Setelah menerima telpon dari Ken beberapa hari yang lalu pikiran Aisha tidak karuan. Mengapa Ken terus meminta waktu untuk menemuinya kembali. Apakah Ken hanya memainkan perasaannya saja. Mungkinkah Ken mempertimbangkan kembali keputusannya untuk memperistri dirinya setelah melihat kondisi keluarganya di kampung.“Cha, kamu nggak sakit, kan?” tanya Nisa selalu melihat Aisha seperti tidak ada semangat.
“Ah...nggak, kok. Aku baik-baik saja” jawab Aisha menutupi perasaannya yang lagi kacau.
“Kamu tuh sekarang banyak melamun, deh. Kemarin hampir jatuh dari tangga. Tadi memecahkan gelas. Entah besok apalagi. Kamu sebenarnya ada masalah apa, Cha?” tanya Nisa penasaran.
Nisa bisa membaca gerak-gerik Aisha yang tidak seperti biasanya. Aisha hanya menggelengkan kepala. Dia tidak bisa memberitahu Annisa tentang masalahnya.
“Setahu yang aku kenal, kamu tuh orangnya nggak ceroboh, Cha. Tapi belakangan ini kamu kayaknya nggak konsentrasi, deh.” Ingat Annisa karena barusan Aisha ditegur oleh pak Alvin karena kecerobohannya.
“Aku tuh seperti pungguk merindukan bulan, Nis” ujar Aisha pelan sambil menatap langit-langit.
Nisa mengeryitkan dahinya. Apa maksud temannya itu, dia belum nyambung.
“Maksud kamu apa?. Cerita dong, Cha. Siapa tahu aku bisa bantu” tawar Nisa penasaran apa maksud kalimat Aisha.
“Kamu nggak akan bisa bantu aku, Nis. Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah menyerah kepada takdir” gumam Aisha.
Annisa tambah tidak mengerti kemana arah pembicaraan Aisha. Apa maksud temannya itu.
“Aku mungkin tidak bisa membantu, tapi aku bisa memberi kamu masukan, kan. Kalau kamu mau berbagi masalahmu dengan orang lain paling tidak hatimu akan menjadi lega karena tidak menanggungnya sendirian” ujar Annisa.
“Nis ...” panggil Aisha. Nisa menatap Aisha menunggu kalau dia mau berceritaerita.
“Aku dilamar pak Ken” ujar Aisha pelan sambil memandang wajah Nisa. Akhirnya terucap juga dari mulut Aisha.
Mata Nisa berbinar-binar, temannya dilamar oleh anak pemilik saham terbesar di hotel tempat dia bekerja. Annisa benar-benar terkejut. Sungguh dia tidak percaya akan ucapan Aisha.
“Sumpah, Cha?” tatap Nisa masih tidak percaya. Aisha mengangguk lalu tersenyum kecil.
“Tapi ... Ayahku meminta syarat kalau dia tidak boleh membawaku ke London. Kamu tau sendiri kan kalau Pak Ken tinggal di sana. Sampai sekarang Pak Ken belum juga menjawab permintaan ayahku, Nis.” cerita Aisha sedih.
“Ya, tunggu aja. Kasih dia waktu. Mungkin banyak yang harus dipertimbangkan seperti pekerjaannya di sana, keluarganya dan lain-lain, Cha” saran Nisa kemudian menggenggam tangan Aisha untuk memberi keyakinan tentang laki-laki yang telah melamarnya itu.
“Tapi ... sejak telpon terakhir itu, dia tidak pernah lagi menghubungiku, Nis. Kalau memang dia berat, aku juga tidak akan memaksanya. Dia bisa melepaskan ku dan aku juga akan melupakannya” ujar Aisha sedih.
“Mungkin dia sibuk, Cha. Kamu harus berpikir positif, dong. Apa kamu sudah pernah menghubunginya duluan?” tanya Nisa. Aisha menggelengkan kepala.
“Aku takut mengganggunya” cicit Aisha menunduk.
Aisha tahu Ken orangnya sangat sibuk. Dia tidak mau nanti mengganggu Ken ketika sedang bekerja. Makanya Aisha hanya menunggu kabar saja dari Ken.
“Nah, itu kamu tahu sendiri kalau dia sibuk. Kalau dia memang cinta sama kamu, dia pasti akan menemui kamu di sini. London-Indonesia itu jauh, Cha” ujar Nisa memberi semangat kepada Aisha.
"Makasih, ya. Kamu sudah mau mendengarkan curhatan dariku" ucap Aisha tersenyum kecil. Annisa pun mengangguk tersenyum.
Tanpa Annisa sadari, hari itu adalah pembicaraan terakhir antara dia dan Aisha. Sepulang dari bekerja Aisha ditabrak motor di depan kostannya. Tubuh Aisha terpental sehingga membuatnya koma sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Room Attendant (Complete)
Fiksi UmumSiapa yang tidak bangga bekerja di hotel mewah walaupun hanya sebagai room attendant. Aisha, salah satunya yang beruntung bekerja disana. Aisha harus menghadapi tamu VVIP, Kenrick, seorang laki-laki tampan yang dingin dan perfectsionis salah satu pe...