‘jangan khawatir'
-
-
-
Hari ini kekhawatiran itu kembali muncul. Aku khawatir akan anak yang ku kandung sekarang, aku takut dia tidak mendapat kasih sayang seorang ayah, mengingat pernikahan kami hanya sebatas perjodohan, mengingat kami yang melakukannya di luar kesadaran.
Haruskah ku katakan sekarang padanya? Bahwa sekarang aku tengah mengandung anak nya darah dagingnya? Aku bingung.
Sungguh.
Melirik dirinya yang sekarang tengah berbaring dengan buku tebal yang ia baca, ku beranikan diri untuk menghampirinya. “jeon...” lirih ku.
Dia melirik ku sekilas tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “aku ingin bicara padamu” ucapku kemudian. “bicaralah” responnya.
Drtttt
Belum sempat ku lanjutkan ucapanku, suara dari ponsel wonwoo menghentikanku. “kita bicara nanti hari ini aku ada jadwal” ucapnya seraya berlalu dari hadapanku.
Melihat punggungnya yang semakin jauh bahkan hilang di telan pintu ber cat coklat, tanpa kusadari air mata ku jatuh. Lagi, aku sangat lemah. Aku benci diriku.
Ingin rasanya ku menyusul nenek ku disana. Bercerita tentang hari ini, merencanakan hari esok.
Aku merindukannya.
Kuhapus sisa air mata dipipiku lalu beranjak pergi, hanya sekedar melepas beban yang ku tanggung selama ini, menghirup udara segar kota Seoul.
Tak terasa sudah satu jam lamanya aku berjalan menyusuri jalanan kota Seoul yang padat penduduk. Sesekali memotret bangunan yang menurutku menarik.
Tatapan ku terhenti pada sosok yang tengah diam mematung di depan pohon beringin, ku niatkan untuk menghampirinya. “shua...” teriakku pada joshua, laki laki yang sekarang tengah menatap pohon beringin itu dengan tatapan kosong.
Melihatku berlari kearahnya joshua pun tersenyum. “kau.. Sedang apa disini, kau tidak bekerja?” tanyaku heran, karena setahuku ini adalah jam nya ia bekerja bukan bersantai seperti ini.
“hmm, aku sedang malas bekerja.” Ucapnya padaku, “ciih.... Dasar pemalas” ucapku.
“kau sendiri sedang apa, bukankah kau di tugaskan untuk beristirahat dirumah mu nona?” ucapnya “aku hanya ingin mencari udara segar, dan aku tak sengaja melihatmu” ucapku, “karena kita sudah terlanjur disini bagaimana kalau kita makan siang bersama, kudengar disekitar sini ada cafe baru” tawar nya.
“baiklah” ucapku, kami pun berjalan menuju cafe yang di maksud joshua.
Setelah kami menghabiskan waktu untuk makan siang bersama, joshua mengajakku ke suatu tempat yang entah apa itu aku tak tahu, ‘nanti kau lihat sendiri' ucapnya, dan hal yang paling membuatku penasaran adalah...
Tatapan sendunya.
Entah apa arti dari tatapan itu, hanya dia yang tahu.
***
Sesak.
Itulah yang kurasakan.
Sedikit tak percaya melihat pemandangan di depan mataku, pandanganku mulai buram tatkala air mata ku memaksa ingin keluar, tapi kutahan. Aku tak mau kesedihanku terlihat oleh joshua.
Hingga akhirnya aku berbalik padanya, mengajaknya untuk keluar dari rumah besar yang menjadi saksi bisu penghianatan seorang jeon wonwoo.
Yaa, pemandangan yang kulihat adalah wonwoo yang tengah berciuman dengan seorang wanita yang ku ketahui adalah klien bisnisnya.
“maaf..” lirihnya. “kau tak perlu meminta maaf josh, semua ini tak ada sangkut paut nya dengan dirimu” ucapku sembari berusaha tersenyum, walaupun aku tahu dia akan mengetahui bahwa sekarang hatiku tengah menangis.
Tatapan kami bertemu hingga akhirnya tak bisa kutahan air mata ku jatuh membasahi pipiku, aku rapuh.
Mengusap perutku yang masih rata, kulihat joshua juga melirik kearah perutku.
“jangan khawatir, aku yang akan menjaga calon anakmu” ucapnya.
Hingga akhirnya aku berhamburan ke dalam dekapannya mengeluarkan tangisku di jaket hitam yang ia gunakan, kurasakan sesekali ia mengusap punggung ku sambil sesekali berucap, “aku ada disini” ucapnya.
---TBC
Maaf lamaaa huhuuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] Hug || Jww & Hjs ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Angin malam yang terasa menyejukan, pun dilengkapi dengan benda putih yang terjun dari langit. Ini sudah pukul 12 lewat namun gadis itu masih menikmati angin malam itu, dia menatap kearah langit yang dihiasi dengan kelap-kelip bintang k...