"Eonni, kau baik-baik saja?"
Tepukan di bahunya membuat Jisoo terkesiap di sana. Menatap pada seseorang yang baru saja melakukan hal itu padanya. Ia menampakkan senyumnya, mengatakan jika ia baik-baik saja saat ini.
"Apa ada yang mengganggu eonni saat ini?"
Agaknya, apa yang ia lakukan tadi sama sekali tak berpengaruh pada gadis yang lebih muda darinya itu. Maka ia memilih menghela napasnya, menghentikan kegiatannya yang tengah mencuci beberapa peralatan makan.
"Aku bertemu dengannya lagi, Lisa. Setelah enam tahun berlalu."
Lisa tampak mengerutkan keningnya di sana. "Siapa yang eonni maksud?"
Jisoo mengalihkan pandangannya pada Lisa. "Seokjin Oppa."
Mendengar itu, membuat Lisa terdiam. Dan keheningan melanda keduanya setelahnya. Seolah mendengar nama itu, maka memori lama yang keduanya simpan kembali muncul tanpa bisa mereka cegah.
"L-Lalu, apa yang eonni lakukan? Eonni bicara padanya?"
Jisoo menggeleng. "Tidak. Tapi dia hanya mengatakan jika dia senang karena bertemu lagi denganku."
Lisa tahu bagaimana perasaan Jisoo saat ini. Dibuktikan dengan bagaimana gadis yang lebih tua darinya itu yang mengepalkan satu tangannya. Tahu jika Jisoo tengah menahan tangisnya saat ini.
"Eonni.."
"Tidak seharusnya dia mengatakan hal itu setelah apa yang sudah ku lakukan padanya, Lice. Seharusnya, ia membenciku. Bukannya mengatakan jika ia begitu senang bertemu denganku lagi."
Lisa memilih menarik Jisoo bersamanya untuk duduk pada salah satu kursi meja makan di sana. Menggenggam kedua tangan Jisoo seolah menguatkannya. Sedangkan tangisan Jisoo yang sedari tadi ia tahan akhirnya ia keluarkan.
"Eonni, mau sampai kapan eonni akan menyakiti dirimu sendiri? Eonni masih mencintainya dan sama halnya dengan Seokjin Oppa. Kalian seharusnya tak berpisah enam tahun yang lalu."
Jisoo menghapus airmatanya, berusaha pula untuk menetralkan dirinya. "Tidak, Lisa. Kau tak akan mengerti."
"Eonni selalu mengatakan hal itu. Ini sudah enam tahun berlalu dan apa yang masih ku tak mengerti?!"
"Eomma..."
Pembicaraan keduanya terhenti, bersamaan dengan sosok Taeho yang baru saja keluar dari kamarnya sembari mengucek kedua matanya. Mungkin terbangun karena suara Lisa yang sedikit meninggi tadi.
Lisa beranjak dari duduknya, mendekat pada Taeho di sana dan dengan cepat menggendongnya. Dan Taeho yang memeluk Lisa, melanjutkan kembali tidurnya dalam pelukan sang Ibu.
"Kalian berpisah bukan karena keinginan kalian. Lebih baik jika eonni datang padanya dan ceritakan semuanya. Jika kalian terus seperti ini, bisa-bisa kalian akan menjadi gila hanya karena tak ada kejujuran sama sekali dalam hubungan kalian."
Lisa berlalu di sana, kembali masuk ke dalam kamar bersama Taeho yang sudah terlelap lagi. Meninggalkan Jisoo di sana yang mulai mencerna kembali ucapan Lisa.
Jisoo beranjak dari duduknya, melangkah menuju kamarnya dan menutupnya setelahnya. Langkahnya membawanya menuju ranjang tidurnya, duduk pada sisinya sembari menundukkan kepalanya.
Hingga pandangannya terhenti pada sebuah kotak yang selama ini ia simpan di bawah tempat tidurnya. Dengan perlahan, ia mengambilnya, menempatkannya di atas pangkuannya.
Penutup kotak itu ia buka, bersamaan dengan memori lama yang ia simpan di dalam kotak itu terbuka pula. Jemarinya mengambil salah satu figura di sana, menampakkan figur dirinya yang begitu bahagia ketika sosok pria yang berada di dalam potret itu memeluk dan mencium keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth untold ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Jika saja aku lebih berani saat itu, mungkin kau tak akan pergi dan membuatku begitu menyesal saat ini. ----- ©iamdhilaaa, 2019