Chapter 8 🐦

1.2K 214 224
                                    

Maaf ya belum aku balesin komentar, tapi nanti aku balesin satu satu kok ^^
Enjoy reading.. Ratu mermet mo ngecek keadaan istana dulu

.

.

.

.

.




Museum Kekaisaran Park, mereka sampai di tempat itu.

Hari itu merupakan hari yang mereka tunggu-tunggu, mereka tidak menyangka bahwa bertemu arwah Park Jihoon akan membutuhkan perjuangan yang begitu keras. Sayangnya, setelah menempuh perjalanan yang begitu jauh nan melelahkan, museum itu sudah tidak melayani pengunjung lagi alias tutup. Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Pagarnya terkunci." kata Minkyu saat mencoba untuk membuka pagar museum yang begitu besar.

"Jadi... usaha kita sia-sia saja?" tanya Yohan, napasnya terengah-engah karena selama perjalanan ia menopang
Jinwoo di punggungnya, belum lagi arwah negatif yang menghisap tenaganya secara perlahan.

"Tentu tidak sia-sia!" seru Dongpyo. "Ada pintu belakang yang selalu terbuka di museum ini."

Dongpyo pergi terlebih dahulu mencari jalan yang akan membawa mereka ke dalam. Walaupun ragu-ragu, Yohan dan Minkyu tetap mengikuti Dongpyo ke manapun ia pergi demi mempercepat waktu.

Mereka melihat ada mobil yang keluar lewat pagar dari sisi lain museum itu, nampaknya masih ada beberapa orang berada di dalam. Sambil mengendap-endap, mereka berlari ke dalam sebelum pagarnya di tutup, sebisa mungkin mereka tidak membuat suara yang mencurigakan agar tidak ketahuan.

Pintu cleaning service yang berada di bagian paling belakang gedung menjadi satu-satunya akses masuk mereka. Begitu berhasil menyusup lewat ruang cleaning service yang begitu sempit, mereka mencoba untuk mengendap-endap lagi ke ruang utama museum, lebih tepatnya lagi makam dari kaisar yang pertama.

Ckiiit!

Suara sepatu Minkyu berdecit tiba-tiba. Dua orang petugas yang berjaga malam di museum itu lewat begitu saja dan menyebabkan spot jantung kecil di dada Minkyu. Beruntung, ada patung perunggu yang besar berdiri di sisi ruangan, hingga mereka masih punya kesempatan untuk bersebunyi.

"Hampir saja." Minkyu menghembuskan napasnya lega.

"Hyung, kau bisa turunkan Jinwoo di sini." kata Dongpyo begitu melihat wajah Yohan yang terlihat pucat dan kelelahan. Yohan menurunkan Jinwoo dari punggungnya dan ia sandarkan di patung perunggu yang besar itu.

Jinwoo masih belum sadar sepenuhnya, tapi beruntung dia bisa bernapas. Darah yang Minkyu sumbangkan untuknya benar-benar membantu, namun belum cukup untuk menggantikan semua darah yang ia muntahkan di motel. Jinwoo dan Yohan, keduanya bersandar di patung yang sama, mencoba untuk menahan segala perasaan sakit yang ada di dalam tubuh mereka.

"Kita masih punya air darah itu." kata Minkyu seraya mengambil sebotol air yang sudah ia campur dengan darah. "Kalian berdua bisa meminumnya."

"Berikan saja kepada Jinwoo." balas Yohan.

"Kupikir air ini jauh lebih ampuh daripada-"

"Tidak. Aku lebih suka..." Yohan menatap mata Minkyu dalam-dalam, "...aku lebih suka dengan cara yang lain."

Kalimat itu membuat pipi Minkyu memanas seperti di rebus, hanya saja Minkyu gagal menunjukkan pipinya yang berubah menjadi merah karena kedua anak yang berada di sekitar mereka.

"Kalau begitu aku akan memberikan airnya untuk Jinwoo."

Drrrt Drrrt~

Sekian lama Minkyu tidak merasakan getaran itu di dalam kantung celananya, yang belakangan selalu ia rasakan adalah getaran cintanya untuk Yohan, yang mana keduanya saling merasakan namun takut untuk berbicara.

ᴡᴇɪʀᴅ ꜰᴇᴇʟɪɴɢ [ʜᴀɴᴋʏᴜ|ᴇɴᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang