“aku tertawa dan menangis untuk menyembunyikan diriku yang sebenarnya”
-
-
Sinar mentari telah memasuki kamar gadis yang sedang terbaring diatas tempat tidur lewat celah jendela yang tidak tertutupi gorden.
Gadis itu terusik, karena kini cahaya mentari berhasil melewati wajah cantiknya.
Melihat jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, gadis itu segera bangun sembari menggerutu.
“aish.. Kenapa aku bisa telat” monolognya.
Gadis itu segera menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya. Lalu keluar dengan menggunakan setelan khas dokter.
Gadis itu, lee jisae seorang dokter muda yang terkenal dengan parasnya yang mendekati kata sempurna.
Menatap nanar tempat tidurnya, mencari keberadaan seseorang disana, namun nihil ia tak mendapati siapapun terbaring disana.
Menepis pikirannya, jisae keluar dari kamarnya setelah merias wajahnya dengan sedikit bedak dan lipstik.
Mengambil tas lalu beranjak keluar tanpa sarapan, hal lumrah yang sering dilakukan orang yang bangun terlalu siang.
Menaiki mobilnya, menyusuri jalanan kota seoul yang mulai padat akan kendaraan.
Hingga 15 menit kemudian ia sampai di tempat tujuan, rumah sakit seoul.Tempatnya bekerja bukan sebagai seorang dokter magang seperti gadis muda lainnya. Melainkan dia adalah dokter tetap dirumah sakit ini.
Yaa, karena kemampuan otak cerdasnya ia berhasil mendapatkan posisi tersebut.
Berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang mulai ramai dengan orang orang yang berlalu lalang menjenguk saudara saudaranya yang sedang bergelut dengan penyakitnya.
Memasuki ruangan bercat abu abu, mengambil jas putih yang tergantung rapi di dekat pintu ruangannya.
Berjalan mendekati meja tempatnya bekerja, melihat layar monitor yang menampilkan jadwalnya.
Kemudian ia terduduk karena jadwalnya masih lama sekitar menunggu setengah jam.
Gadis itu tersenyum getir tatkala ponselnya berdering dan menampilkan nama yang sangat dibencinya.
‘Appa'
Dengan terpaksa gadis itu menggeser tombol hijau pada layar handphone nya.
“yeoboseyo”
“jisae yaa bisa kau mengunjungi rumah orang tua mu sore ini? Ada hal penting yang harus kami bicarakan.”
“aku sibuk” dengan cepat gadis itu menutup panggilan sepihak.
Terlalu benci dengan kedua orang tuanya, yang tidak pernah menyentuhnya seujung rambut pun untuk mengurusnya.
Bahkan dia dirawat oleh sang nenek yang kini telah tiada.
Orang tuanya yang selalu memperlakukannya bagai seorang robot, menyuruhnya berbuat hal hal aneh.
Dan satu hal yang paling jisae benci dari kedua orang tuanya. Mereka selalu membanding bandingkan dirinya dengan anak teman orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Hug || Jww & Hjs ✔
Fanfiction[COMPLETED] Angin malam yang terasa menyejukan, pun dilengkapi dengan benda putih yang terjun dari langit. Ini sudah pukul 12 lewat namun gadis itu masih menikmati angin malam itu, dia menatap kearah langit yang dihiasi dengan kelap-kelip bintang k...