Si A #8

10 0 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir PAT (Penilaian Akhir Tahun). Jujur saja, PAT kali ini tidak berjalan begitu baik daripada UAS I. Bukannya tanpa alasan aku mengatakan hal itu, namun otakku banyak berspekulasi apakah aku bisa membanggakan ibuku atau tidak, bagaimana jika hasilnya tidak memuaskan, bagaimana jika aku digunjingkan, dan banyak bagaimana lainnya.

Hari terakhir ditutup dengan pendidikan olahraga dan kesehatan. Aku melihat temanku yang sudah mengumpulkan lembar jawaban. Aku toleh lagi milikku, begitu seterusnya. Kenapa milik mereka hanya satu kertas sedangkan satu kertas milikku sudah berhenti di nomor delapan?

Aku bertanya pada teman yang ada di belakangku pastinya tanpa sepengetahuan pengawas. Aku tidak mau di hari terakhir nilaiku tiba-tiba kosong hanya karena kesalahpahaman. Milik temanku juga cukup satu lembar jawab. Aku lumayan lama terdiam dengan menimang apakah akan mengambil kertas lagi dan menyelesaikan seluruh soal atau berhenti dengan satu kertas dan hanya menyelesaikan delapan soal.

Aku pernah dengar bahwa guruku yang maha benar itu tidak suka dengan jawaban lengkap. Yang benar saja bung! Ingin jawab singkat, nanti dikira tidak paham materi. Jawab lengkap, nilai dukurangi.

Akhirnya setelah jarum jam telah berputar sekian putaran, aku memutuskan untuk mengambil kertas lagi dan menuntaskan segalanya. Di tengah perjuanganku berperang dengan waktu, sahabatku yang sangat perhatian mucul di depan pintu dan mengatakan kalimat yang benar-benar membantu di waktu yang sangat mepet itu.

Buat novel ta A? Ko lama. Dasar kaum lemah.

Aku hanya membalas dengan senyuman sambil sumpah serapah dalam hati. Lupa dengan puasa yang tengah aku jalani.

Akhirnya dengam segala kepasrahan diri dan tulisan yang lebih mirip ceker ayam, aku mengumpulkan lembar jawaban dan menghirup udara segar di luar ruangan.

Setelah menghirup oksigen ya sekiranya bisa membuatku lupa dengan masalah kertas tadi, aku menjewer telinga sahabat yang tadi begitu menyemangatiku dan menyentil telinga sahabatku yang lain yang bisa-bisanya keluar ruangan tanpa menengok ke arahku.

Dan saat itu juga aku melihatmu. Kamu melihatku dan segala adegan aneh yang tengah aku lakukan. Kamu membuang muka seakan aku adalah hal menjijikkan yang tidak seharusnya kamu lihat. Aku menjewer telinga sahabatku lebih keras sebagai pelampiasan, juga memukul kedua sahabatku itu yang memiliki lengan lumayan berotot.

Aku tidak salah kan?

Jember, 15 Juni 2019

LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang