Seventeen

1.4K 180 10
                                    

"Kau baik-baik saja?"

Rose terkesiap saat itu, melirik ke arah seseorang yang baru saja menjentikkan jarinya di hadapannya seolah menyadarkan dirinya dari lamunannya.

"Aku menangkapmu melamun sudah sebanyak tiga kali, Rose. Apa kau sedang sakit?"

Rose hanya menggeleng menjawabnya. Menarik senyumnya walaupun terlihat sekali ia memaksakan dirinya. "Tak apa. Aku baik-baik saja."

"Kau yakin? Mau bercerita padaku?"

Rose kembali menggeleng saat itu, membuat sosok gadis yang merupakan sahabatnya itu pun hanya mengendik dan memilih untuk melanjutkan apa yang ia lakukan sebelumnya.

Sementara Rose pun kembali mengalihkan pandangannya, menghela napasnya setelahnya dan memilih untuk beranjak setelah memberitahu pada temannya itu jika ia akan ke kamar kecil.

Rose memang baru saja menyelesaikan studinya dan bahkan mendapatkan hasil yang memuaskan. Namun bekerja menjadi seorang perancang busana untuk gaun pengantin sudah ia lakoni semenjak tiga tahun lalu.

Jangan diragukan lagi bagaimana kerja tangannya. Sudah banyak yang percaya pada keahliannya. Bersama dengan dua temannya semasa sekolah menengah, mereka akhirnya membangun karir mereka. Bahkan tak banyak dari mereka adalah nama-nama terkenal yang menjadi pelanggan setianya. Begitu percaya dengan kemampuan Rose dan teman-temannya dalam membuat sebuah karya yang begitu indah dan nantinya akan dikenakan oleh sang pengantin wanita di acara pernikahan.

Membasuh wajahnya begitu saja, seolah dengan melakukan hal itu, semua pikiran yang berkumpul di kepalanya bisa setidaknya berkurang. Helaan napas itu Rose keluarkan, menatap pantulan dirinya pada cermin di hadapannya.

Buruk sekali.

Lalu pandangan Rose beralih menatap pada ponselnya, mengambilnya dan kembali menghela napasnya.

Satu minggu. Sudah selama itu ia tak lagi mendengar kabar dari Jimin. Semenjak kejadian malam itu, ia tak pernah lagi bertemu dengannya. Memang sengaja ia lakukan, karena menurutnya malam itu seharusnya tak terjadi. Dan ia baru saja menyadarinya ketika mendengar pembicaraan antara orangtuanya dan orangtua Seokjin mengenai pernikahan mereka. Ia bahkan sengaja jarang untuk berkunjung ke apartement Seokjin. Takutkan jika ia akan bertemu dengan Jimin nantinya. Hanya pergi menuju kantor Seokjin, atau bahkan menelpon untuk tetap menjaga hubungan mereka.

Tapi akhir-akhir ini, pikirannya malah terus memikirkan Jimin. Dan Rose merasa sangat frustasi sekali. Tidak mungkin bukan jika ia merindukan pria itu? Itu bodoh sekali, karena mereka bahkan baru beberapa kali bertemu.

Tidak. Rose menggelengkan kepalanya. Berusaha untuk menghilangkan semua pikiran itu. Semua itu adalah hal bodoh dan tak masuk akal. Rose yakin jika perasaan ini akan hilang dalam beberapa hari lagi.

Lebih baik jika ia fokus dengan pekerjaannya saat ini untuk membuat gaun pengantin bagi dirinya sendiri. Apalagi, hari pernikahannya sudah ditentukan. Hanya Seokjin yang belum mengetahuinya, dan sore ini pria itu akan diberitahu.

Drrt...Drrt...

Rose sudah akan beranjak saat itu. Namun ketika ponselnya berbunyi, gadis itu menghentikan dirinya. Mengangkat panggilan itu begitu saja ketika nama Seokjin terpampang pada layar ponselnya.

"Oh, Oppa. Ada apa?"

"Bisakah kau rumahku sekarang? Ada yang ingin kubicarakan padamu."

Rose menarik senyumnya begitu saja ketika mendengar ajakan itu. Mengangguk dengan cepat--walaupun tahu jika Seokjin tak akan melihatnya. "Hmm, baiklah. Aku akan segera datang."

the truth untold ❌ jinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang