Test.. ada yang nungguin?
Perjalanan ke Busan memang melelahkan, tapi setelah berhasil mempertemukan Guanlin kepada Jinyoung, Yohan merasa ingin berada di sana untuk lebih lama lagi, untuk menyaksikan Guanlin dan Jinyoung lebih lama. Hati Yohan begitu tidak yakin dengan kalimat yang Guanlin ucapkan, segalanya terdengar begitu cepat dan sekilas, seperti angin pantai yang berlalu. Yohan ingin mengulang segalanya dan membiarkan Guanlin mendengar bahwa Jinyoung juga mencintainya.
Malam itu pukul sepuluh, semuanya beristirahat di hotel yang terletak tepat di pinggir pantai, kecuali Yohan.
Yohan ingin pergi ke pantai sekali lagi untuk melihat Jinyoung, walaupun keinginannya merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Ia membiarkan Minkyu dan kedua anak yang lainnya beristirahat karena mereka terlihat begitu kelelahan. Yohan tidak pernah mempermasalahkan tentang di mana atau bagaimana mereka akan tidur, toh kartu kredit Yohan tidak akan habis saldonya.
Angin malam yang siur-siur menerpa rambut Yohan yang kelam, lehernya terasa sangat dingin bagai ditusuk, tapi Yohan menikmatinya. Ia berjalan di bibir pantai, membiarkan ombak kecil terjun membasahi telapak hingga mata kakinya, terkadang Yohan menggigit bibirnya sendiri, melakukan inhale sedalam-dalamnya seraya mendengarkan riuk ombak di tengah pantai yang bergulung.
Pikiran Yohan jauh lebih berantakan daripada batu kerikil, jauh lebih berisik daripada riuk ombak, jauh lebih gelap daripada langit di malam hari tanpa cahaya bulan. Ia merasa bahwa semuanya sia-sia, bukan hanya tentang cintanya untuk Sihyeon, tapi juga pertemuan Guanlin dengan Jinyoung.
Tidak hanya itu, tapi semua yang telah ia perbuat selama ini, semuanya sia-sia.
Jika saja ia tidak melihat video itu, mungkin Yohan masih mengharapkan sebuah panggilan dari Sihyeon, masih ragu untuk mengatakan cinta kepada Minkyu. Yang membuatnya semakin merasa disakiti adalah ketika ia mengetahui segalanya lewat orang yang lain, bukan dirinya sendiri.
Minkyu, melalui Minkyu. Ia menyimpan video itu di ponselnya.
"Hft." Yohan menghembuskan napasnya dengan berat hingga bahunya merosot. Selalu melihat ke atas dan ke bawah, seakan ada kunci jawaban yang membawanya keluar dari rasa sakit hati tak berujung itu.
Cukup dengan frustasinya, Yohan naik dari bibir pantai dan mengunjungi sebuah bar yang berada di pinggir pantai. Bar itu adalah yang satu-satunya, semua kios yang ada di pinggir pantai sudah tutup, sementara bar itu masih menyalakan lampu warna-warninya di tengah keheningan pantai yang menyeramkan.
"Selamat datang!" sapa seorang wanita, ia adalah pelayan satu-satunya di bar kecil itu. Ada beberapa orang yang duduk di pinggir bar, mungkin dua atau tiga orang, dan mereka semua adalah namja. Mereka terihat seperti orang pantai yang biasa hidup dekat dengan air laut.
"Ice lemon tea." kata Yohan seraya duduk di kursi tinggi yang berada di pinggiran bar.
Tak perlu lama menunggu, pesanan Yohan datang. Perlahan-lahan Yohan meminum ice lemon tea-nya untuk sekedar menyejukkan tenggorokan, atau mungkin dadanya yang sekarang tengah dilanda krisis percintaan yang luar biasa.
Belum setengah dari ice lemon tea itu habis, seorang pemuda datang dan duduk di samping Yohan.
"Bir ya, satu botol." kata pemuda itu, ia terlihat akrab dengan sang penjaga bar.
"Biasanya tiga."
"Satu saja." pemuda itu tertawa. Sambil menunggu pesanannya datang, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Itu sebuah kardus rokok. Ia mengambil satu batang rokok dari dalam kotak itu dan menaruh sisanya di atas meja, tak lupa juga sebuah korek api minyak yang masih penuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡᴇɪʀᴅ ꜰᴇᴇʟɪɴɢ [ʜᴀɴᴋʏᴜ|ᴇɴᴅ]
Fanfiction◤──────•~❉᯽❉~•──────◥ Kutukan itu benar! Makhluk paling mengerikan yang pernah Minkyu temui, justru membawanya menjadi ke sebuah hidup yang baru. Bersama dengan indera keenamnya yang datang tiba-tiba, Minkyu harus menjelajahi dunia yang lain demi me...