja.
Vanya mendengus kesal. "Ganggu pemandangan aja lo." Ucapnya sambil menyentil jidat orang itu.
Orang itu mengusap jidatnya. "Yaelah, masa gue cantik gini dibilang ganggu pemandangan?"
Vanya tertawa lepas dan mencubit kedua pipi orang itu.
"Yaelah, becanda Fitri ku yang cantik."
Fitri berusaha melepaskan tangan Vanya dari pipinya.
"Sakit woy!"
Vanya melepaskan tangannya sambil tertawa puas.
Tak lama Sania datang membawa nampan berisikan makanan dan minuman yang ia pesan.
"Makasih, san."
Sania hanya mengangguk dan memakan makanannya.
Vanya sendiri menyeruput minumannya dengan mata yang masih memperhatikan sekitarnya.
Matanya tak sengaja menangkap Dimas yang baru masuk ke kantin dengan gayanya yang cool.
"Fit, cowok lu noh."
Fitri menoleh dan matanya menangkap Dimas yang juga melihat ke arahnya. Cowok itu menatapnya tajam dan dibalas tak kalah tajam oleh Fitri.
Dimas lebih dulu memutus kontak mata dengan Fitri dan berjalan terus melewati mejanya.
"Lah? Kok dia main nyelonong aja? Lo berantem sama Dimas, fit?" Tanya Vanya yang bingung melihat Dimas dan Fitri tidak saling menyapa.
Fitri menghembuskan nafasnya. "Gue putus sama dia."
Vanya dan Sania tersedak. "Hah?!" Ucapnya bersamaan.
Fitri menatap Vanya dan Sania secara bergantian. "Iya gue putus sama Dimas."
Vanya ternganga. "Kok lo gak cerita?!" Sania mengangguk membenarkan ucapan Vanya.
"Gue kemaren udah mau cerita. Tapi gue rasa belum pas waktunya." Ucap Fitri santai dan kembali menyantap makanannya.
"Lo....gak sedih?" Tanya Sania.
Fitri menatap Sania. "Sedih kok. Tapi gue berusaha buat nutupin supaya kalian gak khawatir sama gue." Jelas Fitri dengan senyum diakhir kalimat.
"Ululu sini sini kita pelukan dulu." Vanya berjalan ke arah Fitri dan duduk di sebelah gadis itu. Kemudian ia memeluk Fitri begitupun dengan Sania.
"Jangan sedih lagi ya?" Ucap Vanya yang dibalas anggukan oleh Fitri.
Sementara dari kejauhan, Dimas menyaksikan dan mendengar semua yang di ucapkan oleh Fitri.
"Dasar munafik!"
***
Vanya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Tanpa sengaja beberapa kali matanya melirik ke kursi kosong yang berada di belakangnya. Pagi tadi kursi itu tidak kosong. Kemana orang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTARIKSA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERBIT DI BANANABOOKS & TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESAYANGAN KALIAN] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Altariksa Ferando, seorang laki-laki yang selalu ditimpa oleh masalah dalam hidupnya. Berbagai macam cobaan yang harus dihadapin...