Aisha berkeliling-keliling di padang yang luas. Kenapa tidak ada seorang pun di sini. Tempat apa ini?."Aisha!" panggil seorang gadis tiba-tiba muncul di jalan setapak yang sempit dari arah yang berlawanan. Gadis itu semakin mendekati Aisha sehingga wajahnya tampak jelas.
“Nining!” gumam Aisha.
Bukankah Nining temannya sewaktu SMA dulu sudah lama meninggal karena kecelakaan. Kenapa dia sampai bisa bertemu dengan Nining. Kepala Aisha mulai pusing memikirkannya.
“Ikutlah bersamaku” ajak Nining mengulurkan tangannya sambil tersenyum menatap Aisha.
“Tidak, Ning. Belum waktunya aku ikut kamu” tolak Aisha.
Dia sadar kalau temannya Nining memang sudah lama meninggal. Dia tidak ingin ikut bersama Nining. Kalau dia ikut, itu artinya dia sudah mati juga.
“Aisha, ikutlah bersamaku” ajak Nining lagi.
“Tidak ... Tidak!!!” teriak Aisha kemudian berlari meninggalkan Nining entah ke mana yang jelas dia harus pergi menjauh dari Nining.
***
Ken merasakan pergerakan tangan Aisha. Keringat dingin mengalir di dahi Aisha. Aisha mulai memperlihatkan tanda-tanda kalau dia merespon suara Ken.
“Aisha!” panggil Ken.
Saat ini hanya ada dia dan Aisha di ruang kamar inap. Orang tua Aisha dan Arum sudah kembali ke kampung untuk melakukan rutinitas seperti biasanya. Sudah satu bulan lebih belum ada tanda-tanda Aisha sadar, jadi percuma saja mereka ada di rumah sakit. Biarlah Ken saja yang menjaga Aisha.
Aisha mengerjapkan matanya karena ketika membuka kelopak mata, matanya terasa silau karena terangnya suasana ruangan.“Alhamdulillah aku tidak ikut Nining” batin Aisha. Dia menarik napas panjang, Aisha belum seratus persen sadar.
“Di mana aku?” Dilihatnya dokter sedang memeriksa keadaannya.
Aisha baru ingat sepulang kerja tiba-tiba ada motor menabraknya di depan kostan. Setelah itu dia tidak tahu lagi apa yang terjadi.
“Bagaimana, Dok?” tanya seorang laki-laki yang tidak lain adalah Ken. Aisha belum menyadari kehadirannya.
“Suara itu?. Seperti suara Ken” Aisha membatin namun dia belum bisa menggerakkan lehernya untuk menoleh.
Entah kenapa lehernya begitu kaku tidak bisa digerakkan. Wajarlah kaku sudah satu bulan lebih dia terbaring.
“Kondisinya sudah stabil. Alhamdulillah jika Allah berkehendak dan memang belum waktunya” ujar dokter yang menangani Aisha tersenyum lalu menjabat tangan Ken.
“Terima kasih, Dok” balas Ken.
“Saya salut dengan anda, Ken. Di luar sana banyak gadis cantik, sehat dan sempurna. Tapi anda justru mau menikahinya meskipun entah dia hidup atau tidak” puji Dokter sambil melirik ke arah Aisha.
Ken hanya tersenyum menanggapi ucapan sang dokter. Yah, dia memang sudah cinta mati dengan Aisha. Aisha sudah membuat otaknya tidak dapat berpikir waras lagi.
"Hah, Ken!! Jadi laki-laki yang menemaniku di ruangan ini adalah Ken. Menikah?. Apa aku tidak salah dengar?. Apa maksud ucapan dokter tadi?" Aisha membatin mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
Setelah mengantar dokter keluar ruangan. Ken kemudian mendekati Aisha. Aisha memejamkan matanya, dia takut membuka matanya. Takut kalau ternyata bukan Ken yang duduk di samping ranjangnya. Melihat mata Aisha terpejam. Ken segera menghubungi ke dua orang tua Aisha dan keluarganya di London.
"Iya, Yah. Aisha sudah sadar. Ayah dan ibu cepatlah ke rumah sakit" ujar Ken di telpon.
Aisha mendengarkan percakapan laki-laki yang ada di sampingnya itu.
“Benar. Itu suara Ken. Kenapa dia memanggil kedua orang tuaku dengan sebutan Ayah dan Ibu ?” tanya batin Aisha.
Tiba-tiba Aisha terkejut. Badannya panas dingin. Aisha merasakan Ken sedang menggenggam erat tangannya. "Ya, Tuhan. Berani sekali dia" gumam Aisha dalam hati, masih dengan mata terpejam.
“Cepat lepaskan tanganku. Kita bukan mahram tahu” omel Aisha dalam hati.
“Aisha, ayah dan ibu akan segera ke sini” bisik Ken lembut. “Aisha, bukannya tadi kamu sudah siuman. Kamu dengar suaraku, kan?” ujar Ken melihat Aisha masih memejamkan matanya.
Ken lalu tersenyum nakal, jangan-jangan Aisha hanya pura-pura tertidur, nih. Dia punya ide supaya Aisha membuka matanya. Ken tiba-tiba mencium kilat bibir Aisha. Aisha yang memang sudah sadar langsung membuka matanya karena terkejut dengan tindakan Ken barusan. Aisha ingin marah, berani sekali Ken menciumnya.
“Ken!!!” teriak Aisha marah menatap Ken. Ken hanya tersenyum geli, ternyata rencananya berhasil.
“Berani sekali kamu melakukan itu” omel Aisha sambil menarik napas.
“Aisha, kita sudah halal. Coba lihat cincin di jari manis kamu” tunjuk Ken agar Aisha tidak marah.
Aisha melihat ke arah tangan kanannya, cincin emas telah melingkar di jari manisnya. Sejak kapan dia memakai cincin emas di jarinya. Aisha menatap Ken penuh tanda tanya.
“Kamu nggak percaya?” tanya Ken gemas. Aisha mengangguk, bagaimana dia bisa percaya. Kapan dia menikah dengan Ken?.
“Baik. Aku akan menunjukkan sesuatu” ujar Ken sambil mengambil ponsel di saku celananya.
Kemudian membuka galeri dan menunjukkan video akad nikah mereka di ruangan tempat mereka berada sekarang.
Aisha menatap layar ponsel tidak percaya. Ken mengucapkan Ijab Qobul ketika dia sedang koma. Mata Aisha berkaca-kaca lalu menatap Ken yang ternyata kini telah menjadi suaminya.
“Kenapa kamu mau melakukan itu, padahal kamu tidak tahu apakah aku akan ...” Aisha tidak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya.
“Karena aku mencintai kamu. Apapun keadaanmu, aku akan terima” jawab Ken menggenggam jemari Aisha.
Aisha tidak menyangka kalau Ken sangat mencintainya. Selama ini Aisha masih meragukan cinta Ken karena sikapnya yang terlalu lama dalam mengambil keputusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Room Attendant (Complete)
Ficción GeneralSiapa yang tidak bangga bekerja di hotel mewah walaupun hanya sebagai room attendant. Aisha, salah satunya yang beruntung bekerja disana. Aisha harus menghadapi tamu VVIP, Kenrick, seorang laki-laki tampan yang dingin dan perfectsionis salah satu pe...