10.12 (Special Part)

1K 70 2
                                        

Hari ini adalah hari terakhir di bhumi perkemahan. Pagi-pagi setelah mandi dan sarapan, diisi dengan kegiatan beres-beres tenda. Cowok-cowok bergotong royong merobohkan tenda sedangkan cewek-cewek membersihkan area sekitar tenda.

Gue kebagian tugas merobohkan tenda cewek-cewek dibantu dengan Adi, Putra, Nevvy, Vava, Rizki, Aufa, Farras, dan Yama. Entah kenapa Adit selalu mengelompokkan gue dengan si juara toxic satu kecamatan itu.

Setelah tenda berhasil dirobohkan dan dilipat, kita pun beristirahat. Tak lama kemudian, para cewek ikut beristirahat selepas membersihkan area sekitar tenda. IPA G berkumpul disamping area tenda cowok.

Saat gue sedang menikmati angin sepoi-sepoi pagi hari, Adit manggil gue dengan nada sedikit berbeda ketimbang biasanya.

"Vi dicari" seru Adit sambil menunjuk ke belakangnya.

Gue menganguk kemudian berjalan menuju 6 siswi kelas lain yang entah sejak kapan berada disitu. Gue gak kenal siapa siswi-siswi itu. Sampai didekat mereka, gue mengenali satu wajah diantara mereka. Siswi itu Ayesha yang pernah gue tabrak deket toilet.

Ke6 siswi menjerit dan memekik bersamaan saat gue udah dideket mereka. Reflek gue meringis kecil mendengar suara mereka yang melengking.

"Lo yang namanya Vian?" tanya salah satu siswi.

Gue mengangguk sambil tersenyum tipis. Namun berefek besar bagi 6 siswi tersebut. Mereka kembali memekik membuat gue meringis untuk kedua kalinya.

"Ganteng banget sih. Bule lagi" seru siswi lain.

Cewek berambut coklat memulai memperkenalkan diri. "Gue Hanna 10.2"

"Gue Qilla, 10.2 juga"

"Gue Zalfa 10.2"

"Gue Nabila, sekelas sama mereka juga"

"Gue Nadya, 10.2 too"

Sedari tadi Ayesha hanya diam dan memalingkan wajahnya tak mau menatap gue. Gue yang merasa ada yang aneh memutuskan untuk bertanya. "Lu kenapa, Yes?"

Ke6 gadis itu melongo. Didetik berikutnya Ayesha memasang wajah biasa diikuti senyum manisnya.

Senyumnya mengingatkan gue kepada seorang gadis.

Senyumnya mirip sekali dengan Lessa.

Lalu bayangan wajah Lessa muncul dibenak gue. Gue membayangkan gadis didepan gue adalah Lessa. Secara otomatis gue mengacak rambut Ayesha yang gue pikir Lessa. Ayesha mengerjap matanya berkali-kali kemudian muncul rona merah dipipinya.

Gue masih membayangkan gadis didepan gue adalah Lessa yang sedang blushing. Gue tersenyum mengingat rona merah yang sama dengan tadi malam. Dan hal itu sukses membuat Ayesha semakin salah tingkah.

"TUKU O TUKU O TUKU O LAIK FAAAAAYERRRRRR.. DUDUDUDU.." teriak Salsa yang sukses membuat gue kembali sadar.

Gue tersadar gadis didepan gue bukan Lessa melainkan Ayesha. Gue segera menurunkan tangan gue dari puncak kepala Ayesha. Gue mengedarkan pandangan dan tak sengaja pandangan gue dengan Lessa bertemu. Gue dapat melihat air mata mulai membasahi kelopak matanya. Kemudian ia memalingkan wajahnya dan berjalan menjauh.

Sedangkan ke5 siswi yang didekat gue malah berteriak heboh. Mereka mulai menjadi mak comblang antara gue dan Ayesha. Ayesha menundukkan kepalanya menyembunyikan rona diwajahnya.

Gue berlari meninggalkan ke6 gadis itu. Gue mengejar Lessa yang berjalan menjauh dari tenda IPA G. Gue belum mau berhenti sebelum gue menjelaskan semuanya ke Lessa. Gue terus mengejarnya meninggalkan ke6 siswi itu.

Hari ini, Vian sukses membuat dua hati patah sekaligus. 2 hati yang mengharapkan mendapat balasan rasa yang sama justru ia patahkan secara bersamaan. Dan sukses membuat air mata keduanya berjatuhan.

Kelas GesrekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang