kisah 2

3.7K 385 7
                                    

Jihoon sudah siap dari tadi sebelum soonyoung datang menjemputnya.

"Bagus. Kamu mendengarkan omonganku" ujar soonyoung begitu dia sampai. Soonyoung memakaikan helm ke kepala jihoon. "Aku sengaja beli ini, agar rambut mu gak berantakan" jelas soonyoung. Kenapa dia bisa membawa helm lebih.

"Makasih" balas jihoon malas.

"Kalo bilang makasih itu yang semangat,kayak gak niat banget" soonyoung mulai menjalankan motornya.

"Makasih" ulang jihoon sedikit ceria.

"Sama-sama"

Selama di perjalanan tidak ada obrolan. Jihoon yang terlalu malas dan soonyoung yang terlalu fokus.

Begitu sampai jihoon segera turun. Dan membukakan helmnya agak kesusahan.  "Sini aku bantuin" soonyoung membantu jihoon  membukakan helmnya lalu merapikan rambut jihoon yang berantakan.

"Nanti istirahat bareng aku" Jihoon mengangguk. Mereka berjalan menuju kelas sambil bergandengan. Bukan jihoon yang mengandeng tapi soonyoung dengan eratnya.

"Aku perhatikan jihoon tidak perna memasang wajah senangnya saat bersama soonyoung,selalu cemberut"

"Aku berpikir juga begitu,kenapa ya jihoon mau sama soonyoung jika dia tidak bahagia"

"Kasihan kali ya dia "

Bisik-bisik itu lagi. Jihoon maupun soonyoung tak mengambil pusing.  Toh yang menjalani hubungan ini mereka dan yang tahu ceritanya ya mereka. Meski apa yang mereka katakan itu ada benernya juga. Jihoon terpaksa. Dan motifnya soonyoung belum terlihat jelas apa.







Mereka sedang beristirahat di bawah pohon di halaman belakang kampus. Duduk di kursi yang terletak di sana.

Soonyoung mengeluarkan sebungkus roti isi dan susu kotak dari tasnya "nih. Di makan" jihoon hanya memandang saja tanpa minat mengambil. "Di makan bukan di liatin"  terpaksa jihoon mengambil roti dan susu itu dengan kesal.

Soonyoung merogoh saku celananya. Mengambil ponsel dan memainkannya. Membiarkan jihoon memakan roti yang di berikannya.

"Pulang nanti temanin aku" ujar soonyoung masih sibuk dengan ponselnya.

"Kemana? Jihoon berhenti mengunyah.

"Balapan" balas soonyoung singkat.

"Gakkk" tolak jihoon cepat.

Soonyoung menatap jihoon tajam. Tidakah jihoon tahu jika soonyoung anti sekali penolakan.

"Aku gak mauu.. kamu kenapa-kenapa" cicit jihoon menunduk. Dia takut melihat tatapan soonyoung.

"Aku uda biasa kalii, jadi tenang aja, yang penting kamu temani aku"

Jihoon tak bersemangat lagi untuk melanjutkan makannya.

"Habiskan itu, aku beli bukan untuk di buang, sayang duit ku"

"Jadi kamu gak ikhlas?

"Aku gak suka aja,melihat makanan di buang-buang. Apa aku salah? Memarahi mu karna kamu membuang makanan?

Jihoon terpaksa menghabiskan roti dan susu yang di berikan soonyoung padanya. "Menurut lha padaku"

"Emang kamu siapa? Makanya aku harus nurut?

Soonyoung menatap jihoon "aku itu pacar kamu, jangan lupakan itu"

"Kepaksa kan?"

"Terserah. Aku masih ada kelas. Jangan lupa nanti temani aku" soonyoung bangkit dari duduknya sambil memboyong sampah bekas makanan jihoon.

Jihoon meninju-ninju kursi yang dudukinya. Menumpahkan kekesalannya. "Dasar gilaaaa" punggung jemarinya sedikit memerah. Rasa sakit tak dia pedulikan lagi sangking kesalnya pada sikap soonyoung.


****
Jihoon menunggu soonyoung di parkiran.

"Tangan kamu kenapa memerah, habis ngapain?" Soonyoung menatap tak suka ke arah punggung jemari jihoon yang masih terlihat memerah. Jihoon buru-buru menyebunyikan tangannya.

Soonyoung langsung cepat menarik tangan jihoon. "Nanti mampir dulu ke rumah, itu harus di kasih salep peredah, apakah sakit?

Jihoon menggeleng cepat. Jujur saja rasanya sedikit perih. Tapi takut buat bilang.

Soonyoung memakaikan  helm ke kepala jihoon lalu memakaikan ke kepalanya dan segera menarik gas motornya.


Kekasih Berkepala Batu, Berkelakuan Datar Dan Dingin(SOONHOON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang