"Dari mana?" Jihoon terkejut. Dia tidak menyangkah soonyoung ada di kamar apartemennya.
"Dari luar" jihoon menutup pintu.
"Ngapain?" Soonyoung melipat tangan di dada.
"Nyari angin, aku bosan" jihoon masih berdiri di depan pintu.
"Kamu ngapain di situ? Duduk sini" soonyoung menujuk ke arah ranjang.
Jihoon berjalan lambat.
"Kamu uda makan? Soonyoung ikut duduk di hadapan jihoon.
"Belum,aku masih kenyang" jihoon menatap soonyoung takut-takut.
"Mau makan apa? Biar aku beli kan"
"Gak usa, aku masih kenyang kok" tolak jihoon. Dia takut bakalan di suruh makan bubur lagi.
"Kalo bakso mau?"
"Bole.." balas jihoon cepat. Siapa sih yang bisa menolak pesona semangkuk bakso.
"Kalo soal makanan pedas langsung cepat kamu"
"Is.." jihoon murung. Padahal dia tadi yang nawarin. Malah di katain.
"Tunggu di sini,aku gak lama"
Jihoon menatap pintu yang sudah tertutup. Tingkah soonyoung itu Sungguh membuat dia bingung. Hati soonyoung itu terbuat dari apa sih. Jihoon termenung.
"Kamu mikirin apa? Yang gak-gak tentang aku ya?" Soonyoung datang dengan semangkuk bakso yang masih panas.
Lamunan jihoon buyar. "Dasar pengganggu"
"Dalam satu bulan,kamu hanya bole makan ini sekali,tidak lebih, kamu mau makan sendiri atau aku suapin?"
"Aku makan sendiri aja" soonyoung menyerahkan mangkuk itu pada jihoon.
"Pelan-pelan. Itu masih panas. Lidah mu bisa kebakar" soonyoung geleng-geleng kepala.
"Tiup sampai bener-bener dingin. Nanti perut mu bisa panas dan lidah mu juga bisa kebakar" soonyoung mengomel lagi. Gimana tidak. Jihoon hanya meniupnya sebentar lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
Mangkuk jihoon sudah terdampar di bak pencuci. Perutnya terasa kenyang.
"Coba cerita kenapa kamu bisa fobia sama area balapan"
Jihoon menerawang ke masa kecil dan mulai menceritakannya.
"Waktu sore hari. Tetangga ku mengajak aku pergi jalan-jalan. Hingga kami sampai di area balapan. Awalnya aku sungguh senang melihat suasananya yang cukup ramai. Hingga di tengah acara salah satu penggendara terjatuh. Tidak jauh dari pandangan ku. Aku terkejut. Dan takut sebab dia tidak bergerak. Semua orang berbondong-bondong mengerumuni dia. Dan Aku masih tetap di tempat karna takut untuk mendekat. Hingga seorang pria tiba-tiba menarik ku menjauh. Aku terpisah sama tetangga ku, a-ku gak bisa melanjutkan cerita ini" jihoon menggeleng cepat. Keringat mulai muncul di keningnya.
Soonyoung menarik jihoon ke dalam pelukannya. "Gak usa di lanjut"
Dretttt drettt
Ponsel soonyoung bergetar. Dia segera merogoh sakunya."Ia, ada apa?
"Soon, kapan nih lagi kita ikut balapan,lumayan lha..nguji nyali" suara seseorang dari ujung telepon.
Soonyoung melirik jihoon tipis. Wajah itu masih menyimpan ketakutan.
"Aku berhenti untuk selamanya. Kalian aja" soonyoung langsung mematikan sambunganya tanpa menunggu balasan.
"Sekarang kamu istirahat, aku mau pulang" soonyoung bangkit. Jihoon ikutan bangkit juga. "Hati-hati" ujar jihoon lembut.
Soonyoung mengangguk dan pergi.
Hah
Jihoon bernafas lega. Dia pikir soonyoung bakalan lama berada di apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Berkepala Batu, Berkelakuan Datar Dan Dingin(SOONHOON)
Storie breviKisah cinta terpaksa jihoon dengan soonyoung berkepala batu. Apakah berakhir manis atau malah sebaliknya?