Hujan deras mengguyur Seoul malam itu. Membuat gadis itu berlari dengan cepatnya menerjang hujan saat itu. Tas yang ia bawa sudah melindungi kepalanya dari amukan hujan, juga ia sama sekali tak peduli jika converse putih yang ia kenakan sudah kotor dan basah karena terkena air hujan.
Hingga akhirnya ia berhasil meneduhkan dirinya pada sebuah minimarket yang memang tak jauh dari cafe tempatnya bekerja. Ia menepuk pelan pakaiannya yang basah, sembari tatapannya kini beralih menatap pada langit malam yang masih menurunkan hujan.
"Sial, aku lupa membawa payungku. Padahal, pagi tadi sangat cerah."
Cuaca memang tak akan pernah kita ketahui, membuat gadis itu beberapa kali harus mendengus karenanya. Ia mengeluarkan ponselnya, setidaknya menelpon seseorang untuk menjemputnya. Tapi memang sial baginya hari itu, daya ponselnya sedang habis. Bertambahlah kekesalan gadis itu dan memilih untuk memasukkan kembali ponselnya
Keheningan melanda suasana di sekitarnya, terkecuali suara hujan deras yang terus mengguyur malam itu. Hingga seorang pria yang berlari dari arah kiri gadis itu menjadi perhatian baginya, ikut meneduhkan dirinya sama sepertinya.
Pandangannya beralih, menatap pada sosok pria yang kini melakukan hal yang sama seperti gadis itu lakukan sebelumnya, menepuk pakaiannya yang basah karena hujan.
Untuk beberapa saat, gadis itu mengagumi bagaimana sosok pria yang berada tak jauh dari lima jengkal darinya saat ini. Dengan wajah tampan bak pangeran dan tubuhnya yang terlihat begitu sempurna di mata sang gadis.
Gadis itu terkesiap, ketika pandangan sang pria beralih padanya. Sial, apa yang sedang dilakukannya tadi? Pria itu pasti akan berpikir jika ia sudah lancang untuk menatapnya.
"Apa rumahmu cukup jauh?"
"N-Ne? Kau berbicara padaku?"
"Tentu saja. Apa ada orang lain di sini selain kita berdua?"
Dalam hati, gadis itu sangat kesal. Kenapa jawaban pria itu dingin sekali padanya? Begitulah yang ia pikirkan sekarang.
"Aku hanya perlu menunggu bus yang ada di halte sana agar aku bisa sampai di rumahku."
Pria itu mengalihkan pandangannya pada halte bus yang ditunjuk sang gadis. Beralih pada jam tangannya dan menghela napasnya.
"Ini sudah lewat dari jam kedatangan bus. Kau tidak akan mendapatkan bus di jam segini."
Gadis itu terkejut, ikut melirik pada jam di tangannya. Tanpa sadar memukul kepalanya sendiri karena kebodohannya. Kesialan baru datang padanya sekarang. Lalu bagaimana bisa ia pulang sekarang?
Tatapan gadis itu kini kembali mengarah pada pria di sampingnya. Persetan, ini sudah sangat malam dan ia ingin istirahat dengan cepat. Jadi yang ia lakukan adalah mendekat, sedikit membuat pria itu terkejut karena jarak keduanya.
"Maaf, tuan. Tapi bisakah aku meminjam ponselmu? Daya ponselku saat ini sedang habis dan aku tidak bisa menelpon adikku untuk menjemputku."
Senyuman itu terbentuk di wajahnya. Senyum andalan darinya jika ia tengah membutuhkan bantuan seseorang saat ini.
Pria itu berdehem, mulai mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya pada sang gadis.
"Terima kasih."
Gadis itu kembali menjauh. Mulai menelpon seseorang dan meninggalkan pria itu yang kini memilih untuk menatap pada langit malam saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the truth untold ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Jika saja aku lebih berani saat itu, mungkin kau tak akan pergi dan membuatku begitu menyesal saat ini. ----- ©iamdhilaaa, 2019