Chapter 7 🐦

1.4K 215 303
                                    

Hayo, kangen author gak?

Maaf gak update kemaren kemaren emosi sama episode 6 :"
.

.

OoO

.

.

Minkyu POV -

Karena kejadian beberapa waktu yang lalu, aku jadi takut untuk berbicara dengan Yohan hyung. Aku takut jika ia merasa tidak nyaman untuk berada di dekatku karena hal tadi, karena aku melakukan sesuatu yang tidak wajar. Tak apa, aku tidak membutuhkan ucapan terima kasih darinya, memang seharusnya aku tidak menciumnya seperti tadi. Yohan hyung bukanlah pemuda single, dia memiliki seorang kekasih, seharusnya aku membatasi diri dan bukannya bertindak seperti itu.

Yohan hyung, dia terlihat baik-baik saja walau ia masih sering kali mengeluh, namun tidak seburuk saat pertama kali tenaganya dihabisi. Apakah Yohan hyung benar-benar merasa wajar dengan hal ini? Aku tidak melihat ada ekspresi canggung di wajahnya. Ya Tuhan, semoga ini memang jalan yang terbaik.

Stasiun Sincheon, di sinilah kami harus turun. Setelah kami melewati sembilan stasiun dan mendapatkan sembilan arwah di samping kami, akhirnya kami bisa keluar dari kereta dan menghirup udara segar, setidaknya melepaskan aura negatif yang banyak sekali kami terima di dalam kereta tadi.

Ini aneh... seperti biasanya, selalu aneh. Hanya kami yang turun di stasiun Sincheon, bukan hanya itu, tidak ada orang lain selain kami di stasiun Sincheon, kosong, hanya ada kami dan juga angin dingin yang berhembus.

Rasanya seperti berada di kota hantu.

"Uhh... kalian... para ksatria..." kudengar Yohan hyung berdehem beberapa kali, "jadi kalian akan membawa kami ke makam Jihoon... lewat sini?"

"Hey!" salah satu dari mereka tiba-tiba berbicara, setelah sekian lama mereka membatu. "Jangan pernah menyebut Yang Mulia kami dengan sebutan itu!"

Ouch, benar, kami tidak seharusnya memanggil Park Jihoon hanya dengan nama saja. Kami lupa kalau dia itu seorang cucu kaisar.

"Oke, oke, Yang Mulia Park Jihoon. Jadi di mana makamnya?" tanya Yohan hyung spontan.

"Kalian manusia zaman sekarang, memang tidak berpendidikan." tambah yang lainnya.

"Hyung..." aku menarik lengan baju Yohan hyung, sepertinya aku mulai khawatir kalau si arwah negatif itu akan menghisap energi Yohan hyung untuk yang kedua kalinya sampai sekarat, "...kurasa kita ikuti saja dulu mereka." bisikku.

"Dan arwah yang berada di belakang kalian..." ksatria yang kami temukan di stasiun kelima menunjuk sesuatu di belakang kami, tepat ke arah Guanlin, "...sebaiknya kalian mengawasi dia."

"Maksudmu aku?!" suara Guanlin terdengar nyaring. Apa? Kupikir mereka yang sesama arwah tidak dapat berkomunikasi dengan baik, kenapa sekarang Guanlin dapat mendengar arwah ksatria itu berbicara?

"Kalian dapat berbicara... satu sama lain?" tanyaku.

"Para arwah ini menggunakan tubuh manusia yang lain sebagai perantara yang terbaik untuk berkomunikasi, makanya aku dapat mendengar mereka." jelas Guanlin. Wow, dunia ini ternyata penuh dengan trik.

"Kyu..." Yohan hyung tiba-tiba menarik tanganku dan... dia menciumku lagi. Ia melakukan segalanya persis seperti apa yang tadi kami lakukan di kereta. Bibir Yohan hyung yang manis itu benar-benar hangat ketika ia sampai di bibirku, bahkan di depan para arwah ini, Yohan hyung berani mendobrak bibirku seakan ia meminta seluruh saliva yang ada di dalam mulutku.

Secara logika, ini adalah ciuman kedua kami.

Astaga, apakah tidak ada cara lain untuk mengatasinya?!

ᴡᴇɪʀᴅ ꜰᴇᴇʟɪɴɢ [ʜᴀɴᴋʏᴜ|ᴇɴᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang